Wednesday, August 24, 2016

FUNGSI EKOSISTEM MANGROVE

Ekosistem hutan mangrove memiliki beberapa fungsi fisik, ekologis dan ekonomis. Fungsi fisik dari ekosistem hutan mangrove di antaranya : pelindung garis pantai, pelindung dari badai, perangkap sedimen, penghasil nutrien, penjaga kualitas air, pendukung ekosistem lain,  penyedia air tanah,  penstabil iklim lokal (Saengar, 2002).
Dari fungsi ekologis, ekosistem hutan mangrove menyediakan detritus sebagai bahan makanan organik bagi rantai makanan, tempat hidup yang baik bagi organisme arboreal, intertidal dan subtidal. Sebagai tempat bersarang, berlindung serta mencari makan bagi spesies burung. Hutan mangrove menyediakan tempat pengasuhan yang aman bagi ikan, crustacea dan kerang-kerangan yang terpenting bagi komersialisasi dan penggerak industri perikanan. Ekosistem mangrove memiliki peran yang sangat penting dalam mendaur ulang nutrien serta menyeimbangkan massa nutrien di ekosistem estuari. Mangrove juga merupakan salah satu sumber rantai makanan bagi organisme arboreal dan organisme di sekitar pantai yang bersumber dari daun, kayu, akar dan material detritus (U.S. Fish and Wildlife Service, 2012).

Dalam bidang ekonomi, ekosistem mangrove dapat menghasilkan bahan baku pembuatan arang bakau, kayu bakar, bahan bangunan, bahan baku chip, tanin, bahan baku atap tradisional, obat-obatan, area industri perikanan serta sebagai area ekowisata yang mana dapat memberikan pemasukan jika dikelola dengan baik (Anwar dan Gunawan, 2007).
Referensi :

Anwar, C. dan H. Gunawan. 2007. Peranan Ekologis dan Sosial Ekonomi Hutan Mangrove dalam Mendukung Pembangunan Wilayah Pesisir. Prosiding Ekspose Hasil-hasil Penelitian Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan Padang, 20 September 2008: 23-34. Bogor: Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam.

Saengar, P. 2002. Mangrove Ecology Silviculture and Conservation. Kluwer Academic Publisher. Dordrecht. 360p.

U.S. Fish and Wildlife Service. 2012. Mangrove : Multi-Species Recovery Plant for South Florida. http://www.fws.gov/ verobeach/ MSRPPDFs/ Mangroves.pdf. Diakses tanggal 8 Mei 2013 pukul 11.35 WIB.

Sunday, August 21, 2016

DEFINIS MANGROVE

Mangrove merupakan tumbuhan khas yang dapat ditemui pada daerah pasang surut yang bersusun untuk melindungi garis pantai pada daerah tropis dan subtropis. Mangrove juga disebut sebagai hutan pesisir, mangals, hutan pasang surut dan hutan mangrove (Saengar, 2002). Selain itu, ekosistem mangrove adalah penguhubung antara ekosistem laut dan ekosistem darat dan menjadi tempat hidup bagi lebih dari 1.300 spesies hewan dan menjadi salah satu ekosistem paling produktif (Fatoyinbo  et al., 2008).
Mangrove dapat dijumpai hampir di seluruh daerah tropis karena mangrove menempati  hampir  di semua kawasan pesisir kecuali pada daerah lahan terbuka atau daerah pantai yang sangat berbatu. Di sekitar daerah  muara sungai yang terlindung dan laguna, biasanya mangrove dapat dijumpai dalam area yang luas bahkan membentuk komunitas tanaman mangrove (mangal) hingga beberapa kilometer luasnya dan bertahap-tahap ke arah daratan beralih  kepada tumbuhan terrestrial (Tomlinson, 2004).

Mangrove adalah tanaman yang toleran terhadap garam yang hidup di daerah pasang surut (Fatoyinbo et al., 2008). Mangrove secara alami dilengkapi dengan mekanisme khusus yang memungkinkannya untuk mengambil air asin dalam konsentrasi yang berbeda, mengekstraksi molekul air, dan mengeluarkan garam melalui daun (Howari et al., 2009).

Referensi :

Fatoyinbo, T. E., M. Simard, R. A. W. Allen, dan H. H. Shugart. 2008. Landscape-scale Extent, Height, Biomass, and Carbon Estimation of Mozambique’s Mangrove Forests with Landsat ETM+ and Shuttle Radar Topography Mission Elevation Data. Journal of Geophysical Research. Vol 133 : 1-13.

Howari, F. M., B. R. Jordan, N. Bouhouchen dan Wyllie E. S. 2009. Field and Remote Sensing Assessment of Mangrove and Seagrass Beds in Northwestern Part of The United Arab Emirates. Journal of Coastal Research. Vol 25 (1) : 48-56. West Palm Beach (Florida), ISSN 0749-0208.

Saengar, P. 2002. Mangrove Ecology Silviculture and Conservation. Kluwer Academic Publisher. Dordrecht. 360p.

Tomlinson, P. B. 2004. The Botany of Mangrove. The Press Syndicate of the University of Cambridge The Pitt Building. New York. 419p.

Saturday, August 20, 2016

FOTOSINTESIS



Fotosintesis merupakan bagian dari siklus biogeokimia karbon. Tumbuhan akan mengurangi karbon di atmosfer (CO2) melalui proses fotosintesis dan menyimpan dalam jaringan tumbuhan (Sutaryo, 2009). Fotosinteis adalah proses fisiologis primer yang mengendalikan pertumbuhan tanaman dan produktifitas tanaman serta banyak mempengaruhi proses lainnya pada sebuah tanaman. Fotosintesis juga sangat kuat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan (Yin dan Struik, 2009). Fotosintesis merupakan sebuah proses merubah gas CO2 dan air menjadi glukosa dengan menggunakan energi dari cahaya matahari (Vermaas, 2001). Reaksi fotosintesis dapat terjadi pada semua tumbuhan yang mengandung pigmen klorofil, dan dengan adanya cahaya matahari (Rasyid, 2009). Proses fotosintesis sendiri dipengaruhi oleh faktor konsentrasi klorofil a, serta intensitas cahaya matahari (Barus et al., 2008).
Fotosintesis merupakan dasar dari produksi zat-zat organik dalam alam (produksi primer). Proses fotosintesis merupakan reaksi berantai yang amat panjang dan kompleks. Proses ini tidak dapat dilakukan secara in-vitro dengan menggunakan larutan klorofil ataupun dengan menggunakan chloroplast yang telah diisolir dari sel. Proses tersebut hanya dapat berlangsung di dalam sel hidup yang mengandung klorofil. Fungsi utama klorofil dalam proses fotosintesis adalah sebagai katalisator dan menyerap energi cahaya (kinetic energy) yang akan digunakan dalam proses tersebut (Strickland dalam Riyono, 2007).
Proses sintesis karbohidrat dari bahan-bahan anorganik (CO2 dan H2O) pada tumbuhan berpigmen dengan bantuan energi cahaya matahari disebut fotosintesis dengan persamaan reaksi kimia berikut ini :

6 CO2 + 6 H2O               Cahaya Matahari            -->  C6H12O6 + 6 O2
                                    Klorofil + Nutrien

Berdasarkan reaksi fotosintesis di atas, CO2 dan H2O merupakan substrat dalam reaksi fotosintesis dan dengan bantuan cahaya matahari dan pigmen fotosintesis (berupa klorofil dan pigmen-pigmen lainnya) akan menghasilkan karbohidrat dan melepaskan oksigen. Cahaya matahari meliputi semua warna dari spektrum tampak dari merah hingga ungu, tetapi tidak semua panjang gelombang dari spektrum tampak diserap (diabsorpsi) oleh pigmen fotosintesis. Atom O pada karbohidrat berasal dari CO2 dan atom H pada karbohidrat berasal dari H2O (Sasmitamihardja dan Siregar dalam Ai, 2012).
Energi cahaya diubah menjadi energi kimia oleh pigmen fotosintesis yang terdapat pada membran interna atau tilakoid. Pigmen fotosintesis yang utama ialah klorofil dan karotenoid. Klorofil a dan b menunjukkan absorpsi yang sangat kuat untuk panjang gelombang biru dan ungu, jingga dan merah (lembayung) dan menunjukkan absorpsi yang sangat kurang untuk panjang gelombang hijau dan kuning hijau (500-600 nm) (Sasmitamihardja dan Siregar dalam Ai, 2012).


Referensi :
Ai, N. S. 2012. Evolusi Fotosintesis pada Tumbuhan. Universitas Sam Ratulangi. Jurnal Ilmiah Sains. Vol. 12 (1) : 28-34.

Barus, T. A., S. S. Sinaga dan R. Tarigan. 2008. Produktivitas Primer Fitoplankton dan Hubungannya dengan Faktor Fisik-Kimia Air di Perairan Parapat, Danau Toba. Jurnal Biologi Sumatera. Vol. 3 (1) : 11-16. ISSN 1907-5537.

Rasyid, A. 2009. Distribusi Klorofil-a pada Musim Peralihan Barat Timur di Perairan Spermonde Propinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Sains dan Teknologi. Vol 9 (2) : 125-132. ISSN 1441-4674.

Riyono, S. H. 2007. Beberapa Sifat Umum dari Klorofil Fitoplankton. Oseana. Vol.32 (1) : 23-31. ISSN 0216-1877 .

Sutaryo, D. 2009. Penghitungan Biomassa Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon dan Perdagangan Karbon. Wetlands International Indonesia Programme. 39 hal (tidak diterbitkan). 

Vermaas, W. F. J. 2001. Photosynthesis and Respiration in Cyanobacteria. Arizona State University, Tempe, Arizona, USA. Encyclopedia of Life Science. 

Yin, X. dan P. C. Struik. 2009. C3 and C4 Photosynthesis Models: An Overview from The Perspective of Crop Modelling. Centre for Crop Systems Analysis, Department of Plant Sciences, Wageningen University. Journal of Life Sciences. Vol 57 : 27-38.