Sail
Morotai
Ya!
Indonesia-ku memang kaya
Oleh
TEGUH
HERIYANTO
0904121598
ILMU
KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012
Tidak banyak pemuda Indonesia
yang tahu bahwa Indonesia merupakan negara dengan hamparan laut yang luas dan
ditaburi pulau-pulau. Indonesia adalah negara
kepulauan di Asia Tenggara terdiri dari 17.508 pulau besar
dan pulau kecil yang menyebar disekitar khatulistiwa,
yang memberikan cuaca tropis dan memiliki garis pantai 81.000 km, serta luas
laut terbesar di dunia yaitu 5,8 juta km2. Belum lagi sumber daya
alam yang terkandung di dalamnya, seperti tidak pernah habis untuk menghidupi
kita semua.
Namun bagi para pemuda,
informasi tadi hanyalah sekedar literatur belaka yang sering kami baca. Karena
kami hanya dapat melihatnya dari televisi, video, gambar-gambar dan berita dari
internet. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk Indonesia hidup dalam keadaan
ekonomi menengah ke bawah, sehingga banyak yang berpikir untuk mengenal
Indonesia lebih luas, seperti liburan atau berpergian keluar kota agak mustahil
dilakukan. Dengan asumsi bahwa untuk kehidupan sehari-hari saja sulit apalagi
berpergian, sehingga kebanyakan masyarakat Indonesia termasuk para pemuda,
jarang keluar dari lingkungan tempat tinggalnya alias “tidak pernah
kemana-mana”.
Hal ini mengakibatkan
demografi beberapa daerah di Indonesia cendrung homogen, sehingga lebih
menumbuhkan rasa cinta terhadap daerahnya yang berakhir pada munculnya rasa
sukuisme yang kuat dari pada rasa nasionalisme yang membara-bara. Laut
Indonesia luas? Pertanyaan ini mungkin saja terlontar dari beberapa pemuda
karena faktanya masih ada pemuda yang belum pernah melihat laut negerinya.
Mungkin karena letak geografi tempat tinggal yang sangat-sangat jauh dari laut,
daratan rendah yang dikelilingi bukit-bukit dan lain-lain.
Tidak hanya itu, banyak
juga pemuda yang berorientasi kepada kehidupan di daratan, salah satu bukti
terdekatnya adalah mayoritas pemuda yang masuk menjadi mahasiswa di Universitas
dimanapun, lebih memilih berkuliah di jurusan-jurusan yang prospek kerjanya
berada di darat dari pada di laut. Sedangkan sangat sedikit sekali pemuda yang
menjadi mahasiswa yang memilih jurusan kelautan atau peerikanan. Oleh karena
itu, terkadang kita pun tak heran mengapa laut kita yang luas tidak banyak yang
tahu, bahkan yang paling menyedihkan laut kita terabaikan.
Sail Morotai. Ya, ini mungkin merupakan salah
satu jawaban dari pemerintahku untuk membuka mata para pemuda untuk melihat
Indonesia dari dekat dan lebih nyata. Pemerintah telah menyelenggarakan Sail
sejak tahun 2009, dimulai dengan Sail Bunaken 2009, Sail
Banda 2010, dan Sail Wakatobi - Belitong 2011. Selama penyelenggaraan sail
tersebut, semua berjalan dengan baik dan sukses serta memberikan dampak positif
yang cukup signifikan bagi daerah. Oleh karena itu penyelenggaraan Sail terus
dilanjutkan.
Berdasarkan Keppres No. 4 Tahun 2012, Pulau
Morotai yang terletak di Provinsi Maluku Utara ditetapkan Pemerintah sebagai
lokasi pelaksanaan Sail pada tahun 2012. Pulau Morotai yang seringkali
disebut sebagai “East Indonesia Paradise”, merupakan pesona kecantikan
timur Indonesia dengan daya tarik wisata alam bahari yang sangat mempesona
serta keragaman dan keunikan biota laut.
Selain itu Morotai sering juga disebut sebagai Morotai
The Memory Island (Morotai Pulau Kenangan), karena pada saat Perang
Pasifik (Perang Dunia II), Morotai dua kali mengalami pendudukan tentara asing.
Jepang pada 1942 di bawah pimpinan Jenderal Kawashima, serta tentara Sekutu
pada 1944 di bawah komando Jenderal Douglas McArthur. Lokasi Pulau Morotai
yang strategis di Samudera Pasifik dapat dijadikan sebagai pintu masuk
negara-negara Asia Pasifik, dan diharapkan akan menjadi salah satu tujuan
wisata bahari sekaligus wisata sejarah Perang Dunia II yang menjanjikan.
Beberapa kegiatan inti penyelenggaraan Sail
Morotai 2012 antara lain : Yacht Rally; Bakti Sosial dan Pelayanan
Kesehatan yang terdiri dari Operasi Surya Bhaskara Jaya, Operasi Bhakti Kartika
Jaya, dan Operasi Bhakti Pelangi Nusantara; Lintas Nusantara Remaja dan Pemuda
Bahari (LNRPB); Acara Puncak, Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan di
dalam air dan di pulau terdepan.
Dan kami para pemuda berpartisipasi dalam
kegiatan LNRPB/KPBN. Kegiatan Kapal Pemuda Nusantara (KPN) serta pelayaran
Lintas Nusantara Remaja dan Pemuda Bahari (LNRPB) III Sail Morotai Tahun 2012
dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kecintaan pemuda terhadap Tanah
Air, meningkatkan wawasan kebangsaan dan nasionalisme, mengubah mind-set bangsa
yang bercorak kontinental-agraris menjadi maritim, mengembangkan jiwa wirausaha
dan industri kebaharian di kalangan pemuda, meningkatkan persaudaraan dan kerja
sama di kalangan pemuda.
Pada kegiatan ini juga diselenggarakan upaya
mempersiapkan generasi muda menjadi garda terdepan membangun negara maritim.
Jika bangsa Indonesia ingin maju, maka harus mengubah mind-set bangsa yang
bercorak kontinental-agraris menjadi maritim. Sehubungan hal tersebut perlu
diperkenalkan kembali tentang konstelasi geografi dan geostrategi Indonesia
sebagai negara kepulauan terbesar di dunia.
Beberapa aspek yang diangkat untuk
diperkenalkan kepada para pemuda peserta pelayaran Kapal Pemuda Nusantara (KPN)
dan Lintas Nusantara Remaja dan Pemuda (LNRPB) Sail Morotai 2012 antara lain
potensi kekayaan laut, matra Laut sebagai media penghubung dan komunikasi (Sea
Line of Communication/SLoC), Industri dan Jasa Maritim.
Dalam rangka Sail Morotai 2012, TNI Angkatan
Laut mengerahkan KRI Surabaya-591 untuk mendukung kegiatan Lintas Nusantara
Remaja dan Pemuda Bahari (LNRPB) serta pelayaran Kapal Pemuda Nusantara
(KPN), yang telah berlayar dari Jakarta melalui rute Ambon
– Sorong – Raja Ampat – Ternate – Morotai –
Makassar – Jakarta, mulai tanggal 28 Agustus s.d. 23 September 2012. Kegiatan
diakhiri dengan Upacara Penutupan yang akan dilaksanakan pada tanggal 24
September 2012.
Lintas Nusantara Remaja dan Pemuda Bahari
(LNRPB) serta pelayaran Kapal Pemuda Nusantara diikuti 423 peserta
perwakilan dari daerah atau provinsi seluruh Indonesia yang terdiri dari Pelajar,
Mahasiswa, Organisasi Kepemudaan, Pramuka, Pondok Pesantren, Karang Taruna,
Pemuda perwakilan Kementerian dan perwakilan negara-negara sahabat di wilayah
Asia Tenggara.
Selama pelayaran telah diselenggarakan
ceramah, diskusi, games, workshop dan praktek lapangan dengan
materi pembentukan karakter pemuda, wawasan kebangsaan, cinta tanah air,
kemaritiman, kepemimpinan serta kewirausahaan.
Materi-materi
yang diberikan di atas kapal memberikan kami ilmu yang membangkitkan semangat
jiwa kebaharian kami dan rasa nasionalisme yang mampu menggerus rasa sukuisme
yang mungkin ada di diri peserta-peserta lain dan yang mungkin baru saja
merasakan Indonesia. Mengapa bisa terjadi demikian? Karena kapal KRI Surabaya –
591 ini seperti miniatur Indonesia, dimana semua peserta “dari Sabang sampai
Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote” berkumpul menjadi satu kesatuan dan
memang suasananya menggambarkan ini lah Indonesia.
Tidak hanya itu, setiap setelah selesai
menerima materi di malam hari. Aku dan peserta lainnya disuguhkan
penampilan-penampilan yang memukau kami semua, yakni tarian-tarian daerah,
lagu-lagu daerah dan segala kesenian daerah yang dibawakan oleh teman-teman
dari provinsi yang berbeda. Yang terpikir oleh ku adalah betapa luar biasanya
Indonesia. Bagaimana bisa bangsa yang begitu majemuk bisa menjadi satu?.
Dari materi yang ku dapat bahwa rasa senasip
sepenanggungan dalam melawan penjajah lah yang akhirnya mampu mengalahkan ego
apapun yang ada. Walaupun beragam kita, tumpah darah Indonesia. Bermacam-macam
suku bangsa kita, tapi semua itu telah menjadi satu, bangsa Indonesia. Walaupun
berbeda bahasa kita, tapi itu semua menjadi satu, bahasa Indonesia. Itu lah
akhirnya yang disebut Sumpah Pemuda.
Ketika kapal bersandar di pelabuhan, kami semua
disambut oleh pemerintah daerah dimana kapal kami bersandar. Daerah tempat
kapal bersandar pertama kali dalam pelayaran adalah Ambon. Disana kami disambut
oleh Gubernur Maluku dan Kepala LANTAMAL IX beserta unsur muspida lainnya.
Sempat kami melakukan diskusi dan tanya jawab disana. Dan ada sebuah statement
dari salah satu narasumber adalahAmbon adalah negeri yang aman, orang Ambon
diibaratkan seperti pohon sagu, yakni pohon sagu itu jika dilihat dariluar
sangat keras namun ketika dibuka isi di dalamnya sangat lembut seperti tepung.
Agenda kami selama di Ambon diisi dengan kegiatan mengunjungi beberapa tempat
yang ada di Ambon, seperti Museum Kelautan, Pantai Natsepa dan Gong Perdamaian
sekaligus “Pesiar”.
Selanjutnya bersandar di Kota Sorong, agenda
diisi dengan gerak jalan santai, menanam pohon. Yang aku temukan ketika berada
disana, sungguh betapa ramah dan bersahabatnya warga di Papua, bahkan belum
pernah aku menemukan orang yang polos dan ramah seperti mereka. Tidak hanya
orangnya yang ramah, alam yang membentang di tanah Papua seperti dilukisan
pemandangan alam. Hanya dua kata yang ku ucapkan, biru dan hijau. Biru untuk
lautnya dan hijau untuk hamparann bukit dan hutannya. Di atas bukit-bukit yang
aku lalui, di dalam hati hanya ingin mengatakan sungguh ini adalah ciptaan terindah
dari maestro yang Maha Daya.
Setelah kegiatan jalan santai, menanam pohon
dan kemudian dilanjutkan dengan Shalat Jum’at. Perjalanan di Sorong dilanjutkan
ke tempat perlombaan tarian daerah, dimana banyak sekali saudara-saudara kami
dari Papua yang menggunakan pakaian daerahnya. Kedatangan kami disana disambut
dengan hangat, seperti mereka menyambut saudaranya yang dari jauh pulang.
Perjalanan berikutnya adalah tujuan yang
ditunggu-tunggu semua orang. Ya, itu adalah Kepulauan Raja Ampat. Disana kami
bersandar dengan kapal yang lebih kecil. Ketika bersandar, tidak membutuhkan
waktu yang lama, sepertinya tubuh ini berkata pertemukan diriku dengan air laut
di Kepualauan Rajaa Ampat ini. Dan ya, sebentar saja kami langsung berenang
menikmati alam yang ada disana, dimana tempat itu merupakan tempat impian
setiap orang untuk bisa mengunjunginya. Terumbu karangnya yang indah, itu lah
alasan mengapa orang dari seluruh dunia pun berharap dapat kesana.
Tujuan selanjutnya adalah Kota Ternate. Disana
kami sempat berkunjung ke Benteng Kalamata, Istana Kesultanan Ternate dan
Homestay di rumah warga. Aku mendapatkan lokasi homstay di Kelurahan Tabam. Ibu
angkat ku bernama Ibu Ida. Di rumah itu aku bersama temanku Bram dari Papua
dianggap seperti anaknya sendiri. Sifat keibuan Ibu Ida membuat rasa rindu kami
kepada orang tua kami di rumah sedikit terobati.
Pagi harinya, agenda dilanjutkan dengan jalan
santai sampai ke Batu Hangus (nama sebuah tempat). Wow!!! Sungguh luar biasa
apa yang kami lihat, tidak hanya Gunung Gamalama yang berdiri dengan kokohnya
tetapi juga pemandangan yang dibentuk oleh Batu Hangus seperti sebuah karya
ukiran sang maestro ternama. Setelah dari Batu Hangus, agenda selanjutnya
adalah menanam bibit pohon di pinggir jalan bersama-sama dengan teman-teman
peserta dan masyarakat sekitar yang juga turut antusias dengan kegiatan menanam
pohon.
2 hari 1 malam adalah waktu yang sangat singkat
yang harus kami lalui di Kota Ternate. Saat berpisah dengan orang tua angkat
ku, kami sempat diberi bekal yang harus kami bawa pulang. Pemberian ini adalah
pemberian yang mustahil kami tolak. Karena bekal yang disiapkan untuk kami
merupakan bbekal yang mereka buat dengan penuh rasa cinta dan keikhlasan dari
seorang Ibu kepada anakanya. Perpisahan itu sempat membuat ku sedih, karena di
rumah itu aku dianggap seperti anaknya sendiri, bukan orang lain.
Perjalanan selanjutnya adalah Morotai. Tempat
dimana acara puncak akan segera dilaksanakan. Banyak agenda yang aku lakukan
beserta teman-teman adalah mengeksplorasi Morotai dengan berjalan kaki. Morotai
kelihatan begitu ramai dimana hampir di setiap sudut kota ada saja aktivitas
yang dilakukan. Pada acara puncak yang dihadiri oleh Bapak Presiden kita yakni
Bapak Susilo Bambang Yudoyono, kami berada di Ring 3. Walaupun demikian hal
tersebut tidak menyurutkan semangat kami untuk mensukseskan Sail Morotai. Memang
tidak salah penempatan puncak acara di Morotai. Karena di Morotai terdapat
banyak sekali tempat objek wisata, seperti Air terjun, pantai, Pulau Dodola,
dan lain-lain, sehingga tak jarang kami berjumpa dengan wisatawan asing.
Perjalanan terakhir kami mengunjungi Kota
Makassar. Disana seperti biasa sama di tempat-tempat lainnya kami disambut
ketika bersandar di pelabuhan. Disana kami sempat ke Maros yang merupakan salah
sautempat tujuan wisata yang digemari oleh wisatawan, karena ditempat itu
terdapat museum kupu-kupu, air terjundan goa alam. Area perbukitan membuat
udara disana terasa sangat sejuk dan nyaman. Hari esoknya, tujuan ku adalah
mencicipi Coto Makassar dan berkunjung ke Pantai Losari. Dan hasilnya Wow!!!
Seandainya semua kota di Indonesia berorientasi ke Luat, pasti kota-kota itu
bisa sesejahtera Makassar.
Perjalanan pulang kemudian kami kembali ke
Tanjung Priok, Jakarta. Setelah upacara penutupan dipimpin Bapak Menteri Pemuda
dan Olahraga yakni Bapak Andi Malarangeng. Kami semua berpisah untuk kembali ke
daerah kami masing-masing di liputi rasa sedih bercampur bahagia. Sedih karena
harus berpisah dengan sahabat baru seperjalanan. Bahagia karena aku menyaksikan
bahwa Ya, Indonesia ku memang kaya. Kaya alamnya, kaya Lautnya, kaya budayanya,
kaya Istiadatnya, Kaya nilai sejarahnya, Kaya kermahannya dan Kaya Kasih Sayang
dari Yang Kuasa. Allah SWT.
No comments:
Post a Comment