ASISTEN : RHIZA BERY
PUTRIANI
Sistem Reproduksi dan Sistem Saraf Ikan
Jambal Siam (Pangasius sutchi)
Oleh
Teguh Heriyanto
Ilmu Kelautan
LABORATORIUM
BIOPER
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU
KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2010
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................
i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang....................................................................... 1
1.2
Tujuan Praktikum .................................................................. 2
1.3
Manfaat Praktikum ............................................................... 2
II. TINJAUAN
PUSTAKA
III. METODE
PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat................................................................ 6
3.2
Bahan dan Alat...................................................................... 6
3.3
Prosedur Praktikum............................................................... 6
IV. HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil....................................................................................... 7
4.2
Pembahasan........................................................................... 12
V. KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1
Kesimpulan............................................................................... 16
5.2
Saran......................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Ikan jambal siam
(Pangasius sutchi)…..……………………………. 7
Testes Ikan Jmbal Siam (Pangasius sutchi)…………………………. 9
Ikan mas (Cyprinus carpio)…………………………………………. 10
Hipofisis ikan mas
………………………………………………….. 11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Alat…………………………………………………………………. 21
KATA
PENGANTAR
Berkat rahmat Allah swt, akhirnya laporan Praktikum Ikhtiologi ini dapat
penulis selesaikan. Dalam laporan ini penulis membahas mengenai Sistem
integument, Sistem otot, Sistem pernafasan, Sistem peredaran darah, Sistem
pencernaan, Sistem syaraf dan Sistem reproduksi. Praktikum ini dilaksanakan
sebagai upaya pembelajaran serta pelatihan bagi Mahasiswa Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
Sebagai manusia penyandang relativitas kebenaran, penulis sangat
menyadari adanya kekurangan didalam pembuatan laporan ini. Atas segala
kekurangan tersebut penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.
Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada asisten yang telah
memberikan bimbingan didalam praktikum dan pembuatan laporan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Pekanbaru,29 Mei 2010
Teguh Heriyanto
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara
kepulauan terletak diantara samudra pasifik dan samudra hindia dan mempunyai
tatanan geografis yang rumit dilihat dari topografi dasar lautnya. Dasar
perairan Indonesia di berbagai tempat, terutama di kawasan barat, menunjukkan
bentuk yang sederhana atau rata dan hampir seragam, tetapi di tempat lain,
terutama dikawasan timur, menunujukkan bentuk-bentuk yang lebih majemuk tidak
teratur dan rumit (Feliatra et al, 2003).
Cephalaspidomorphi, Condrichthyes
dan Osteichthyes dimasukkan ke dalam Pisces, merupakan kelompok hewan yang
sangat besar dan banyak diminati orang, sehingga kelompok hewan ini mendapat
perhatian sebagai bidang ilmu khusus yakni iktiologi. (Romimohtarto, 2005).
Ikan adalah binatang bertulang belakang (vertebrata) yang berdarah dingin
(poikilothermal), hidup dalam air, gerakan dan keseimbangan badannya terutama
menggunakan sirip, dan umumnya bernapas dengan insang. Sebagian besar ikan
hidup di perairan laut sedangkan sebagiannya di perairan darat (Tim Iktiologi,
2001).
Sedangkan menurut Rahardjo (2000), ikan adalah makhluk
vertebrata yang berdarah dingin, bernapas dengan insang dan bergerak dengan
sirip, yang hidup di perairan. Setiap spesies ikan memiliki bentuk tubuh dan
bagian luar tubuh yang berbeda-beda sehingga ikan dapat digolongkan dalam
beberapa bagian. Namun pada umunya ikan mempunyai pola dasar yang sama, yaitu “
kepala-badan-ekor”.
Bila ditinjau
dari segi morfologinya dapat dibagi menjadi tujuh bagian yaitu bentuk tubuh,
bentuk mulut, linea lateralis, sirip, sungut, sisik, dan ciri-ciri lainnya.
Sedangkan bagian tubuh ikan dapat dibagi tiga yaitu bagian kepala, badan, dan
ekor.
Ikan memiliki batas kehidupan / umur. Umur ikan adalah masa kehidupan yang ditempuh oleh
suatu individu dari suatu spesies ikan sampai saat tertentu. Menurut Effendie (2001) bahwa penyebab umum
kematian ikan antara lain karena pemangsaan, parasit dan penyakit, penangkapan
dan pencemaran lingkungan
perairan.
1.2 Tujuan
Pratikum
Tujuan dari praktikum system
pernafasan dan system peredaran darah ini adalah untuk mengenal dan mengetahui bagian
– bagian, fungsi system pernafasan dan system peredaran darah pada ikan secara
umum. Baik itu ikan air tawar maupun ikan air laut.
1.3 Manfaat
Praktikum
Sedangkan manfaat dari pratikum system
pernafasan dan system peredaran darah ini adalah agar mahasiswa dapat mengenal
dan memahami secara langsung tentang system pernafasan dan system peredaran
darah pada ikan terutama ikan yang menjadi objek praktikum.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Secara teori para ahli memperkirakan
sekitar 20.000 sampai 40.000 spesies ikan yang mendiami permukaan bumi ini
(Pulungan, C.Efrizal, T dan Sagita, 2001).
Secara teori para ahli memperkirakan ada sekitar dua puluh ribu sampai
dengan empat puluh ribu spesies yang mendiami permukaan bumi ini, dan empat
ribu diantaranya menghuni perairan Indonesia baik laut, payau dan perairan
tawar. Jumlah spesies ikan yang tercatat di daerah Riau diperkirakan mencapai
tiga ratus spesies ikan. Dari jumlah tersebut antara spesies yang satu dengan
yang lainnya sudah tentu memiliki beberapa kesamaan dan identifikasi, yang pada
dasarnya dapat dijadikan sebagai dasar pengklasifikasian (Manda et al, 2005).
Propinsi Riau merupakan salah satu propinsi yang memiliki wilayah daratan
94.561 km2 dan
3.241 pulau-pulau yang memiliki empat satuan wilayah sungai yaitu sungai Rokan,
Siak, Kampar dan sungai Indragiri yang
merupakan perairan yang potensial untuk pembangunan usaha perikanan (Yuniarti,
2000).
Untuk propinsi Riau produksi
perikanan umum adalah sebesar 12.706,6 ton atau 7% dari seluruh produksi
prikanan Riau, dimana produksi perikanan tersebut berasal dari kabupaten
indragiri hulu, Kampar, Bengkalis dan Indragiri hilir (EVY, MUJIANTI dan
SUJONO, 2001).
Luas perairan umum Riau adalah 62.648,53 Ha, terdiri dari luas perairan umum Indragiri Hilir 2.600 Ha, luas perairan umum Indragiri hulu 33,164 Ha, luas perairan umum kuansing singingi 23.086 ha, luas perairan umum Pekanbaru 85 Ha, luas perairan umum Siak 764 Ha, luas perairan umum Bengkalis 70 Ha, dan luas perairan umum Kampar 2.795,99 Ha (DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROPINSI RIAU, 2001).
Ridwan, Chaidir, Budjiono dan lesje, (2006) mengatakan terminology yang menyangkut bidang (latar) dan arah pada anatomi manusia berbeda yang diterapkan pada ikan atau hewan.
Luas perairan umum Riau adalah 62.648,53 Ha, terdiri dari luas perairan umum Indragiri Hilir 2.600 Ha, luas perairan umum Indragiri hulu 33,164 Ha, luas perairan umum kuansing singingi 23.086 ha, luas perairan umum Pekanbaru 85 Ha, luas perairan umum Siak 764 Ha, luas perairan umum Bengkalis 70 Ha, dan luas perairan umum Kampar 2.795,99 Ha (DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROPINSI RIAU, 2001).
Ridwan, Chaidir, Budjiono dan lesje, (2006) mengatakan terminology yang menyangkut bidang (latar) dan arah pada anatomi manusia berbeda yang diterapkan pada ikan atau hewan.
Menurut Ridwan, Chaidir, Budjiono dan Lesje, (2006) sirip pada ikan
terdiri dari sirip punggung(D), sirip dada(P), sirip perut(V), sirip anus(A),
dan sirip ekor(C). sirip punggung yang terdapat pada ikan(Kelas Chondrichtyes)
disokong oleh keping-keping tulang rawan yang dinamakan tulang basal yang
terletak dibagian bawah tertumpu apda cucuk Neural. Dan rawan radial yang
terletak di rawan basal menunjang jari-jari keras. Sirip dada chondrichtyes
disokong oleh tulang gelang bahu(pectoral girdle) yang kuat dan dinamakan
coracoscapula.
Manda et al (2005), Sirip pada ikan berperan dalam penentuan arah dan gerak ikan yang terdiri dari sirip punggung (D), sirip perut (V), sirip dada (P), sirip anus (A) dan sirip ekor (C). Tidak semua jenis ikan memiliki secara utuh kelima sirip tersebut secara sempurna.
Manda et al (2005), sirip pada ikan berperan sangat penting dalam penentuan gerak ikan. Sirip pada ikan terdiri dari sirip punggung (D), sirip dada (P), sirip perut (V), sirip anus (A), dan sirip ekor (C). kelima sirip tersebut ada yang bersifat ganda seperti pada sirip dada dan sirip perut, sedangkan yang lain bersifat tunggal. Tidak semua ikan di bumi ini memiliki secara utuh kelima sirip tersebut secara sempurna. Melainkan ada yang tidak lengkap.
Manda et al (2005), Sirip pada ikan berperan dalam penentuan arah dan gerak ikan yang terdiri dari sirip punggung (D), sirip perut (V), sirip dada (P), sirip anus (A) dan sirip ekor (C). Tidak semua jenis ikan memiliki secara utuh kelima sirip tersebut secara sempurna.
Manda et al (2005), sirip pada ikan berperan sangat penting dalam penentuan gerak ikan. Sirip pada ikan terdiri dari sirip punggung (D), sirip dada (P), sirip perut (V), sirip anus (A), dan sirip ekor (C). kelima sirip tersebut ada yang bersifat ganda seperti pada sirip dada dan sirip perut, sedangkan yang lain bersifat tunggal. Tidak semua ikan di bumi ini memiliki secara utuh kelima sirip tersebut secara sempurna. Melainkan ada yang tidak lengkap.
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Iktiologi tentang system
pernafasan dan system peredaran darah ini dilaksanakan pada hari Rabu, 14 April
2010 Pukul 11.00-13.00 WIB. Bertempat di
Laboratorium Biologi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Riau.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum
ini adalah ikan jambal siam (Pangasius
sutchi).
Alat yang digunakan pada praktikum
adalah pena, pensil, penghapus, penggaris , serbet, buku gambar, nampan dan
buku penuntun praktikum.
3.3. Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum ini adalah
menyiapkan peralatan praktikum dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum.
Membuat klasifikasi dan habitat ikan. Membuat gambar ikan dan bagian tubuh ikan
serta bagian morpometrik. Membuat
ciri-ciri atau deskripsi dari ikan sampel seperti sirip dan jari – jari sirip,
myotom.
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan
hasil pengamatan pada praktikum system syaraf dan system reproduksi ini
dapat diketahui hasilnya adalah sebagai berikut:
4.1.1.
Ikan jambal siam (Pangasius sutchi).
|
|
Adapun ukuran dari jambal siam yang dipraktikumkan
adalah sebagai berikut:
TL : 230 mm BdH : 110 mm SL : 180 mm
FL : 200 mm HdL : 50 mm
Ikan jambal siam
memiliki bentuk tubuh kepala depressed dan tubuh compressed, mulut subterminal
(mulut dekat ujung hidung dan sedikit agak kebawah), terdapat sungut, lubang
hidung dirhinous, mata terdapat di kiri dan di kanan, terdapat tutup insang,
tidak bersisik,
Ikan jambal siam memiliki lima buah sirip, yaitu sirip punggung (pinnae
dorsalis), sirip dada (pinnae
pectoralis), sirip dubur
(pinnae analis) dan sirip ekor
(pinnae caudalis). Memiliki 1 sirip punggung, letak sirip punggung berada di pertengahan,
permulaan dasar sirip punggung persis sama dengan sirip perut, sirip punggung
dengan sirip ekor terpisah. Sirip dada horizontal, posisi sirip dada dibawah
lÃnea lateralis persis di bawah tutup insang. Posisi sirip perut dibandingkan
sirip dada adalah Sub abdominal, yaitu sirip perut terletak di belakang sirip
dada. Sirip anus terpisah dengan sirip ekor, sirip anus tidak diliputi sisik.
Sirip ekor bercagak.
Bentuk mulut non proctactile (tidak dapat
disembulkan ke depan), ukuran mulut sedang karena celah mulut lebih besar dari
pada ikan bercelah mulut sempit, posisi mulut dengan bola mata tegak lurus
dengan sisi depan bola mata, ukuran bibir tipis, bibir atas ditutupi oleh kulit
lipatan hidung, rahang atas bersambung dengan rahang bawah, bentuk bibir atas
tidak bergerigi, ukuran moncong pendek dengan bentuk tumpul dan pada ujungnya
tidak terdapat duri, terdapat sepasang sungut di rahang atas.
Susunan lÃnea lateralis lengkap dan sempurna,
bentuk lÃnea lateralis melengkung ke atas, terdapat 1 linea lateralis.
Ikan
yang telah dewasa dari suatu populasi terdiri dari ikan jantan dan ikan betina.
Alat kelamin yang terdapat pada individu ikan disebut gonad. Gonat pada ikan
jantan disebut testes dan gonad pada ikan betina disebut ovary. Gonad pada ikan
terdapat pada rongga tubuh ikan yang umumnya berbentuk memanjang. Pada ikan
yang menjadi objek praktikum pada bab system reproduksi ini merupakan ikan
patin jantan karena pada proses pembedahan ikan tersebut gonad berbentuk
memanjang, jumlahnya sepasang yang mennggantung disepanjang mesenteries
(mesorchia) pada bagian atas rongga tubuh dan posisinya persis dibawah tulang
punggung disamping gelembung udara yang memiliki warna kemerah – merahan. Ada pun
gambar dari testes ikan tersebut adalah sebagai berikut :
Gambar
2. Testes Ikan Jmbal Siam (Pangasius
sutchi)
4.1.2. Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Menurut Saanin, (1968) klasifikasi
ikan mas adalah sebagai berikut kelas pisces; ordo ostariophysi; subordo
Cyprinoidea; famili cyprinidae; subfamily ciprininae; genus cyprinusus ;spesies
Cyprinus carpio.
Gambar 3. Ikan Mas (Cyprinus
carpio).
Adapun ukuran dari jambal siam yang dipraktikumkan adalah sebagai berikut:
TL : 230 mm BdH : 110 mm SL : 180 mm
FL : 200 mm HdL : 50 mm
Bentuk tubuh bilateral simetris yakni apabila tubuh ikan dipotong secara
vertical maka badan sebalah kanan sama dengan badan sebelah kiri. Tubuh
berbentuk compress, lebar badan lebih pendek dari pada tingginya. Mulut
terminal (mulut berada tepat di ujung hidung). Ekor bercagak.
Bentuk mulut proctractile (dapat disembulkan ke depan kemudian dapat
ditarik kembali ke posisi semula). Ukuran mulut sedang (celah mulut lebih besar
daripada celah ,ulut ikan bermulut sempit). Posisi sudut mulut dengan bola mata
berada pada satu daris lurus terhadap bola mata. Ukuran bibir tipis, kedua
bibir berlipatan, bibir atas bersambung denagn bibir bawah. Ukuran moncong
pendek, tumpul,tidak terdapat tonjolan duri. Ukuran sungut pendek dan halus
terdapat sepasang di sudut mulut.
System syaraf merupakan hal terpenting pada ikan karena system syaraf lah
yang mengatur gerak dan menererjemahkan rangsangan yang diterima oleh ikan.
Gambar 3. Hipofisis Ikan Mas (Cyprinus carpio).
4.2 Pembahasan
Patin Siam melewati
enam fase kehidupan, yaitu telur, larva, benih, konsumsi, calon induk, dan
induk. Patin Siam didatangkan ke Indonesia pada tahun 1972. Kehadiran ikan ini
disambut baik oleh masyarakat Indonesia, terutama masyarakat yang tinggal di
Sumatra dan Kalimantan. Penelitian mengenai perkembangbiakan Patin Siam telah
dimulai sejak tahun 1976 dan pada tanggal 16 Oktober 1977 mulai dilakukan
pembiakan dengan teknik hipofisasi dengan donor kelenjar hipofisa dari ikan sejenis
(LING et al., 1966 ; HARDJAMULIA, et al., 1975).
Kematangan gonad induk
jantan dan betina berbeda. Kematangan induk jantan terjadi lebih dini dari pada
induk betina. Induk jantan mencapai kematangan gonadnya sekitar umur dua sampai
tiga tahun, sedangkan induk betina pada umur tiga sampai empat tahun (BUCHANAN,
1983). Induk betina yang matang gonad ditandai dengan membesarnya bagian
lateral atau perut dekat urogenital. Pada umumnya induk betina tersebut
mempunyai berat tubuh bervariasi dari 2.669 gram sampai 6.100 gram dengan
panjang tubuh lebih kurang 59 cm. Induk jantan yang matang ditandai dengan
keluarnya sperma berwarna putih susu jika perutnya dipijit (SAR, 1985).
Musim pemijahan ikan
patin berbeda-beda di setiap daerah, dimana daerah yang memiliki curah hujan
tinggi dapat memijah selama enam bulan penuh, yaitu Nopember sampai April.
Sedangkan daerah yang bercurah hujan rendah ikan patin memijah selama tiga
bulan, yaitu Januari sampai Maret NUGRAHA, 2007). Ikan patin sulit memijah
secara alami dan mempunyai sifat musiman. Ikan ini tidak sanggup melakukan
ovolasi karena perkembangan gonad pada fase istirahat. Hal ini disebabkan
karena faktor lingkungan yang berbeda dengan sungai sebagai habitat alaminya
(SUSANTO, 1996).
Setelah induk jantan
dan betina mengalami kematangan gonad, maka induk-induk tersebut akan
berimigrasi mengikuti alioran sungai untuk melakukan perkawinan di hulu-hulu
sungai atau di sungai-sungai besar dan mencari tempat untuk bersarang yang
teduh dan aman, yaitu kira-kira 20 – 30 cm di bawah permukaan air. Biasanya
musim pemijahan ikan ini di alam terjadi selama musim penghujan (BARDACH, et
al., 1972 ; DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN, 1977 ; LAGLER et al., 1977 ;
HARDJAMULIA, et al., 1981 ; SUYANTO, 1982 ; BUCHANAN, 1983)
Pembuahan berlangsung
secara ekternal, sangat cepat dan terjadi di bawah permukaan air dengan suhu 28
– 29 O C (VARIKUL dan BOONSOM, 1966). Seekor induk betina akan
menghasilkan telur dengan jumlah yang bervariasi tergantung dari ukuran
tubuhnya, secara alami menghasilkan telur berjumlah kurang lebih 500.000 butir
dan secara pembuahan buatan berjumlah 1 – 1,5 juta juta butir (SUYANTO, 1982 ;
BUCHANAN, 1983 ; SAR, 1985)
Telur berbentuk
sferikal kecil dan berdiameter 1,15 – 1,25 mm. Telur muda berwarna putih sedang
telur matang berwarna kuning. Telur akan menjadi adhesif setelah mengalami
kontak dengan air di sekelilingnya (VARIKUL dan BOONSOM, 1966 ; LAGLER et al.,
1977 ; HARDJAMULIA, et al., 1986. Inkubasi berlangsung selama 12 – 24 jam,
setelah 23 jam terjadi pembuahan. Pada saat itu, telur mengalami fase-fase
pembelahan dan berkembang di dalam air dengan suhu 28 – 29 O C
(VARIKUL dan BOONSOM, 1966, atau 28 – 32 O C (SUMANTADINATA, 1981).
Larva Jambal Siam yang
baru menetas transparan, tidak berfigmen dan alat renangnya belum sempurna,
mempunyai ukuran kurang lebih tiga milimeter (LING et al., 1966 ; VARIKUL dan
BOONSOM, 1966). Larva mengalami dua fase, yaitu fase prelarva dan postlarva.
Fase prelarva mempunyai bentu silindris dan simetris bilateral dengan kandungan
telur pada bagian antarior tubuh. Sirip dada dan sirip ekor sudah terbentu,
tetapi belum sempurna. Pada fase postlarva, kantung kuning telur menghilang dan
figmen tubuh mulai terbentuk, lipatan sirip dorsal (sirip punggung), sirip
perut dan sirip dubur juga mulai terbentuk (LAGLER et al., 1977). Larva
menyukai cahaya yang lembut (LING et al., 1966).
Larva yang baru menetas
tersebut masih mengadung kuning telur, sehingga tidak memerlukan pakan dari
luar (JANGKARU, 1974 ; LAGLER et al., 1977). Kuning telur tersebut hampir habis
terserap pada saat larva berumur tiga hari, pada saat itu larva mulai
memerlukan pakan yang berasal dari luar (VARIKUL dan BOONSOM, 1966 ; PUTAROS
dan SITASIT, 1976 ; BUCHANAN, 1983). Pada fase ini derajat kelangsung hidup
larva hanya lima persen. Fase ini paling kritis, karena terjadi proses
pembentukan saluran pencernaan dan perubahan pakan dari pakan asal kuning telur
kepada pakan dari luar. Larva tersebut tidak aktif mencari pakan, tetapi
bergerak aktif dengan mulut terbuka dan jika menyentuh larva atau jenis pakan
lainnya, maka mulut larva segera menutup dan pakan tersebut ditelan sedikit
demi sedikit. Pada fase ini seringkali terjadi kanibalisme (JANGKARU, 1974 ;
LAGLER et al., 1977).
Kanibalisme ini bisa berlangsung terus bila jumlah pakan tidak mencukupi
dan larva dalam keadaan sangat lapar. Tetapi setelah larva melewati umur 15
hari biasanya tidak dijumpai lagi tingkat kematian yang tinggi (HARDJAMULIA et
al., 1981 ; SAR, 1985). HARDJAMULIA et al. (1975) juga berpendapat bahwa kendala
yang dihadapi dalam pemeliharaan ikan jambal siam adalah pada fase post larva
yang seringkali menunjukan hampi seluruh larva mati.
Ikan mas merupakan ikan yang memunyai nilai ekonomis yang tinggi,
dagingnya banyak disukai orang, mudah berkembang biak, dan mudah beradaptasi
(Djatmika, 1986) sedangkan Lovell, Smitherman dan Shel (1974) menyatakan ikan
mas merupakan ikan yang mudah dipijahkan, dapat memanfaatkan makanan buatan,
relative tahann terhadap penyakit, pertumbuhannya cepat dan mempunyai toleransi
yang besar terhadap kisaran suhu dan terhadap oksigen terlarut.
Huet,(1971) menyatakan habitat ikan mas hidup pada kolam-kolam air tawar
dam didanau-danau serta perairan umum lainnya. Dalam perkembangannya ikan ini
sangat peka terhadap perubahan kualitas
lingkungan dimana ikan mas merupakan salah satu ikan yang hidup di perairan tawar dan tidak terlalu dalam dan aliran air yang tidak terlalu deras.
lingkungan dimana ikan mas merupakan salah satu ikan yang hidup di perairan tawar dan tidak terlalu dalam dan aliran air yang tidak terlalu deras.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari
hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa secara umum ikan memiliki system
integument dan system otot yang khas walaupun ikan tersebut dalam satu
genus.
5.2. Saran
Dari
pelaksaan pratikum, diharapkan agar para asisten dapat mendampingi para
praktikan selama praktikum sehingga apabila terdapat kekeliruan dapat segera
diperbaiki. Juga agar dapat memperlancar praktikum ini diharapkan adanya sarana
dan prasarana yang memadai. Dan juga diharapkan agar para praktikan dapat
mematuhi segala peraturan dan tata tertib selama di laboratorium.
DAFTAR
PUSTAKA
DINAS PERIKANAN dan KELAUTAN
PROPINSI RIAU, 2001. Potensi dan tingkat pemanfaatan sumber daya perikanan dan
kelautan propinsi Riau. 45 hal (tidak diterbitkan).
Effendie, M. I. 1997. Biologi perkanan.
Yayasan Pustaka nusantara. Yogyakarta. 163 hal.
EVY,R., ENDANG MUJIANI dan K. SUJONO.2001.
Usaha Perikanan di Indonesia. Mutiara Sumber Widya. Jakarta. 96 hal.
Feliatra, Arthur Brown, Syafril Nurdin, Kusai, Putu Sedana, Sukendi,
Suparmi,Elberizon. 2003. Pengantar Perikanan dan Ilmu Kelautan II.Faperikan Press
Universitas Riau. Pekanbaru.180 hal.
Kottelat, M. dan E. Widjanarti.
2005. The fishes of Danau Sentarum National Park and the KapuasLakes area,
Kalimantan Barat, Indonesia, Raffles Bull. Zool. Supplement (13) : 139 – 173.
Manda, R., I. Lukystiowati, C. Pulungan dan Budijono. 2005. Penuntun
Praktikum Ichthyologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
Pekanbaru.
PULUNGAN, C. P. 2000. Deskripsi ikan-ikan air tawar dari Waduk PLTA Koto
Panjang. Riau. Puasat Universitas Riau. Pekanbaru 34 hal. (tidak diterbitkan).
RAHARDJO, S. 1980. Oseanografi Perikanan I.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.
141 hal.
Riedie, K. 2004. Global register
of migratory species-from global to
regional scale. Final Report of the R&D-Projekt 808 05 081. Federal Agency
for Nature Conservation, Bonn, Germany. 329 p.
Roberts, T. R. (1989). The Fresh water Fishes of western Borneo
(Kalimantan barat, Indonesia). Calif. Acad. Sci. Mem. 14:1-210
Romimohtarto, K. 2005. Ilmu
Pengetahuan Biota Laut. Djambatan. Jakarta. 540 hal.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci
Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta. Bandung.
SUMANTADINATA, K. 1983
Pengembangbiakan ikan-ikan pemeliharaan di indonesia.
Susanto, H. 1996. Membuat Kolam Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. 73 hal.
Vidthayanon, C. 2002. Peat swamp fishes of Thailand. Office of
Environmental Policy and Planning, Bangkok, Thailand, 136 p.
YUNIARTI. 2000. inventarisasi dan
identifikasi ikan Channidae yang terdapat di Sungai Kampar Propinsi Riau.
Laporan Praktek lapang. Fakultas perikanan dan ilmu kelautan, Universitas Riau,
Pekanbaru. 32 hal (tidak diterbitkan).
LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat- Alat Yang
Digunakan
Nampan Serbet
Pena Pensil
Penghapus Penggaris
No comments:
Post a Comment