perhatian : diperbolehkan untuk meng-copy materi ini dengan syarat
hanya untuk akademis dan mencantumkan Nama Penulis dan alamat web halaman ini pada daftar
pustaka anda.
Prof. Dr. Ir. Rifardi, M.Sc
Prof. Dr. Ir. Rifardi, M.Sc
LAPORAN PRAKTIKUM SEDIMENTOLOGI
ANALISIS FRAKSI SEDIMEN PERAIRAN SELAT RUPAT
OLEH :
TEGUH HERIYANTO
0904121598
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS
RIAU
PEKANBARU
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan petunjukNya penulis dapat
menyelesaikan laporan pratikum Sedimentologi yang berjudul Analisis Fraksi Sedimen
Perairan Selat Rupat tepat pada waktunya.
Penulis
mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada dosen mata kuliah Sedimentologi bapak Prof. Dr. Ir. Rifardi, M.Sc dan asisten yang telah membantu selama
pelaksanaan pratikum sampai pada penulisan laporan ini.
Penulis
menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan laporan ini sehingga
penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan laporan di masa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Pekanbaru,
Mei 2011
Penulis
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
DAFTAR TABEL.................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... v
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang............................................................................... 1
1.2.
Tujuan............................................................................................ 3
1.3.
Manfaat.......................................................................................... 3
II. METODE PRAKTIKUM
2.1. Waktu dan Tempat........................................................................ 4
2.2. Bahan dan Alat.............................................................................. 4
2.3. Prosedur pratikum.......................................................................... 5
2.3.1 Penentuan Lokasi Sampling................................................... 5
2.3.2 Pengambilan dan
Penanganan Sampel................................... 5
2.3.3 Parameter Kualitas Perairan................................................... 6
2.3.4 Analisis Fraksi
Sedimen......................................................... 6
2.4. Analisis
Data.................................................................................. 8
2.5.
Asumsi............................................................................................ 10
III. HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1.Hasil................................................................................................ 11
3.2.Pembahasan…………………………............................................ 27
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan.................................................................................... 31
4.2. Saran.............................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
|
Halaman
1. Data Kedalaman dan Posisi Titik
Sampling Pengambilan Sedimen......
. 11
2. Fraksi Sedimen pada Stasiun 1 ...............................................................
12
3. Fraksi Sedimen pada Stasiun 2 ...............................................................
13
4. Fraksi Sedimen pada Stasiun 3 ...............................................................
14
5. Fraksi Sedimen pada Stasiun 4 ...............................................................
15
6. Fraksi Sedimen pada Stasiun 5 ...............................................................
17
7. Fraksi Sedimen pada Stasiun 6 ...............................................................
18
8. Fraksi Sedimen pada Stasiun 7 ...............................................................
19
9. Fraksi Sedimen pada Stasiun 8 ...............................................................
20
10. Fraksi Sedimen pada Stasiun 9 .............................................................
22
11. Fraksi Sedimen pada
Stasiun 10 .............................................................
23
12. Fraksi Sedimen pada
Stasiun 11............................................................. 24
13. Fraksi Sedimen pada
Stasiun 12.............................................................
25
14. Parameter Statistika Sedimen................................................................. 26
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Segitiga Separt untuk Stasiun
1.............................................................. 13
2. Segitiga Separt untuk
Stasiun 2 ...............................................................
14
3. Segitiga Separt untuk
Stasiun 3 .............................................................. 15
4. Segitiga Separt untuk
Stasiun 4............................................................... 16
5. Segitiga Separt untuk
Stasiun 5 ...............................................................
17
6. Segitiga Separt untuk
Stasiun 6 ...............................................................
19
7. Segitiga Separt untuk
Stasiun 7 ...............................................................
20
8. Segitiga Separt untuk Stasiun 8 ...............................................................
21
9. Segitiga Separt untuk
Stasiun 9............................................................... 22
10. Segitiga Separt untuk
Stasiun 10............................................................ 23
11. Segitiga Separt untuk
Stasiun 11............................................................ 25
12. Segitiga Separt untuk
Stasiun 12............................................................ 26
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar
di dunia, memiliki luas wilayah laut 5,8 juta km2 terdiri dari 3,1
juta km2 luas laut nusantara, 2,7 juta km2 wilayah zona
ekonomi eksklusif Indonesia (ZEEI) dengan jumlah pulau sebanyak 17.480 pulau
dan panjang garis pantai diperkirakan 95,181 km. Secara keseluruhan wilayah
laut Indonesia mencapai 75,3 % dari total wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (Rompas et al, 2008).
Laut dan sumberdaya alam yang dikandungnya
dipahami secara luas sebagai suatu sistem dalam biosfer yang memiliki nilai
guna bagi kehidupan ekonomis dan ekologis manusia. Adanya sumber sumberdaya
hayati menyediakan peluang bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan protein yang
bermanfaat dalam kehidupan manusia.
Sedimentasi merupakan proses lanjutan dari erosi. Sedimentasi adalah
pengendapan (deposisi) dari sedimen. Suspensinya berupa bahan-bahan organik dan
anorganik yang tersuspensi di dalam air dan diangkutoleh air yang mengalir
(Manan (1997) dalam Tamod (2003)). Sedimentasi yang terjadi di wilayah pesisir
terjadi pada muara-muara sungai. Pola-pola sedimentasi tergantung pada pola
pergerakan air, apabila gerakan air horizontal tinggi, sedimen akan tetap dalam
bentuk larutan.
Namun bila gerakan air perlahan sehingga tidak cukup energi untuk menjaga
agar sedimen tetap larut maka akan terjadi proses pengendapan bahan-bahan
sedimen. Selain itu energi gerakan air juga berpengaruh terhadap ukuran
bahan-bahan sedimentasi yang akan diendapkan. Tingginya proses sedimentasi ini
akan berdampak kembali pada manusia itu sendiri seperti terganggunya
transportasi laut karena telah terjadi pendangkalan, terjadinya pengurangan
lahan/areal, dan sebagainya.
Sedimentologi
adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang sedimen. Kata sedimen berasal
dari bahasa Yunani, yaitu sedimentum
yang berarti pengendapan, sedangkan sedimen diartikan sebagai material-material
yang berasal dari pelapukan atau perombakan batuan yang lebih tua atau material
yang berasal dari proses weathering batuan dan ditransportasikan oleh air,
udara dan es atau material yang diendapkan oleh proses – proses yang terjadi
secara alami seperti presipitasi secara kimia atau sekresi oleh organisme,
kemudian membentuk suatu lapisan pada permukaan bumi.
Sedimen
dapat dibagi dua (berdasarkan proses dan mekanisme pembentuka), yaitu sedimen
tekstur klastik; terbentuk dari hasil litifikasi material yang lebih tua dan
sedimen nonklastik; terbentuk dari hasil aktifitas kimia dan biologi. Ukuran butiran sedimen dapat menjelaskan berbagai hal seperti, daerah
asal sedimen, jenis partikel sedimen, ketahanan partikel sedimen terhadap
proses kerusakan, jenis proses yang yang berperan dalam transportasi dan deposisi
sedimen. Distribusi frekuensi ukuran butiran sedimen dapat memberikan gambaran
tentang kondisi hirologi suatu daerah tempat terjadinya pengendapan tersebut.
Perairan Selat Rupat merupakan perairan yang
padat karena perairan ini adalah jalur transportasi nasional maupun
internasional. Segala bentuk aktivitas di sekitar kawasan ini akan berdampak
langsung pada perairan tersebut baik secara biologi, fisika maupun kimia. Semua
material yang masuk ke badan perairan akan dibawa ke arah perairan Selat Rupat dan
akan mengendap di dasar perairan. Hasil endapan material-material tersebut
berupa material organik dan anorganik yang dikenal dengan istilah sedimen.
Dari
segi keadaan geografi Selat Rupat ini, kontribusi debit air dari Sungai Mesjid,
meyakinkan bahwa di dasar perairan ini banyak mengandung sedimen. Hal ini akan berpengaruh terhadap substrat sedimen
yang lebih didominasi lumpur akan terjadi komposisi yang berbeda serta sebaran yang merata di setiap perairan Selat
Rupat.
1.2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk
membuat peta atau menggambarkan sebaran geografis parameter statistika sedimen
pada wilayah perairan yang menjadi lokasi praktikum.
1.3. Manfaat
Praktikum ini bermanfaat agar mahasiswa
mampu membuat peta atau menggambarkan sebaran geografis parameter statistika
sedimen pada wilayah perairan yang menjadi lokasi praktikum.
II. METODE PRAKTIKUM
2.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2012 yaitu pengambilan sampel di muara Sungai Mesjid
dan beberapa titik sampel di Perairan Selat Rupat. Dilanjutkan pada tanggal 15 – 18 Mei 2012 yaitu analisis di Laboratorium Terpadu Jurusan Ilmu
Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
2.2. Bahan dan Alat
Untuk
pengambilan sampel dari lapangan diperlukan Grab
sampler yang
berfungsi untuk mengambil sedimen permukaan yang ketebalannya tergantung dari
tinggi dan kedalamannya grab masuk ke dalam lapisan sedimen. Kelebihan dalam
memakai grab sampler adalah lokasi sampel dapat ditentukan dengan pasti,
prakiraan kedalaman dapat diketahui, sedangkan kerugiannya adalah kapal harus
berhenti sewaktu alat dioperasionalkan, sample mudah teraduk dan beberapa
fraksi sedimen yang halus dapat hilang sewaktu mengangkatnya, Echosounder untuk melakukan pendugaan kedalaman suatu perairan,
terutama selama perjalanan menuju stasiun satu ke stasiun yang lainnya, Kantong plastik berguna sebagai
tempat atau wadah setelah sample sedimen diperoleh untuk dapat dibawa ke
laboratorium dan Global Positioning System yang berfungsi untuk penentuan lokasi sampling sedimen
berdasarkan input data dari satelit. GPS lebih akurat untuk penentuan lokasi
sampling atau lokasi suatu daerah secara teliti dan mendetail.
Sedangkan untuk analisis di laboratorium diperlukan stopwatch, tabung
silinder 1000 ml, ayakan bertingkat yang
berfungsi untuk memisahkan partikel sedimen berdasarkan kelas ukurannya mulai
dari fraksi kerikil sampai pasir. Ukuran Mesh Size alat ini adalah ; 2 mm, 500
um, 250 um, 125 um, 62 um, 31 um, 16 um, 8 um, 4 um, 2 um. Ukuran ini
berdasarkan pada skala dan kelas butiran sedimen seperti yang dikemukakan oleh
Wenworth (1922)., cawan keramik, pipet volumetri, aluminium
foil, oven dan timbangan analitik.
Bahan yang
dipergunakan pada praktikum ini mencakup:
1. Sampel sedimen yang diambil pada setiap titik
sampling.
2. Hidrogen Peroksida (H2O2) 3%
untuk memisahkan fraksi yang saling lengket satu sama lain sehingga tidak
terdapat kesalahan analisis
2.3. Prosedur
Penelitian
Metode yang
digunakan pada praktikum ini ialah metode survei, dengan turun langsung ke
lapangan dan analisis di laboratorium, yakni menggunakan metode pipet maupun
ayakan bertingkat.
2.3.1. Penentuan
Lokasi Sampling
Lokasi
sebelumnya telah ditentukan terlebih dahulu oleh tim panitia pelaksan. Untuk
titik koordinat yang pasti maka digunakan Global Positioning System yang
berfungsi untuk penentuan lokasi
sampling sedimen berdasarkan input data dari satelit. GPS lebih akurat untuk
penentuan lokasi sampling atau lokasi suatu daerah secara teliti dan mendetail.
2.3.2. Pengambilan dan
Penanganan Sampel
Setelah persiapan keberangkatan
selesai maka pengambilan sampel dilaksanakan. Kapal akan berhenti di
maisng-masing titik sampling. Kemudian grab sampler akan diturunkan. Setelah
grab sampler telah sampai di dasar perairan, tali grab ditegangkan dengan cara
menarik tali sampai tegak lurus dengan posisi grab sampler yang ada di dasar
perairan. Jatuhkan bom sampler/ pemberat untuk membuka grab yang ada di dasar
perairan. Grab kemudian ditarik ke permukaan dan sampel yang terangkat
dimasukkan ke dalam kantong sampel yang berukuran 10 kg kemudian diberi label.
Sampel tersebut kemudian disimpan di box atau wadah tertentu yang dianggap aman
untuk kemudian dibawa ke laboratorium untuk analisa lebih lanjut. Lalu grab
dibersihkan dengan air tawar dan disimpan pada tempatnya.
2.3.3. Parameter
Kualitas Perairan
Selain mengambil sampel sedimen
saat turun ke lapangan dilakukan pula pengukuran kualitas perairan antara lain
suhu, kedalaman dan arus. Untuk suhu dan kedalaman dapat menggunakan GPS
sedangkan untuk arus menggunakan current drogue dan stopwatch.
2.3.4. Analisis Fraksi
Sedimen
Analisis Fraksi
Kerikil dan Pasir
·
Sampel yang
telah siap di laboratorium tempatkan pada cawan porselin kemudian ditimbang
berat basahnya, minimal 25 gram untuk setiap sampel dengan menggunakan
timbangan analitik.
·
Sampel basah
yang telah ditimbang beratnya, dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu
105 0C sampai tidak ada lagi kandungan airnya.
·
Sampel yang
telah kering tempatkan dalam cawan porselin tambahkan larutan Hidrogen
Peroksida 3% secukupnya lalu gerus hingga agak halus.
·
Sampel yang
telah digerus, diayak dengan menggunakan ayakan bertingkat untuk mendapatkan
fraksi sedimen yang berbeda sesuai dengan ukurannya masing-masing.
·
Ambil masing-masing
sampel yang tertahan pada masing-masing tingkat ayakan, tempatkan ke dalam
wadah yaitu aluminium foil yang telah diberi label sementara itu fraksi sedimen
yang masih lolos ditempatkan dalam tabung silinder untuk analisis fraksi
Lumpur.
·
Keringkan fraksi
sampel pasir yang telah didapat sesuai ukuran mesh size dengan menggunakan
oven. Setelah kering timbanglah berat masing-masing sampel.
·
Masukkan data
berat masing-masing fraksi ke dalam tabel perhitungan yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
·
Fraksi pasir dapat
dianalisis dengan menggunakan Metoda Pengayakan.
·
Fraksi Lumpur
dianalisis dengan menggunakan metoda Pipet.
Analisis
Fraksi Lumpur
·
Sedimen yang
lolos dari saringan bersama airnya ditampung dalam sebuah wadah kemudian
masukkan ke dalam tabung silinder berukuran 1000 ml ditambah dengan Hidrogen
Peroksida 3% sebanyak 2 ml lalu aduk.
·
Diamkan selama
24 jam
·
Esoknya sudah
akan terlihat endapan di dasar tabung. Setelah itu aduk kembali tabung hingga
endapan tadi kembali tersuspensi. Catat waktunya sesaat menjelang air yang
bercampur sedimen mendekati batas 1000 ml pada tabung silinder. Tunggu selama 4
menit untuk mendapatkan fraksi sedimen yang pertama menggunakan pipet
volumetrik dengan batas yang telah ditentukan sesuai dengan kedalaman 10 ml dan
20 ml.
·
Setelah 4 menit
pertama selesai dan sampel diambil, tunggu selama 15 menit lalu dilakukan
pengambilan kembali sampel sedimen tersebut.
·
Setelah
stopwatch menunjukkan waktu 30 menit maka lakukan lagi pengambilan yang
terakhir. Tiap-tiap air sampel yang telah diambil ditempatkan ke dalam wadah
aluminium foil yang telah diberi label, lalu keringkan dengan menggunakan oven
selama 24 jam.
·
Hitung berat
sample yang telah kering beserta berat wadahnya.
2.4. Analisis Fraksi
Sedimen
Dari hasil yang telah dianalisa
dilanjutkan dengan perhitungan menggunakan bebrapa rumus berdasarkan Folk dan Ward (1968) dalam Supryadi et
al, (1996). Diantaranya adalah:
Folk dan Ward
(1968) dalam Supriyadi et al (1996) :
Keterangan :
Apabila nilai SKl negatif, maka kecendrungan partikel sedimen kasar.
Apabila nilai SKl positif, maka kecendrungan partikel sedimen halus.
Kurtosis : Kg =
2.5 Asumsi
Semua
sampel yang diambil untuk analisis farksi sedimen dianggap telah mewakili dari
perairan Selat Rupat.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil.
Posisi geografis Perairan Selat Rupat ditumbuhi oleh
vegetasi mangrove dengan substrat berlumpur. Perairan Selat Rupat mendapat
masukan air tawar dari Sungai Mesjid dan Sungai Dumai.
Proses sedimentasi dan fenomena lainya yang akan
mempengaruhi substrat dari perairan ini, dengan pola arus yang berbeda serta
aktivitas pelayaran akan mempengaruhi sebaran fraksi sedimen di selat rupat.
Berikut adalah data kedalaman dan posisi dari titik sampling:
Tabel 1. Data Kedalaman dan Posisi
Titik Sampling Pengambilan Sedimen
Stasiun
|
Letak stasiun
|
Kedalaman
|
Keterangan
|
|
Letak lintang
|
Letak bujur
|
|||
1
|
010 41’01,0’’
|
1010 24’36,0‘’
|
1,5
m
|
Terlihat
tumpahan minyak
|
2
|
010 41’03,0’’
|
1010 24’38,1‘’
|
2
m
|
|
3
|
010 41’ 1,00’’
|
1010 24’40,0‘’
|
2
m
|
|
4
|
010 41’50,2‘’
|
1010 26’39,0‘’
|
2
m
|
Terlihat
abrasi pantai pantai
|
5
|
010 41’50,3‘’
|
1010 26’14,4‘’
|
3
m
|
|
6
|
010 41’50,0‘’
|
1010 26’23,4‘’
|
4
m
|
|
7
|
010 41’31,3‘’
|
1010 29’24,4‘’
|
7
m
|
Terlihat
abrasi pantai dan tumpahan minyak
|
8
|
010 41’31,1‘’
|
1010 25’25,1‘’
|
13,13
m
|
|
9
|
010 41’31,2‘’
|
1010 25’34,6‘’
|
18
m
|
|
10
|
010 40’59,2‘’
|
1010 28’45,7‘’
|
4
cm
|
Terlihat
perairanya tercemar karena tumpahan minyak
|
11
|
010 41’22,0‘’
|
1010 28’47,4‘’
|
19
m
|
|
12
|
010 41’11,8‘’
|
1010 28’50,5‘’
|
34
m
|
Hasil analisa sampel sedimen pada setiap stasiun yang ditabulasikan ke
dalam Tabel dan dapat ditentukan klasifikasinya berdasarkan segitiga Shepard
sebagi berikut :
Tabel 2.
Analisa Sampel Sedimen Stasiun 1.
BK Total
|
Ø
|
BC
|
Fraksi
|
BC +
Ø
|
gr Ø
|
gr
fraksi
|
%
fraksi
|
% Ø
|
%
kumulatif
|
19,21
|
-1
|
1,12
|
Kerikil
|
1,43
|
0,31
|
0,31
|
5,61
|
5,61
|
5,61
|
0
|
1,14
|
Pasir
|
1,15
|
0,01
|
5,11
|
92,41
|
0,18
|
5,79
|
|
1
|
1,14
|
1,37
|
0,23
|
4,16
|
9,95
|
||||
2
|
0,97
|
2,27
|
1,3
|
23,51
|
33,45
|
||||
3
|
0,96
|
3,24
|
2,28
|
41,23
|
74,68
|
||||
4
|
1,37
|
2,66
|
1,29
|
23,33
|
98,01
|
||||
5
|
0,97
|
Lumpur
|
1
|
0,03
|
0,11
|
1,99
|
0,54
|
98,55
|
|
6
|
1,35
|
1,37
|
0,02
|
0,36
|
98,92
|
||||
7
|
0,9
|
0,94
|
0,04
|
0,72
|
99,64
|
||||
>
7
|
1,3
|
1,32
|
0,02
|
0,36
|
100,00
|
||||
∑
|
5,53
|
5,53
|
100
|
100
|
Ø5 = -1,01 Ø16 = 1,32 Ø25 = 1,7 Ø50 = 2,4 Ø75 = 3 Ø84= 3,21 Ø95 =3,7
% Fraksi :
Kerikil = 5,61 %
Pasir =
92,41 %
Lumpur = 1,99 %
Gambar 1. Segitiga Shepard untuk Fraksi Sedimen
Stasiun 1.
Jadi fraksi pada stasiun 1 adalah fraksi pasir
Tabel 3. Analisa Sampel Sedimen Stasiun 2.
BK
Total
|
Ø
|
BC
|
Fraksi
|
BC +
Ø
|
gr Ø
|
gr
fraksi
|
%
fraksi
|
% Ø
|
%
kumulatif
|
24,31
|
-1
|
0,87
|
Kerikil
|
0,98
|
0,11
|
0,11
|
2,66
|
2,66
|
2,66
|
0
|
0,73
|
Pasir
|
0,85
|
0,12
|
3,66
|
88,62
|
2,91
|
5,57
|
|
1
|
0,75
|
0,82
|
0,07
|
1,69
|
7,26
|
||||
2
|
0,81
|
1,22
|
0,41
|
9,93
|
17,19
|
||||
3
|
0,86
|
2,22
|
1,36
|
32,93
|
50,12
|
||||
4
|
0,83
|
2,53
|
1,7
|
41,16
|
91,28
|
||||
5
|
0,88
|
Lumpur
|
0,93
|
0,05
|
0,36
|
8,72
|
1,21
|
92,49
|
|
6
|
0,79
|
0,96
|
0,17
|
4,12
|
96,61
|
||||
7
|
0,79
|
0,83
|
0,04
|
0,97
|
97,58
|
||||
>
7
|
0,76
|
0,86
|
0,1
|
2,42
|
100,00
|
||||
∑
|
4,13
|
4,13
|
100
|
100
|
Ø5 = -0,15 Ø16 = 1,9 Ø25 = 2,25 Ø50 = 3 Ø75 = 3,35 Ø84= 3,7 Ø95 = 5,7
% Fraksi : Kerikil : 2,66%
Pasir : 88,62 %
Lumpur : 8,72 %
Gambar 2. Segitiga Shepard untuk Fraksi Sedimen
Stasiun 2
Jadi fraksi pada stasiun 2 adalah fraksi pasir.
Tabel 4. Analisa Sampel Sedimen Stasiun 3.
BK
Total
|
Ø
|
BC
|
Fraksi
|
BC +
Ø
|
gr Ø
|
gr
fraksi
|
%
fraksi
|
% Ø
|
%
kumulatif
|
15,41
|
-1
|
2,33
|
Kerikil
|
2,35
|
0,02
|
0,02
|
0,75
|
0,75
|
0,75
|
0
|
1,92
|
Pasir
|
2,04
|
0,12
|
2,48
|
93,23
|
4,51
|
5,26
|
|
1
|
1,8
|
2
|
0,2
|
7,52
|
12,78
|
||||
2
|
2,55
|
3,19
|
0,64
|
24,06
|
36,84
|
||||
3
|
2,01
|
3,41
|
1,4
|
52,63
|
89,47
|
||||
4
|
2,17
|
2,29
|
0,12
|
4,51
|
93,98
|
||||
5
|
1,36
|
Lumpur
|
1,42
|
0,06
|
0,16
|
6,02
|
2,26
|
96,24
|
|
6
|
2,36
|
2,42
|
0,06
|
2,26
|
98,50
|
||||
7
|
0,99
|
1,02
|
0,03
|
1,13
|
99,62
|
||||
>
7
|
1,99
|
2
|
0,01
|
0,38
|
100,00
|
||||
∑
|
2,66
|
2,66
|
100
|
100
|
Ø5 = -0,05 Ø16 = 1,2 Ø25 = 1,6 Ø50 = 2,2 Ø75 = 2,65 Ø84= 2,85 Ø95 = 4,4
% Fraksi :
Kerikil = 0,75 %
Pasir =
93,23%
Lumpur = 6,02 %
Gambar 3. Segitiga Shepard untuk Fraksi Sedimen
Stasiun 3.
Jadi fraksi pada stasiun 3 adalah fraksi pasir.
Tabel 5. Analisa Sampel Sedimen
Stasiun 4.
BK
Total
|
Ø
|
BC
|
Fraksi
|
BC +
Ø
|
gr Ø
|
gr
fraksi
|
%
fraksi
|
% Ø
|
%
kumulatif
|
19,4
|
-1
|
1,01
|
Kerikil
|
1,04
|
0,03
|
0,03
|
0,73
|
0,73
|
0,73
|
0
|
0,95
|
Pasir
|
1,17
|
0,22
|
3,91
|
95,37
|
5,37
|
6,10
|
|
1
|
0,99
|
1,45
|
0,46
|
11,22
|
17,32
|
||||
2
|
0,92
|
2,74
|
1,82
|
44,39
|
61,71
|
||||
3
|
0,94
|
2,05
|
1,11
|
27,07
|
88,78
|
||||
4
|
0,94
|
1,24
|
0,3
|
7,32
|
96,10
|
||||
5
|
0,98
|
Lumpur
|
1,03
|
0,05
|
0,16
|
3,90
|
1,22
|
97,32
|
|
6
|
0,93
|
0,97
|
0,04
|
0,98
|
98,29
|
||||
7
|
0,91
|
0,94
|
0,03
|
0,73
|
99,02
|
||||
>
7
|
1,04
|
1,08
|
0,04
|
0,98
|
100,00
|
||||
∑
|
4,1
|
4,1
|
100
|
100
|
Ø5 = -0,11 Ø16 = 0,91 Ø25 = 1,21 Ø50 = 1,77 Ø75 = 2,41 Ø84= 2,75 Ø95 = 3,75
% Fraksi :
Kerikil = 0,73%
Pasir =
95,37%
Lumpur = 3,90%
Gambar 4. Segitiga Shepard untuk Fraksi Sedimen
Stasiun 4.
Jadi fraksi pada stasiun 4 adalah fraksi pasir.
Tabel 6.
Analisa Sampel Sedimen Stasiun 5.
BK
Total
|
Ø
|
BC
|
Fraksi
|
BC +
Ø
|
gr Ø
|
gr
fraksi
|
%
fraksi
|
% Ø
|
%
kumulatif
|
12,08
|
-1
|
0,9
|
Kerikil
|
0,99
|
0,09
|
0,09
|
2,17
|
2,17
|
2,17
|
0
|
0,74
|
Pasir
|
0,78
|
0,04
|
3,96
|
95,65
|
0,97
|
3,14
|
|
1
|
0,9
|
0,9
|
0
|
0,00
|
3,14
|
||||
2
|
0,94
|
3,1
|
2,16
|
52,17
|
55,31
|
||||
3
|
0,76
|
2,51
|
1,75
|
42,27
|
97,58
|
||||
4
|
0,81
|
0,82
|
0,01
|
0,24
|
97,83
|
||||
5
|
0,95
|
Lumpur
|
1,01
|
0,06
|
0,09
|
2,17
|
1,45
|
99,28
|
|
6
|
0,55
|
0,58
|
0,03
|
0,72
|
100,00
|
||||
7
|
1,68
|
1,68
|
0
|
0,00
|
100,00
|
||||
>
7
|
1,64
|
1,64
|
0
|
0,00
|
100,00
|
||||
∑
|
4,14
|
4,14
|
100
|
100
|
Ø5 = 1,09 Ø16 = 1,41 Ø25 = 1,6 Ø50 = 1,91 Ø75 = 2,29 Ø84= 2,45 Ø95 = 2,8
% Fraksi :
Kerikil = 0,09%
Pasir =
95,65%
Lumpur = 2,17%
Gambar 5. Segitiga Shepard untuk Fraksi Sedimen
Stasiun 5.
Jadi fraksi pada stasiun 5 adalah fraksi pasir.
Tabel 7.
Analisa sampel sedimen pada stasiun 6.
BK
Total
|
Ø
|
BC
|
Fraksi
|
BC +
Ø
|
gr Ø
|
gr
fraksi
|
%
fraksi
|
% Ø
|
%
kumulatif
|
13,61
|
-1
|
0,66
|
Kerikil
|
2,36
|
1,7
|
1,7
|
28,86
|
28,86
|
28,86
|
0
|
0,86
|
Pasir
|
0,89
|
0,03
|
4,11
|
69,78
|
0,51
|
29,37
|
|
1
|
0,91
|
1,02
|
0,11
|
1,87
|
31,24
|
||||
2
|
0,86
|
0,94
|
0,08
|
1,36
|
32,60
|
||||
3
|
0,94
|
3,33
|
2,39
|
40,58
|
73,17
|
||||
4
|
0,83
|
2,33
|
1,5
|
25,47
|
98,64
|
||||
5
|
0,83
|
Lumpur
|
0,88
|
0,05
|
0,08
|
1,36
|
0,85
|
99,49
|
|
6
|
0,87
|
0,87
|
0
|
0,00
|
99,49
|
||||
7
|
1,06
|
1,06
|
0
|
0,00
|
99,49
|
||||
>
7
|
0,99
|
1,02
|
0,03
|
0,51
|
100,00
|
||||
∑
|
5,89
|
5,89
|
100
|
100
|
Ø5 Ø5= -1,31 Ø16 = -1,11 Ø25 = -1,01 Ø50 = 2,41 Ø75 = 3,02 Ø84= 3,22 Ø95 = 3,52
% Fraksi :
Kerikil = 28,86%
Pasir =
69,78%
Lumpur = 1,36 %
Gambar 6. Segitiga Shepard untuk Fraksi Sedimen
Stasiun 6.
Jadi fraksi pada stasiun 6 adalah fraksi lumpur berpasir.
Tabel 8.
Analisa Sampel Sedimen Stasiun 7.
BK
Total
|
Ø
|
BC
|
Fraksi
|
BC +
Ø
|
gr Ø
|
gr
fraksi
|
%
fraksi
|
% Ø
|
%
kumulatif
|
8,83
|
-1
|
0,68
|
Kerikil
|
1,09
|
0,41
|
0,41
|
8,04
|
8,04
|
8,04
|
0
|
0,82
|
Pasir
|
1,29
|
0,47
|
1,61
|
31,42
|
9,22
|
17,26
|
|
1
|
0,69
|
1,2
|
0,51
|
10,00
|
27,27
|
||||
2
|
0,69
|
1,13
|
0,44
|
8,63
|
35,90
|
||||
3
|
0,84
|
0,95
|
0,11
|
2,17
|
38,07
|
||||
4
|
1,07
|
1,14
|
0,07
|
1,39
|
39,46
|
||||
5
|
0,75
|
Lumpur
|
1,14
|
0,39
|
3,09
|
60,54
|
7,65
|
47,11
|
|
6
|
1,39
|
1,39
|
0,00
|
0,02
|
47,13
|
||||
7
|
0,82
|
1,57
|
0,75
|
14,70
|
61,83
|
||||
>
7
|
0,00
|
1,95
|
1,95
|
38,17
|
100,00
|
||||
∑
|
5,11
|
5,11
|
100
|
100
|
Ø5 = -1,1 Ø16 = -0,11 Ø25 = 0,79 Ø50 = 6,2 Ø75 = 7,1 Ø84= 7,2 Ø95 = 7,4
% Fraksi :
Kerikil = 8,04%
Pasir =
31,42 %
Gambar 7. Segitiga Shepard untuk Fraksi Sedimen
Stasiun 7.
Jadi fraksi pada stasiun 7 adalah fraksi lumpur berpasir.
Tabel 9. Analisa
Sampel Sedimen Stasiun 8.
BK
Total
|
Ø
|
BC
|
Fraksi
|
BC +
Ø
|
gr Ø
|
gr
fraksi
|
%
fraksi
|
% Ø
|
%
kumulatif
|
1,62
|
-1
|
1,3
|
Kerikil
|
1,3
|
0
|
0
|
0,00
|
0,00
|
0,00
|
0
|
0,86
|
Pasir
|
0,96
|
0,1
|
3,32
|
95,13
|
2,87
|
2,87
|
|
1
|
0,82
|
1,17
|
0,35
|
10,03
|
12,89
|
||||
2
|
0,88
|
2,14
|
1,26
|
36,10
|
49,00
|
||||
3
|
0,53
|
0,56
|
0,03
|
0,86
|
49,86
|
||||
4
|
0,66
|
2,24
|
1,58
|
45,27
|
95,13
|
||||
5
|
1,01
|
Lumpur
|
1,06
|
0,05
|
0,17
|
4,87
|
1,43
|
96,56
|
|
6
|
0,92
|
1,01
|
0,09
|
2,58
|
99,14
|
||||
7
|
1,14
|
1,17
|
0,03
|
0,86
|
100,00
|
||||
>
7
|
0,82
|
0,82
|
0
|
0,00
|
100,00
|
||||
∑
|
3,49
|
3,49
|
100
|
100
|
Ø5 = 0,35 Ø16 = 1,12 Ø25 = 1,4 Ø50 = 3 Ø75 = 3,4 Ø84= 3,59 Ø95 = 3,99
% Fraksi :
Kerikil = 0%
Pasir = 95,13%
Lumpur = 4,87%
Gambar 8. Segitiga Shepard untuk Fraksi Sedimen
Stasiun 8.
Jadi fraksi pada stasiun 8 adalah fraksi pasir.
Tabel 10 .
Analisa Sampel Sedimen Stasiun 9.
BK
Total
|
Ø
|
BC
|
Fraksi
|
BC +
Ø
|
gr Ø
|
gr
fraksi
|
%
fraksi
|
% Ø
|
%
kumulatif
|
14,27
|
-1
|
0,92
|
Kerikil
|
0,94
|
0,02
|
0,02
|
0,75
|
0,75
|
0,75
|
0
|
1,29
|
Pasir
|
1,3
|
0,01
|
2,4
|
89,55
|
0,37
|
1,12
|
|
1
|
1,18
|
1,4
|
0,22
|
8,21
|
9,33
|
||||
2
|
1,05
|
2,86
|
1,81
|
67,54
|
76,87
|
||||
3
|
1,25
|
1,26
|
0,01
|
0,37
|
77,24
|
||||
4
|
1,22
|
1,57
|
0,35
|
13,06
|
90,30
|
||||
5
|
0,87
|
Lumpur
|
0,95
|
0,08
|
0,26
|
9,70
|
2,99
|
93,28
|
|
6
|
0,82
|
0,89
|
0,07
|
2,61
|
95,90
|
||||
7
|
0,93
|
0,99
|
0,06
|
2,24
|
98,13
|
||||
>
7
|
0,75
|
0,8
|
0,05
|
1,87
|
100,00
|
||||
∑
|
2,68
|
2,68
|
100
|
100
|
Ø5 = 0,58 Ø16 = 1,19 Ø25 = 1,31 Ø50 = 1,65 Ø75 = 1,99 Ø84= 3,42 Ø95 = 3,56
% Fraksi : Kerikil = 75 %
Pasir =
89,55 %
Jadi fraksi pada stasiun 9 adalah fraksi pasir.
Tabel 11 . Analisa Sampel Sedimen Stasiun 10.
BK
Total
|
Ø
|
BC
|
Fraksi
|
BC +
Ø
|
gr Ø
|
gr
fraksi
|
%
fraksi
|
% Ø
|
%
kumulatif
|
1,9
|
-1
|
0,47
|
Kerikil
|
0,88
|
0,41
|
0,41
|
7,00
|
7,00
|
7,00
|
0
|
0,48
|
Pasir
|
0,49
|
0,01
|
5,4
|
92,15
|
0,17
|
7,17
|
|
1
|
0,63
|
0,88
|
0,25
|
4,27
|
11,43
|
||||
2
|
0,61
|
1,73
|
1,12
|
19,11
|
30,55
|
||||
3
|
0,51
|
2,85
|
2,34
|
39,93
|
70,48
|
||||
4
|
0,71
|
2,39
|
1,68
|
28,67
|
99,15
|
||||
5
|
0,69
|
Lumpur
|
0,71
|
0,02
|
0,05
|
0,85
|
0,34
|
99,49
|
|
6
|
0,57
|
0,59
|
0,02
|
0,34
|
99,83
|
||||
7
|
0,57
|
0,57
|
0
|
0,00
|
99,83
|
||||
>
7
|
0,49
|
0,5
|
0,01
|
0,17
|
100,00
|
||||
∑
|
5,86
|
5,86
|
100
|
100
|
Ø5 = -1,09 Ø16 = 1,25 Ø25 = 1,61 Ø50 = 2,25 Ø75 = 2,78 Ø84= 3 Ø95 = 3,45
Pasir =
92,15 %
Lumpur =
0,85 %
Gambar 10. Segitiga Shepard
untuk Fraksi Sedimen Stasiun 10.
Jadi fraksi pada stasiun 10 adalah
fraksi pasir.
Tabel 12 . Analisa Sampel Sedimen Stasiun 11.
BK
Total
|
Ø
|
BC
|
Fraksi
|
BC +
Ø
|
gr Ø
|
gr
fraksi
|
%
fraksi
|
% Ø
|
%
kumulatif
|
13,32
|
-1
|
0,64
|
Kerikil
|
0,64
|
0
|
0
|
0,00
|
0,00
|
0,00
|
0
|
0,59
|
Pasir
|
0,59
|
0
|
0,19
|
41,30
|
0,00
|
0,00
|
|
1
|
0,61
|
0,65
|
0,04
|
8,70
|
8,70
|
||||
2
|
0,61
|
0,62
|
0,01
|
2,17
|
10,87
|
||||
3
|
1,56
|
1,56
|
0
|
0,00
|
10,87
|
||||
4
|
0,66
|
0,8
|
0,14
|
30,43
|
41,30
|
||||
5
|
0,57
|
Lumpur
|
0,64
|
0,07
|
0,27
|
58,70
|
15,22
|
56,52
|
|
6
|
0,59
|
0,67
|
0,08
|
17,39
|
73,91
|
||||
7
|
0,61
|
0,66
|
0,05
|
10,87
|
84,78
|
||||
>
7
|
0,69
|
0,76
|
0,07
|
15,22
|
100,00
|
||||
∑
|
0,46
|
0,46
|
100
|
100
|
Ø5 = 0,89 Ø16 = 3,22 Ø25 = 3,52 Ø50 = 4,59 Ø75 = 6,10 Ø84= 6,95 Ø95 = 7,20
% Fraksi : Kerikil = 0 %
Pasir =
41,30%
Lumpur =
58,70 %
Gambar 11. Segitiga Shepard
untuk Fraksi Sedimen Stasiun 11.
Jadi fraksi pada stasiun 11 adalah fraksi pasir berlumpur.
Tabel 13 . Analisa Sampel Sedimen Stasiun 12.
BK
Total
|
Ø
|
BC
|
Fraksi
|
BC +
Ø
|
gr Ø
|
gr
fraksi
|
%
fraksi
|
% Ø
|
%
kumulatif
|
22,91
|
-1
|
0,6
|
Kerikil
|
0,6
|
0
|
0
|
0,00
|
0,00
|
0,00
|
0
|
0,39
|
Pasir
|
1,85
|
1,46
|
10,98
|
99,46
|
13,22
|
13,22
|
|
1
|
0,65
|
3,44
|
2,79
|
25,27
|
38,50
|
||||
2
|
0,63
|
6,64
|
6,01
|
54,44
|
92,93
|
||||
3
|
0,55
|
1,26
|
0,71
|
6,43
|
99,37
|
||||
4
|
0,63
|
0,64
|
0,01
|
0,09
|
99,46
|
||||
5
|
0,62
|
Lumpur
|
0,63
|
0,01
|
0,06
|
0,54
|
0,09
|
99,55
|
|
6
|
0,35
|
0,35
|
0
|
0,00
|
99,55
|
||||
7
|
0,7
|
0,73
|
0,03
|
0,27
|
99,82
|
||||
>
7
|
0,61
|
0,63
|
0,02
|
0,18
|
100,00
|
||||
∑
|
11,04
|
11,04
|
100
|
100
|
Ø5 = -0,20 Ø16 = 0,15 Ø25 = 0,51 Ø50 = 1,15 Ø75 = 1,52 Ø84= 1,71 Ø95 = 2,20
% Fraksi : Kerikil = 0 %
Pasir =
99,46%
Lumpur =
0,54 %
Gambar 12. Segitiga Shepard
untuk Fraksi Sedimen Stasiun 12.
Jadi fraksi pada stasiun 12 adalah fraksi pasir.
Tabel 14. Parameter Statistika Sedimen
stasiun
|
MZ
|
klasifikasi
|
MD
|
SO
|
Klasifikasi
|
KG
|
klasifikasi
|
SKL
|
klasifikasi
|
1
|
2
|
medium sand
|
2,40
|
1,19
|
poorly sorted
|
1,48
|
leptokurtic
|
-5,22
|
kecendrungan partikel sedimen kasar
|
2
|
3
|
fine sand
|
3,00
|
1,31
|
poorly sorted
|
1,85
|
very leptokurtic
|
-2,20
|
kecendrungan partikel sedimen kasar
|
3
|
3
|
fine sand
|
2,20
|
1,09
|
poorly sorted
|
1,74
|
very leptokurtic
|
-0,40
|
kecendrungan partikel sedimen kasar
|
4
|
2
|
medium sand
|
1,77
|
1,04
|
poorly sorted
|
1,32
|
leptokurtic
|
0,30
|
kecendrungan partikel sedimen halus
|
5
|
2
|
medium sand
|
1,91
|
0,52
|
moderately well sorted
|
1,02
|
mesokurtic
|
0,08
|
kecendrungan partikel sedimen halus
|
6
|
2
|
medium sand
|
2,41
|
1,81
|
poorly sorted
|
0,49
|
very platykurtic
|
-12,17
|
kecendrungan partikel sedimen kasar
|
7
|
4
|
very fine sand
|
6,20
|
3,12
|
very poorly sorted
|
0,55
|
very platykurtic
|
-45,33
|
kecendrungan partikel sedimen kasar
|
8
|
3
|
fine sand
|
3,00
|
1,17
|
poorly sorted
|
0,75
|
platykurtic
|
-4,61
|
kecendrungan partikel sedimen kasar
|
9
|
3
|
fine sand
|
1,65
|
1,31
|
poorly sorted
|
3,00
|
very leptokurtic
|
8,53
|
kecendrungan partikel sedimen halus
|
10
|
2
|
medium sand
|
2,25
|
1,13
|
moderately sorted
|
1,59
|
leptokurtic
|
-5,08
|
kecendrungan partikel sedimen kasar
|
11
|
5
|
coarse silt
|
4,59
|
1,89
|
poorly sorted
|
1,00
|
mesokurtic
|
-1,59
|
kecendrungan partikel sedimen kasar
|
12
|
1
|
coarse sand
|
1,15
|
0,75
|
moderately sorted
|
0,97
|
mesokurtic
|
-0,70
|
kecendrungan partikel sedimen kasar
|
3.2. Pembahasan
Setelah
melakukan analisa terhadap fraksi sedimen maka diperoleh data means size, median, sorting, kurtosis dan skewness. Dari data pada tabel 14 dilihat bahwa mean size (diameter rata - rata) sedimen berkisar 1 – 5. Pada stsiun 12 merupakan coarse sand yakni
pasir kasar. Pada stasiun 1, 4, 5, 6 dan 10 merupakan medium sand yakni
pasir menengah. Pada stasiun 2, 3, 8 dan 9 merupakan fine sand yakni pasir halus.
Pada stasiun 7 merupakan very fine sand
yakni pasir sangat halus. Pada stasiun 11 merupakan coarse silt yakni
lumpur kasar.
Dari
hasil analisis diameter sedimen rata – rata sediment dapat disimpulkan bahwa
sedimen yang terdapat di daerah pratikum hampir semua merupakan fraksi pasir kecuali
pada stasiun 6 dan 7 adalah fraksi lumpur berpasir. Stasiun 11 adalah fraksi pasir berlumpur. Besar
butir rata-rata merupakan fungsi ukuran butir dari suatu populasi sedimen
(missal pasir kasar, pasir sedang, dan pasir halus). Besar butir rata-rata
dapat juga menunjukkan kecepatan turbulen/ sedimentasi dari suatu populasi
sedimen.
Perbedaan karakteristik dan sebaran sedimen dasar perairan,
diantaranya disebabkan oleh perbedaan ukuran dalam material induk. Ukuran
butir partikel sedimen adalah salah satu faktor yang mengontrol proses
pengendapan sedimen di perairan, semakin kecil ukuran butir semakin lama
partikel tersebut dalam kolam air dan semakin jauh diendapkan dari sumbernya,
begitu juga sebaliknya.
Sebagian
bentuk partikel-partikel mempengaruhi mode transportasi dalam air. Bentuk ikut menentukan apakah
partikel-partikel tersebut ditransportasi recara rolling atau dibawa dalam tersuspensi.
Bentuk merupakan bagian yang
mengontrol tingkah laku partikel yang jatuh dalam cairan. Salah satu faktor yang termasuk dalam proses pembentukan
partikel-partikel berukuran besar adalah jarak perjalanan partikel tersebut
dari asalnya. Ada dua konsep penting yang berhubungan dengan bentuk yaitu:
Sphericity.dan Roundness
Sortasi dapat menunjukkan batas ukuran butir
atau keanekaragaman ukuran butir, tipe dan karakteristik serta lamanya waktu
sedimentasi dari suatu populasi sedimen. Menurut Friedman dan Sanders (1978),
sortasi atau pemilahan adalah penyebaran ukuran butir terhadap ukuran butir
rata-rata. Sortasi dikatakan baik jika batuan sedimen mempunyai penyebaran
ukuran butir terhadap ukuran butir rata-rata pendek. Sebaliknya apabila sedimen
mempunyai penyebaran ukuran butir terhadap rata-rata ukuran butir panjang
disebut sortasi jelek.
Ada hubungan antara ukuran butir dan sortasi
dalam batuan sedimen. Hubungan ini terutama terjadi pada batuan sedimen berupa
pasir kasar sampai pasir sangat halus. Pasir dari berbagai macam lingkungan air
menunjuk bahwa pasir halus mempunyai sortasi yang lebih baik daripada pasir
sangat halus. Sedangkan pasir yang diendapkan oleh angin sortasi terbaik
terjadi pada ukuran pasir sangat halus (Kusumadinata, 1980).
Nilai
sorting pada daerah pratikum berkisar antara 0,52 – 3,12 dengan klasifikasi poorly sorted
pada stasiun 1, 2, 3, 4, 6, 8,
9 dan 11 ( hal ini menandakan
bahwa partikel terpilah buruk dimana terdapat perbedaan besar butir cukup
mencolok). Pada stasiun 5 merupakan moderatey well sorted
(partikel terpisah sedang-baik dimana partikelbesar butir hampir sama) dan stasiun 7 merupakan very poorly sorted (hal ini menandakan bahwa partikel terpilah sangat buruk dimana besar butir partikel berbeda). Pada stasiun 10 dan12 merupakan moderately sorted (hal ini menandakan bahwa partikel
terpilah sedang dimana besar butir tidak begitu sama).
Kepencengan (Skewness) adalah penyimpangan
distribusi ukuran butir terhadap distribusi normal. Distribusi normal adalah
suatu distribusi ukuran butir dimana pada bagian tengah dari sampel mempunyai
jumlah butiran paling banyak. Butiran yang lebih kasar serta lebih halus
tersebar di sisi kanan dan kiri dalam jumlah yang sama. Apabila kecendrungan partikel sedimen kasar, maka kepencengannya
bernilai negative. Sedangkan apabila
kecendrungan partikel sedimen halus, maka kepencengannya bernilai positif.
Nilai
skewness daerah pratikum berkisar antara (-45,33) – 8,53. Untuk skewness pada daerah praktikum
hanya pada stasiun 4, 5 dan 9
berniai positif, artinya pada daerah tersebut kecendrungan partikkel sedimen
halus. Sedangkan untuk
stasiun lainnya skewness bernilai negatif yang menandakan kecendrungan partikel sedimen kasar. Negative skewness
disebabkan oleh kelebihan material – material kasar dari distribusi normal dan
diduga dihasilkan oleh lingkungan yang menjadi sasaran aktifitas gelombang dan
arus, sedangkan positively skewness dihasilkan oleh lingkungan dimana
aktivitas gelombang.
Untuk
nilai kurtosis didapatkan bahwa pada stasiun 5, 11 dan 12 merupakan mesokurtic yang menandakan kurvanya
memiliki puncak yang tidak begitu tajam atau atau tidak terlalu datar.
Sedangkan pada stasiun1, 4
dan 10 merupakan leptokurtic yang menggambarkan kurva
yang memiliki puncak yang tajam. Pada stasiun 8 adalah platykurtic yang menggambarkan kurva yang tumpul. Pada stasiun 2, 3 dan 9
adalah very
leptokurtic yang
menggambarkan puncak yang sangat tajam. Pada stasiun 6 dan 7 merupakan very platykurtic yang menggambarkan
puncak sangat tumpul.
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan
material yang ditransport oleh media air, angin,
es, atau gletser
di suatu cekungan. Sedangkan batuan sedimen adalah suatu batuan yang terbentuk
dari hasil proses sedimentasi, baik secara mekanik maupun secara kimia dan
organik. Arus dan gelombang
merupakan faktor kekuatan utama yang menentukan arah dan sebaran sedimen.
Kekuatan
ini pula yang menyebabkan karakteristik sedimen berbeda sehingga pada dasar
perairan disusun oleh berbagai kelompok populasi sedimen. Sebaran sedimen
pantai atau transport sedimen pantai adalah gerakan sedimen di daerah pantai
yang disebabkan oleh gelombang dan arus.
Turbulensi dari gelombang pecah mengubah sedimen
dasar (bed load) menjadi suspensi (suspended load). Gelombang
pecah menimbulkan arus dan turbulensi yang sangat besar yang dapat menggerakkan
sedimen dasar. Pembentukan sedimen dikontrol oleh pH dan Eh, dan berbagai
proses kimia terjadi pada larutan dalam sedimen khususnya proses yang
mempengaruhi pH dan Eh. Proses-proses kimia mempengaruhi proses pengendapan
(sedimentasi) di perairan. Perubahan pH perairan mempengaruhi proses pelarutan
dan presipitasi partikel-partikel sedimen. Reaksi kimia terjadi diantara
partikel-partikel tersebut dengan air.
Dalam lingkungan sedimen, Eh dan pH saling
tergantung satu sama lainnya. Perbedaan proses
sedimentasi antara satu tempat dengan lainnya di perairan disebabkan oleh
karakteristik fisika. Suhu, salinitas dan densitas perairan mempengaruhi
kecepatan tenggelam partikel sedimen. Partikel dengan ukuran yang sama dideposisi lebih cepat pada suhu rendah
dibandingkan dengan suhu tinggi. Salinitas yang lebih tinggi dapat menyebabkan
densitas lebih tinggi ketika suhu perairan lebih dingin.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4. 1. Kesimpulan
Melihat
keadaan perairan Selat Rupat dapat disimpulkan bahwa berdasarkan ukuran rata-rata dari ukuran partikel
sedimen yang mendominasi adalah fraksi pasir. Berdasarkan nilai Sorting, terlihat bahwa
partikel sedimen pada umumnya terpisah dengan buruk. Dilihat dari nilai
kurtosisnya sangat beragam yakni mulai dari mesokurtic, leptokurtic, very
leptokurtic, platykurtic dan very platykurtic. Selanjutnya dari
nilai Skewness dominan bernilai negatif, hal ini dapat menggambarkan bahwa
kecendrungan partikel kasar.
Perbedaan ukuran dan jenis sedimen
yang terjadi di perairan Selat Rupat dapat disebabkan banyak faktor antara lain
pasang surut, arus, gelombang serta faktor fisika dan kimia yang terjadi di
perairan Selat Rupat.
4. 2. Saran
Dari praktikum yang telah
dilaksanakan maka untuk kedepannya diharapkan mematangkan persiapannya sehingga
saat turun ke lapangan praktikan mengerti dalam pemakaian alat dan ada
pembagian tugas dalam setiap kelompok. Selain itu ukuran kapal yang digunakan untuk berlayar hendaknya mampu
menampung praktikan yang akan turun ke lapangan sehingga seluruh praktikan
mendapatkan pengalaman di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, G.M. and
Sanders. 1978. Principle of Sedimentology. John Willey & Son. New York,
Chichister, Brisbane,Toronto,Singapore.
Kusumadinata.K.R.P.1980.
Prinsip Prinsip Sedimentasi. Dept Teknik ITB. Bandung.
Rompas.RM, Sahala
Hutabarat, Julia Robert Rompas. 2008. Pengantar
Ilmu Kelautan. Jakarta: Dewan Kelautan Indonesia.
Supryadi, I. H., Wouthuyzen, S., Sunarto. 1996.
Sebaran dan Komposisi Sedimen di Beberapa Teluk di Seram Barat. PerairanMaluku
dan Sekitarnya. (11) : 99 – 115.
Tamod, Z.E dan Kawung,
E.J.R. 2003. Estimasi
sedimentasi (beban suspensi) sungai utama hulu DAS Tondano. : Universitas Sam Ratulangi. Fakultas Pertanian. Eugenia : media publikasi ilmu pertanian. (9) : 142-149.
No comments:
Post a Comment