Wednesday, November 7, 2012

PETA BATHYMETRI PERAIRAN SELAT RUPAT


PERHATIAN : diperbolehkan untuk meng-copy materi ini dengan syarat hanya untuk akademis dan mencantumkan Nama Penulis dan alamat web halaman ini pada daftar pustaka anda.

Prof. Dr. Ir. Rifardi, M.Sc
LAPORAN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI GEOLOGI

PETA BATHYMETRI PERAIRAN SELAT RUPAT
                            


OLEH :
TEGUH HERIYANTO
0904121598




JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
                                                                           2012
        i
 
KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan petunjukNya penulis dapat menyelesaikan laporan pratikum lapangan Oseanografi Geologi ini tepat pada waktunya.
            Penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada dosen mata kuliah Oseanografi Geologi Bapak Prof. Dr. Ir. Rifardi, M.Sc serta asisten yang telah membantu selama pelaksanaan pratikum sampai pada penulisan laporan ini.
            Penulis menyadari adanya kekurangan dalam laporan ini untuk itu diharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk kesempurnaanlaporan yang akan datang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.



                                                                                      Pekanbaru,  Mei 2011


                                                                                      Penulis




     ii
 
DAFTAR ISI

                                                                                                                      Halaman

KATA PENGANTAR..............................................................................              i
DAFTAR ISI..............................................................................................             ii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................         iii
DAFTAR TABEL........................................................................................         iv
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................             v
I.           PENDAHULUAN
              1.1. Latar Belakang.........................................................................              1
              1.2. Tujuan......................................................................................              3
              1.3. Manfaat....................................................................................              3
II.          METODE PRAKTIKUM
              2.1. Waktu dan Tempat..................................................................              4
              2.2. Bahan dan Alat........................................................................              4           2.3. Prosedur pratikum              ........................................................................................................ 4 
                     2.3.1 Penentuan Lokasi Sampling............................................              4   
                     2.3.2 Pengukuran Kedalaman..................................................              5
                     2.3.3 Pembuatan Peta Bathimetri............................................              5
             2.4 Analisis Data.............................................................................               6
             2.5 Asumsi.......................................................................................              7

III.        HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Bathimetri Wilayah Studi........................................................              8
              3.2. Gambaran Morphologi Wilayah Studi……………………….              9

IV.        KESIMPULAN DAN SARAN                         
              4.1. Kesimpulan..............................................................................            11
              4.2. Saran  ......................................................................................            11

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

   iii
 

 
DAFTAR TABEL

Tabel                                                                                                        Halaman
1. Pengukuran kedalaman perairan ..........................................................            8


 


   iv
 

 
DAFTAR LAMPIRAN

                                                                                                                     Halaman
1. Peta Bathymetri Lokasi Praktikum.........................................................            13
2. Keadaan Perairan Lokasi Praktikum.......................................................            14

 

 
I. PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki luas wilayah laut 5,8 juta km2 terdiri dari 3,1 juta km2 luas laut nusantara, 2,7 juta km2 wilayah zona ekonomi eksklusif Indonesia (ZEEI) dengan jumlah pulau sebanyak 17.480 pulau dan panjang garis pantai diperkirakan 95,181 km. Secara keseluruhan wilayah laut Indonesia mencapai 75,3 % dari total wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (Rompas et al, 2008).
Selat Rupat merupakan selat kecil yang berada di Selat Malaka yang secara geografis terletak di anatara pesisir kota Dumai dengan pulau Rupat provinsi Riau yang memiliki panjang lebih kurang 72,4 km dan lebar 3,8-8 km. Selat Rupat merupakan jalur transportasi yang strategis yang rentan terhadap pencemaran minyak. Perairan selat Rupat merupakan perairan semi tertutup dan di wilayah ini dalam waktu 24 jam dua kali pasang dan dua kali surut.
Ù¤
 
Ditinjau dari segi kondisi pantai perairan ini mengalami penurunan mutu perairan, hal ini diakibatkan oleh banyaknya proses-proses kegiatan manusia, industri dan transportasi  yang ada di sekitar area perairan kampus Ilmu Kelautan Dumai. Dari proses kegiatan manusia ada di sekeliling perairan tersebut bahkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di daratan kota Dumai bahkan provinsi Riau secara umumnya yang akhirnya mempunyai aliran airnya mengalir ke laut Dumai melalui sungai-sungai seperti sungai Dumai, sungai Mesjid dan lainnya.
Salah satu aspek yang berkontribusi banyak dalam perairan kampus Ilmu Kelautan Purnama adalah oleh proses kegiatan industri yang berdomisili di sekitar wilayah Purnama kota Dumai, diantara industri-industri yang berdomisili di sekitar Purnama dan berkemungkinan berkontribusi terhadap pencemaran diperairan tersebut adalah PT. Pertamina UP II, PT Semen Padang dan industri-industri bertaraf besar yang lainnya.
Bathimetri adalah studi tentang kedalaman air danau atau dasar lautan. Dengan kata lain, bathimetri adalah setara dengan hypsometry bawah air. Peta bathimetri (hidrografi) biasanya diproduksi untuk mendukung keselamatan navigasi permukaan atau sub-permukaan, dan biasanya menunjukkan relief dasar laut atau daerah dasar laut sebagai garis kontur (isodepth) dan pemilihan kedalaman (sounding), dan biasanya juga menyediakan informasi mengenai navigasi permukaan.
Awalnya, batimetri mengacu pada pengukuran kedalaman laut dengan sounding kedalaman. Teknik awal yang digunakan dalam pengukuran bathimetri adalah dengan tali yang diberikan pemberat. Keterbatasan terbesar dari teknik ini adalah bahwa metode ini hanya mengukur kedalaman pada satu titik pada satu waktu, dan sangat tidak efisien. Selain itu metode ini juga sangat dipengaruhi oleh pergerakan kapal dan arus terhadap tali, sehingga membuatnya tidak akurat.
Global Positioning System (Global Navigation Satellite System/GNSS) digunakan untuk mengetahui posisi sounding di permukaan bumi. Profil kecepatan suara (kecepatan suara dalam air sebagai fungsi kedalaman) dari kolom air digunakan untuk mengkoreksi pembiasan atau “ray-bending” dari gelombang suara karena karakteristik kolom air yang tidak seragam seperti suhu, konduktivitas, dan tekanan. Sebuah sistem komputer memproses semua data, mengoreksi untuk semua faktor di atas serta sudut dari masing-masing beam. Hasil pengukuran sounding kemudian diproses secara manual, semi-otomatis atau secara otomatis untuk menghasilkan peta di daerah yang di-sounding.
Beberapa pekerjaan atau karier yang berkaitan dengan batimetri adalah studi tentang lautan, batu-batuan dan mineral di dasar laut, studi tentang gempa bumi atau gunung berapi bawah laut. Pengukuran dan analisis pengukuran bathymetri adalah salah satu inti (core area) dari Hidrografi modern, dan komponen fundamental dalam memastikan keselamatan angkutan barang di seluruh dunia.
1.2.    Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk membuat peta bathimetri yang dapat menggambarkan morphologi wilayah perairan yang menjadi lokasi praktikum.
1.3.    Manfaat
          Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat membuat peta bathimetri  wilayah perairan yang menjadi lokasi praktikum yakni perairan Selat Rupat. Hasil dari praktikum ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi dasar dalam pengembangan perairan Selat Rupat.



II. METODA PRAKTIKUM

2.1. Waktu dan Tempat
Praktikum lapangan Oseanografi Geologi ini dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2012. Bertempat di sekitar perairan Selat Rupat, dan sungai Mesjid Dumai.
2.2. Bahan dan Alat
Peralatan yang digunakan pada praktikum ini adalah GPS (Global Positioning System) untuk menentukan posisi titik/stasiun sampling saat pengukuran kedalaman dan menyesuaikan posisi dengan stasiun yang telah di tetapkan sebelumnya. Tali untuk mengukur kedalaman wilayah perairan yang menjadi titik/stasiun. Serta yang terakhir adalah alat tulis untuk mencatat hasil yang diperoleh.
2.3.   Prosedur Penelitian
2.3.1 Penentuan Lokasi Sampling
·         Penentuan lokasi stasiun meliputi letak lintang dan bujur, yang ditentukan sebelum turun ke lapangan.
·         Masing-masing stasiun diberi nomor pada peta dasar yang telah dibuat.
·         Buat lembaran terpisah untuk tabel yang akan berisi nomor stasiun, posisi (lintang dan bujur), kedalaman dan keterangan.
·         Dalam penentuan stasiun perlu dipertimbangkan berbagai aspek dan informasi yang berasal dari data sekunder dan penelitian pendahuluan.
·         Cara penetapan stasiun dengan menggambarkan posisi masing-masing stasiun pada peta dasar sebagai berikut yaitu menempatkan suatu titik pada peta dasar dan menentukan posisinya dengan cara mengukur letak lintang dan bujur titik tersebut. Penentuan stasiun yang paling sederhana adalah dengan membuat grid pada peta dasar.
·         Jumlah dan jarak antara stasiun dengan lainnya harus ditentukan dan disesuaikan dengan tujuan penelitian serta kondisi di lapangan.
·         Jumlah stasiun harus dapat mewakili kondisi wilayah studi secara umum.
2.3.2 Pengukuran Kedalaman
Untuk pengukuran kedalaman dilakukan di setiap stasiun yaitu sebanyak 12 titik/stasiun. Ketika kapal sudah sampai di titik/stasiun yang telah ditentukan, kapal diberhentikan sementara kemudian GPS dipersiapkan untuk mengetahui posisi stasiun sampling dan mencocokkan posisi stasiun yang telah ditetapkan pada peta dasar dengan posisi sebenarnya di lapangan. Pada waktu yang bersamaan, tali dimasukkan untuk mengetahui kedalaman perairan tersebut.
2.3.3. Pembuatan Peta Bathymetri
Untuk pembuatan peta bathymetri dapat dilakukan dengan dua cara yaitu  manual dan menggunakan program aplikasi komputer yaitu program arc View. Peta bathimetri dibuat dengan cara membuat kontur kedalaman wilayah perairan yang menjadi lokasi praktikum.
 Pembuatan peta bathymetri yang menggunakan program arc view dimulai dari membuka program tersebut kemudian memasukkan data yang dibutuhkan. Kemudian akan muncul peta bathymetri lengkap dengan garis konturnya. Pembuatan peta secara manual dimulai dengan menyediakan peta dasar yang menjadi lokasi praktikum. Kemudian menempatkan atau memplot titik sampling kedalam peta dasar tersebut. Setelah titik sampling diplotkan kedalm peta maka langkah selanjutnya adalah menentukan interval kontur. Dimana interval kontur adalah jarak vertikal antara dua garis kontur yang berdekatan. Kemudian mencari titik yang mempunyai kedalaman sessuai pada interval kontur dan membuat interpolasi antar titik sampling. Setelah semua titik sampling dibuat interpolasinya maka langkah selanjutnya adalah menghubungkan titik yang mempunyai kedalaman yang sama sehingga membentuk suatu garis.
2.4.    Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan ditabulasikan kedalam bentuk tabel, grafik dan dibahas secara deskriptif. Maka untuk menentukan interval kontur digunakan persamaan sebagai berikut:
Interval Kontur = (1 x skala)/ 2000
Dimana : Interval Kontur = Jarak vertikal antara dua garis kontur
                Skala                = Perbandingan jarak sebenarnya dengan jarak pada peta
                1 dan 2.000      =  Konstanta
Jika interval kontur lebih besar dibandingkan kedalaman perairan, maka untuk menentukan interval digunakan cara sebagai berikut:
Interval Kontur = D – d
                            N
Dimana: D= Kedalaman paling besar
               d = Kedalaman paling dangkal
               N= Jumlah garis kontur yang diinginkan


2.5.  Asumsi
Dalam pelaksanaan praktikum dapat diasumsikan bahwa permukaan perairan tidak mengalami perubahan atau tidak sedang mengalami pasang atau surut. Alat yang digunakan dalam praktikum diasumsikan sama dan dengan tingkat kesalahan atau kekeliruan selama praktikum dianggap sama sehingga tidak berpengaruh pada hasil yang diperoleh.



 
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Bathimetri Wilayah Studi
Dari praktikum yang telah dilaksanakan di perairan Selat Rupat diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil pengukuran kedalaman dan posisi lokasi sampling
Stasiun
Letak stasiun

Kedalaman


Keterangan
Letak lintang
Letak bujur
1
010 41’01,0’’
1010 24’36,0‘’
1,5 m


Terlihat tumpahan minyak
2
010 41’03,0’’
1010 24’38,1‘’
2 m
3
010 41’ 1,00’’
1010 24’40,0‘’
2 m
4
010 41’50,2‘’
1010 26’39,0‘’
2 m


Terlihat abrasi pantai pantai
5
010 41’50,3‘’
1010 26’14,4‘’
3 m
6
010 41’50,0‘’
1010 26’23,4‘’
4 m
7
010 41’31,3‘’
1010 29’24,4‘’
7 m


Terlihat abrasi pantai dan tumpahan minyak
8
010 41’31,1‘’
1010 25’25,1‘’
13,13 m
9
010 41’31,2‘’
1010 25’34,6‘’
18 m
10
010 40’59,2‘’
1010 28’45,7‘’
4 cm

Terlihat perairanya tercemar karena tumpahan minyak
11
010 41’22,0‘’
1010 28’47,4‘’
19 m
12
010 41’11,8‘’
1010 28’50,5‘’
34 m

            Berdasarkan data kedalaman diatas, terlihat bahwa kedalaman perairan tersebut variatif, yakni stasiun 1 – 7 dasar perairan terlihat landai. Sedangkan stasiun lain cukup curam.
            Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Peta Bathymetri Perairan Selat Rupat

3.2. Gambaran Morphologi Wilayah Studi
Data yang diperoleh menunjukkan kedalaman yang tertinggi terletak pada stasiun 12 dengan kedalaman 34 m yang terletak ke arah utara stasiun 8 sedangkan yang terendah terletak pada stasiun1 dengan kedalaman 1,5 m. Hal ini dapat menandakan bahwa semakin bertambah ke arah lepas pantai atau semakin jauh dari pantai maka kedalaman bertambah, bisa saja terjadi disebabkan oleh banyak faktor misalnya proses sedimentasi yang terjadi pada daerah pantai atau muara sungai lebih tinggi tingkat sedimentasinya.
Bila melihat pada peta maka dapat dilihat stasiun 1, 2, 3, 4, 5, 6 cukup landai karena kedalamannya relatif homogen. Tapi bila mengacu pada kedalaman maka akan terlihat perbedaan yang cukup signifikan dimana stasiun 12 memiliki kedalaman yang sangat tinggi di banding dengan stasiun di sekitarnya dan dapat diartikan stasiun 12 memang cukup curam.
Dasri stasiun 10 terlihat kedalamanya cukup dangkal yakni 4 m jika dibandingkan stasiun di sekitarnya yakni stasiun 11 dan stasiun 12 yang menandakan daerah tersebut seperti lembah di dasar laut.
Perbedaan kedalaman ini menunjukkan morfologi dasar perairan yang cukup variatif, dikarenakan walau beberapa titik sampling memiliki jarak yang dekat akan tetapi langsung mengalami perubahan kedalaman yang cukup mencolok. Morfologi dasar perairan tersebut dapat berubah karena aktifitas geologi dibawah batuan. Selain itu proses sedimentasi yang terjadi dapat mempengaruhi kedalaman perairan. Abrasi yang terjadi di sekitar perairan dapat menyumbang sedimen dalam jumlah besar dan mempengaruhi kedalaman perairan tersebut. Aktivitas transportasi yang padat di lokasi juga mempengaruhi kedalaman perairan ditambah lagi adanya penambangan minyak lepas pantai maupun pengerukan.


IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.    Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan yang dilaksanakan diperoleh kesimpulan bahwa stasiun yang paling dalam adalah stasiun 12 dengan kedalaman 24 m sedangkan stasiun yang paling dangkal adalah stasiun 1 dengan kedalaman 1,5.

5.2.        Saran
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, diharapkan untuk kedepannya saat menentukan titik sampling harus diketahui jaraknya dan akan lebih mudah lagi apabila jarak dari masing-masing stasiun adalah sama.


 
DARTAR PUSTAKA

Austin, B. 1988. Marine Biology Cambrige University Press Melbourne, 222 p
Hermanto dan Suhartati. 1991. Transportasi Sedimen Permukaan dan Foraminifera di Teluk Ambon Perairan Maluku dan Sekitarnya : 142-150.
Hutabarat, S. dan Evans. 1985. Pengantar Oceonografi, Universitas Indonesia Press, Jakarta.159 hal.
Indra, H. 1998. Pola dan Kecepatan Arus Pasang Surut Harian Muara Sungai Mesjid Dumai. Skripsi Fakultas Perikanan Universitas Riau Pekanbaru.44 hal (tidak diterbitkan).
Michael, P. 1984. Ecological Methods For Field And Laboratory Investigations. Mcgraaww Hill Book Ltd Company. New Delhi. 40 p.
Soenaryo. 1989. Fenomena Transpor Pantai. Jurusan Teknik Geofisika ITB. Bandung. 2 hal.
Rompas.R.M, Sahala Hutabarat, Julia Robert Rompas. Pengantar Ilmu Kelautan. 2008. Jakarta: Dewan Kelautan Indonesia.



No comments:

Post a Comment