ASISTEN : RHIZA BERY
PUTRIANI
SISTEM PENCERNAAN
IKAN JAMBAL SIAM (Pangasius sutchi)
Oleh
Teguh Heriyanto
Ilmu Kelautan
LABORATORIUM
BIOPER
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU
KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2010
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................
i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang....................................................................... 1
1.2
Tujuan Praktikum .................................................................. 2
1.3
Manfaat Praktikum ............................................................... 2
II. TINJAUAN
PUSTAKA
III. METODE
PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat................................................................ 5
3.2
Bahan dan Alat...................................................................... 5
3.3
Prosedur Praktikum............................................................... 5
IV. HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil....................................................................................... 6
4.2
Pembahasan........................................................................... 10
V. KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1
Kesimpulan............................................................................... 12
5.2
Saran......................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Ikan jambal siam (Pangasius
sutchi)………………………………… 6
Saluran
pencernaan ikan jambal siam (Pangasius
sutchi)...………… 9
Hati (Hepar)
ikan jambal siam (Pangasius sutchi)……..…………… 9
DAFTAR GAMBAR
Lampiran Halaman
Bahan dan
alat…………………….………………………………… 6
KATA
PENGANTAR
Berkat rahmat Allah swt, akhirnya laporan Praktikum Ikhtiologi ini dapat
penulis selesaikan. Dalam laporan ini penulis membahas mengenai system pencernaan.
Praktikum ini dilaksanakan sebagai upaya pembelajaran serta pelatihan bagi
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
Sebagai manusia penyandang relativitas kebenaran, penulis sangat
menyadari adanya kekurangan didalam pembuatan laporan ini. Atas segala
kekurangan tersebut penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.
Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada asisten yang telah
memberikan bimbingan didalam praktikum dan pembuatan laporan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Pekanbaru, 27 April 2010
Teguh Heriyanto
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara
kepulauan terletak diantara samudra pasifik dan samudra hindia dan mempunyai
tatanan geografis yang rumit dilihat dari topografi dasar lautnya. Dasar
perairan Indonesia di berbagai tempat, terutama di kawasan barat, menunjukkan
bentuk yang sederhana atau rata dan hampir seragam, tetapi di tempat lain,
terutama dikawasan timur, menunujukkan bentuk-bentuk yang lebih majemuk tidak
teratur dan rumit (Feliatra et al, 2003).
Ikan adalah binatang bertulang belakang (vertebrata) yang berdarah dingin
(poikilothermal), hidup dalam air, gerakan dan keseimbangan badannya terutama
menggunakan sirip, dan umumnya bernapas dengan insang. Sebagian besar ikan
hidup di perairan laut sedangkan sebagiannya di perairan darat (Tim Iktiologi,
2001).
Sedangkan menurut Rahardjo (2000), ikan adalah makhluk
vertebrata yang berdarah dingin, bernapas dengan insang dan bergerak dengan
sirip, yang hidup di perairan. Setiap spesies ikan memiliki bentuk tubuh dan
bagian luar tubuh yang berbeda-beda sehingga ikan dapat digolongkan dalam
beberapa bagian. Namun pada umunya ikan mempunyai pola dasar yang sama, yaitu “
kepala-badan-ekor”.
Cephalaspidomorphi, Condrichthyes
dan Osteichthyes dimasukkan ke dalam Pisces, merupakan kelompok hewan yang
sangat besar dan banyak diminati orang, sehingga kelompok hewan ini mendapat
perhatian sebagai bidang ilmu khusus yakni iktiologi. (Romimohtarto, 2005).
Bila ditinjau
dari segi morfologinya dapat dibagi menjadi tujuh bagian yaitu bentuk tubuh,
bentuk mulut, linea lateralis, sirip, sungut, sisik, dan ciri-ciri lainnya.
Sedangkan bagian tubuh ikan dapat dibagi tiga yaitu bagian kepala, badan, dan
ekor.
Ikan memiliki batas kehidupan / umur. Umur ikan adalah masa kehidupan yang ditempuh oleh
suatu individu dari suatu spesies ikan sampai saat tertentu. Menurut Effendie (2001) bahwa penyebab umum
kematian ikan antara lain karena pemangsaan, parasit dan penyakit, penangkapan
dan pencemaran lingkungan
perairan.
1.2 Tujuan
Pratikum
Tujuan dari praktikum system pencernaan
ini adalah untuk mengenal dan mengetahui bagian – bagian, fungsi system pencernaan
dan dapat menggolongkan ikan kedalam golongan ikan herbivore, karnivora, dan
omnivore dari morfologi alat pencernaannya pada ikan secara umum terutama ikan
yang menjadi objek praktikum. Baik itu ikan air tawar maupun ikan air laut.
1.3 Manfaat
Praktikum
Sedangkan manfaat dari pratikum system
pencernaan ini adalah agar mahasiswa dapat mengenal dan memahami secara
langsung tentang system pencernaan pada ikan terutama ikan yang menjadi objek
praktikum.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Secara teori para ahli memperkirakan
sekitar 20.000 sampai 40.000 spesies ikan yang mendiami permukaan bumi ini
(Pulungan, C.Efrizal, T dan Sagita, 2001).
Secara teori para ahli memperkirakan ada sekitar dua puluh ribu sampai
dengan empat puluh ribu spesies yang mendiami permukaan bumi ini, dan empat
ribu diantaranya menghuni perairan Indonesia baik laut, payau dan perairan
tawar. Jumlah spesies ikan yang tercatat di daerah Riau diperkirakan mencapai
tiga ratus spesies ikan. Dari jumlah tersebut antara spesies yang satu dengan
yang lainnya sudah tentu memiliki beberapa kesamaan dan identifikasi, yang pada
dasarnya dapat dijadikan sebagai dasar pengklasifikasian (Manda et al, 2005).
Propinsi Riau merupakan salah satu propinsi yang memiliki wilayah daratan
94.561 km2 dan
3.241 pulau-pulau yang memiliki empat satuan wilayah sungai yaitu sungai Rokan,
Siak, Kampar dan sungai Indragiri yang
merupakan perairan yang potensial untuk pembangunan usaha perikanan (Yuniarti,
2000).
Untuk propinsi Riau produksi
perikanan umum adalah sebesar 12.706,6 ton atau 7% dari seluruh produksi
prikanan Riau, dimana produksi perikanan tersebut berasal dari kabupaten
indragiri hulu, Kampar, Bengkalis dan Indragiri hilir (EVY, MUJIANTI dan
SUJONO, 2001).
Luas perairan umum Riau adalah 62.648,53 Ha, terdiri dari luas perairan umum Indragiri Hilir 2.600 Ha, luas perairan umum Indragiri hulu 33,164 Ha, luas perairan umum kuansing singingi 23.086 ha, luas perairan umum Pekanbaru 85 Ha, luas perairan umum Siak 764 Ha, luas perairan umum Bengkalis 70 Ha, dan luas perairan umum Kampar 2.795,99 Ha (DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROPINSI RIAU, 2001).
Ridwan, Chaidir, Budjiono dan lesje, (2006) mengatakan terminology yang menyangkut bidang (latar) dan arah pada anatomi manusia berbeda yang diterapkan pada ikan atau hewan.
Luas perairan umum Riau adalah 62.648,53 Ha, terdiri dari luas perairan umum Indragiri Hilir 2.600 Ha, luas perairan umum Indragiri hulu 33,164 Ha, luas perairan umum kuansing singingi 23.086 ha, luas perairan umum Pekanbaru 85 Ha, luas perairan umum Siak 764 Ha, luas perairan umum Bengkalis 70 Ha, dan luas perairan umum Kampar 2.795,99 Ha (DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROPINSI RIAU, 2001).
Ridwan, Chaidir, Budjiono dan lesje, (2006) mengatakan terminology yang menyangkut bidang (latar) dan arah pada anatomi manusia berbeda yang diterapkan pada ikan atau hewan.
Menurut Ridwan, Chaidir, Budjiono dan Lesje, (2006) sirip pada ikan
terdiri dari sirip punggung(D), sirip dada(P), sirip perut(V), sirip anus(A),
dan sirip ekor(C). sirip punggung yang terdapat pada ikan(Kelas Chondrichtyes)
disokong oleh keping-keping tulang rawan yang dinamakan tulang basal yang
terletak dibagian bawah tertumpu apda cucuk Neural. Dan rawan radial yang
terletak di rawan basal menunjang jari-jari keras. Sirip dada chondrichtyes
disokong oleh tulang gelang bahu(pectoral girdle) yang kuat dan dinamakan
coracoscapula.
Manda et al (2005), Sirip pada ikan berperan dalam penentuan arah dan gerak ikan yang terdiri dari sirip punggung (D), sirip perut (V), sirip dada (P), sirip anus (A) dan sirip ekor (C). Tidak semua jenis ikan memiliki secara utuh kelima sirip tersebut secara sempurna.
Manda et al (2005), sirip pada ikan berperan sangat penting dalam penentuan gerak ikan. Sirip pada ikan terdiri dari sirip punggung (D), sirip dada (P), sirip perut (V), sirip anus (A), dan sirip ekor (C). kelima sirip tersebut ada yang bersifat ganda seperti pada sirip dada dan sirip perut, sedangkan yang lain bersifat tunggal. Tidak semua ikan di bumi ini memiliki secara utuh kelima sirip tersebut secara sempurna. Melainkan ada yang tidak lengkap.
Manda et al (2005), Sirip pada ikan berperan dalam penentuan arah dan gerak ikan yang terdiri dari sirip punggung (D), sirip perut (V), sirip dada (P), sirip anus (A) dan sirip ekor (C). Tidak semua jenis ikan memiliki secara utuh kelima sirip tersebut secara sempurna.
Manda et al (2005), sirip pada ikan berperan sangat penting dalam penentuan gerak ikan. Sirip pada ikan terdiri dari sirip punggung (D), sirip dada (P), sirip perut (V), sirip anus (A), dan sirip ekor (C). kelima sirip tersebut ada yang bersifat ganda seperti pada sirip dada dan sirip perut, sedangkan yang lain bersifat tunggal. Tidak semua ikan di bumi ini memiliki secara utuh kelima sirip tersebut secara sempurna. Melainkan ada yang tidak lengkap.
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Iktiologi tentang system
pernafasan dan system peredaran darah ini dilaksanakan pada hari Rabu, 21 April
2010 Pukul 11.00-13.00 WIB. Bertempat di
Laboratorium Biologi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Riau.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum
ini adalah ikan jambal siam (Pangasius
sutchi).
Alat yang digunakan pada praktikum
adalah pena, pensil, penghapus, penggaris , serbet, buku gambar, nampan,
giunting bedah dan buku penuntun praktikum.
3.3. Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum ini adalah
menyiapkan peralatan praktikum dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum.
Membuat klasifikasi dan habitat ikan. Membuat gambar ikan dan bagian tubuh ikan
serta bagian morpometrik. Membuat
ciri-ciri atau deskripsi dan gambar saluran pencernaan ikan dari sampel.
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan
hasil pengamatan pada praktikum system pencernaan ini dapat diketahui hasilnya adalah sebagai berikut:
4.1.1.Ikan
jambal siam (Pangasius sutchi).
|
|
Adapun ukuran dari jambal siam yang
dipraktikumkan adalah sebagai berikut:
TL : 230 mm BdH : 110 mm SL : 180 mm
FL : 200 mm HdL : 50 mm
Ikan jambal siam
memiliki bentuk tubuh kepala depressed dan tubuh compressed, mulut subterminal
(mulut dekat ujung hidung dan sedikit agak kebawah), terdapat sungut, lubang
hidung dirhinous, mata terdapat di kiri dan di kanan, terdapat tutup insang,
tidak bersisik,
Ikan jambal siam memiliki lima buah sirip, yaitu sirip punggung (pinnae
dorsalis), sirip dada (pinnae
pectoralis), sirip dubur
(pinnae analis) dan sirip ekor
(pinnae caudalis). Memiliki 1 sirip punggung, letak sirip punggung berada di pertengahan,
permulaan dasar sirip punggung persis sama dengan sirip perut, sirip punggung
dengan sirip ekor terpisah. Sirip dada horizontal, posisi sirip dada dibawah
línea lateralis persis di bawah tutup insang. Posisi sirip perut dibandingkan
sirip dada adalah Sub abdominal, yaitu sirip perut terletak di belakang sirip
dada. Sirip anus terpisah dengan sirip ekor, sirip anus tidak diliputi sisik.
Sirip ekor bercagak.
Bentuk mulut non proctactile (tidak dapat
disembulkan ke depan), ukuran mulut sedang karena celah mulut lebih besar dari
pada ikan bercelah mulut sempit, posisi mulut dengan bola mata tegak lurus
dengan sisi depan bola mata, ukuran bibir tipis, bibir atas ditutupi oleh kulit
lipatan hidung, rahang atas bersambung dengan rahang bawah, bentuk bibir atas
tidak bergerigi, ukuran moncong pendek dengan bentuk tumpul dan pada ujungnya
tidak terdapat duri, terdapat sepasang sungut di rahang atas.
Susunan línea lateralis lengkap dan sempurna,
bentuk línea lateralis melengkung ke atas, terdapat 1 linea lateralis.
Integumen merupakan bagian terluar dari ikan
sebagai sistem pembalut tubuh. Kulit ikan terdiri dari lapisan epidermis
dan dermis. Ikan jambal siam tidak terdapat sisik (squama) yang membungkus
tubuhnya. Sirip lengkap dan terdapat jari – jari sirip keras, jari- jari sirip
lemah mengeras, dan jari – jari sirip lemah. Warna kulit paada bagian dorsal
bewarna hitam, bagian medial bewarna abu – abu, dan bagian ventral bewarna
putih dan terdapat sedikit titik – titik atau bercak warnna merah yang
membedakan jambal siam dengan jenis dalam genus Pangasius.
Otot rangka lateral
pada jambal siam tergolong picine yang tersusun dari cranial hingga caudal yang
berbentuk conismusculi (kerucut).
Pada ikan, otot dibagi
2 daerah oleh adanya selaput tipis yang disebut septum horizontal, yaitu
musculus epaxial (septum horizontal dibagian dorsal) dan musculus hepaxial
(septum horizontal dibagian ventral).
Ikan jambal siam
memiliki tergolong ikan yang memiliki tutup insang akan tetapi ikan ini tidak
memiliki alat pernafasan tambahan. Gelembung renanng pada ikan bewarna keputih
– putihan. Bagian anterior gelembung renangnya lebih besar dari pada bagian
posterior. Pada ikan jambal siam (Pangasius
sutchi) jantung berada di bagian posterior insang. Warna jantung merah
kecoklat – coklatan.
Saluran
pencernaan ikan dimulai dari mulut → rongga mulut → pharynx → esophagus →
lambung → usus → rectum → kloaka → anus. Pada Ikan Jambal Siam (Pangasius sutchi), tapis insang tidak
begitu rapat tetapi jumlahnya banyak. Pada rongga mulut, gigi kecil dan halus. Lambung
berbentuk kantung dan usus berukuran sedang. Dari ciri – ciri tersebut diatas
dapat disimpulkan bahwa Ikan Jambal Siam (Pangasius
sutchi) tergolong ikan Omnivora.
|
Hati (Hepar) pada ikan
jambal siam terletak di bagian depan rongga badan uang berfungsi sebagai
pengsekresi cairan empedu
|
4.2 Pembahasan
Jambal siam (patin)
terklasifikasikan dalam ordo Ostariophyri, sub ordo Siluroide, famili
Pangasidae, genus Pangasius, spesies Pangsius sutchi. (Saanin, 1984).
Ikan Jambal siam termasuk ke dalam genus Pangasius dan famili Pangasidae
(Robert and Vidthayanon, 1991). Morfologi ikan Jambal siam mempunyai badan
memanjang dan pipih, posisi mulut sub terminal,dan dilengkapi dengan 4 buah
sungut. Sirip punggung berduri dan bersirip tambahan serta terdapat garis
lengkung mulai dari kepala sampai pangkal sirip ekor. Bentuk sirip tersebut
agak bercagak dengan bagian tepi berwarna putih dengan garis hitam ditengah. Ikan ini mempunyai panjang maksimum 150 cm.
(Sumantadinata, 1993).
Selanjutnya Khairuman
dan Sudenda (2002) menyatakan genus Pangasius termasuk golongan ikan
karnivora(pemakan hewan).Ikan ini digolongkan sebagai sebagai ikan dasar atau
demersal yang bersifat nocturnal.Makanan ikan genus pangasius di alam antara
lain berupa ikan-ikan kecil ,caving detritus,serangga,udang-udangan dan
mollusca.
Kottellate et el (1993)
mengemukakan bahwa penyebaran ikan genus Pangasius dimulai dari India ,
Birma,Thailand, Kalimantan, Sumatera dan Jawa. Jambal siam hidup sebagai
benthoplagis; postamodromous (Riedie,
K. 2004), perairan tawar pada pH berkisar antara 6,5 – 7,5; dan dH
antara 2 – 29.
Kepala Jambal Siam
biasanya lebar dengan mulut terletak di ujung dan mata agak di bawah sudut
mulut(Subagyo,1981).Sirip punggung terletak agak ke depan,antara sirip punggung
dan sirip ekor terdapat sirip tambahan yaitu sirip lemak.Panjang sirip dubur
biasanya sepertiga dari panjang tubuh ,berwarna merah dengan sirip tengah
berwarna merah dengan sirip tengan yang berwana hitamdan mempunyai jari-jari
yang berkisar antara 34-36 buah.Jari-jari sirip perutnya 8-9 buah.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari
hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa secara umum ikan memiliki system pencernaan
yang khas walaupun ikan tersebut dalam satu genus dan ikan yang menjadi objek
praktikum tergolong ikan omnivora.
5.2. Saran
Dari
pelaksaan pratikum, diharapkan agar para asisten dapat mendampingi para
praktikan selama praktikum sehingga apabila terdapat kekeliruan dapat segera
diperbaiki. Juga agar dapat memperlancar praktikum ini diharapkan adanya sarana
dan prasarana yang memadai. Dan juga diharapkan agar para praktikan dapat
mematuhi segala peraturan dan tata tertib selama di laboratorium.
DAFTAR
PUSTAKA
DINAS PERIKANAN dan KELAUTAN
PROPINSI RIAU, 2001. Potensi dan tingkat pemanfaatan sumber daya perikanan dan
kelautan propinsi Riau. 45 hal (tidak diterbitkan).
Effendie, M. I. 1997. Biologi perkanan.
Yayasan Pustaka nusantara. Yogyakarta. 163 hal.
EVY,R., ENDANG MUJIANI dan K. SUJONO.2001.
Usaha Perikanan di Indonesia. Mutiara Sumber Widya. Jakarta. 96 hal.
Feliatra, Arthur Brown, Syafril Nurdin, Kusai, Putu Sedana, Sukendi,
Suparmi,Elberizon. 2003. Pengantar Perikanan dan Ilmu Kelautan II.Faperikan
Press Universitas Riau. Pekanbaru.180 hal.
Kottelat, M. dan E. Widjanarti.
2005. The fishes of Danau Sentarum National Park and the KapuasLakes area,
Kalimantan Barat, Indonesia, Raffles Bull. Zool. Supplement (13) : 139 – 173.
Manda, R., I. Lukystiowati, C. Pulungan dan Budijono. 2005. Penuntun Praktikum
Ichthyologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.
PULUNGAN, C. P. 2000. Deskripsi ikan-ikan air tawar dari Waduk PLTA Koto
Panjang. Riau. Puasat Universitas Riau. Pekanbaru 34 hal. (tidak diterbitkan).
RAHARDJO, S. 1980. Oseanografi Perikanan I.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.
141 hal.
Riedie, K. 2004. Global register
of migratory species-from global to
regional scale. Final Report of the R&D-Projekt 808 05 081. Federal Agency
for Nature Conservation, Bonn, Germany. 329 p.
Roberts, T. R. (1989). The Fresh water Fishes of western Borneo
(Kalimantan barat, Indonesia). Calif. Acad. Sci. Mem. 14:1-210
Romimohtarto, K. 2005. Ilmu
Pengetahuan Biota Laut. Djambatan. Jakarta. 540 hal.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci
Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta. Bandung.
SUMANTADINATA, K. 1983
Pengembangbiakan ikan-ikan pemeliharaan di indonesia.
Susanto, H. 1996. Membuat Kolam Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. 73 hal.
Vidthayanon, C. 2002. Peat swamp fishes of Thailand. Office of
Environmental Policy and Planning, Bangkok, Thailand, 136 p.
YUNIARTI. 2000. inventarisasi dan
identifikasi ikan Channidae yang terdapat di Sungai Kampar Propinsi Riau.
Laporan Praktek lapang. Fakultas perikanan dan ilmu kelautan, Universitas Riau,
Pekanbaru. 32 hal (tidak diterbitkan).
LAMPIRAN
No comments:
Post a Comment