;
TUGAS INDIVIDU DASAR – DASAR MIKROBIOLOGI
TUGAS INDIVIDU DASAR – DASAR MIKROBIOLOGI
INTERAKSI MIKROBA PATOGEN DENGAN IKAN
Oleh
Teguh Heriyanto
0904121598
Ilmu Kelautan
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Mikrobiologi yang berjudul “Interaksi Mikroba Patogen dengan Ikan”. Semoga makalah ini dapat menambah kasanah dan wawasan ilmu bagi para pembaca sekalian. Dalam kesempatan kali ini penulis sadar sebagai manusia yang menyandang relativitas dalam kebenaran, sehingga penulis mmengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun.
Tak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada para dosen pengajar mata kuliah Dasar – Dasar Mikrobiologi yang telah memberi ilmu pengetahuannya sehingga penulis mendapat wawasan ilmu dan menyelesaikan makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas perhatian dari segala pihak.
Pekanbaru, 4 Januari 2011
Teguh Heriyanto
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktikum .................................................................. 2
1.3 Manfaat Praktikum ............................................................... 2
BAB II. ISI
2.1 Pengertian.............................................................................. 3
2.2 Penyakit viral......................................................................... 4
2.3 Penyakit bakterial.................................................................. 7
2.4 Penyakit mikosis.................................................................... 18
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 ..... Kesimpulan............................................................................... 21
3.2 ..... Saran......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup dengan ukuran mikroskopis. Hal ini merupakan daya tarik tersendiri bagi sebahagian orang untuk mempelajarinya karena dari sekian banyak mikroorganisme yang sudah dipelajari saat ini merupakan sebahagian kecil dari mikroorganisme yang telah teridentifikasi atau dikenal sedangkan masih banyak mkroorganisme di alam yang belum teridentifikasi. Selain itu, mikroorganisme sering menjadi pusat perhatian dunia karena seperti yang kita ketahui bersama mikroorganisme tertentu sering menjadi wabah penyebab penyakit baik pada manusia, hewan, dan tumbuhan dibeberapa belahan dunia sehingga tak khayal mau tidak mau setiap orang harus memiliki pengetahuan dasar terhadap mikroorganisme dengan cara mempelajari mikrobiologi. Dalam makalah ini membahas tentang Interaksi Mikroba Patogen dengan Ikan. Sering kali para petani budidaya perairan, penjual ikan hias, penghobi ikan dan para konsumen ikan tidak terlalu memahami betapa pentingnya mengetahui interaksi mikroba patogen dengan ikan sehingga pada usaha budidaya perairan misalnya dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar yang diakibatkan oleh mikroba phatogen karena ikan yang terinfeksi dapat mati secara perlahan – lahan bahkan secara masal. Hal tersebut juga dapat terjadi pada para penjual ikan hias, mengingat tingginya harga ikan hias dan meningkatnya ekspor ikan hias ke luar negeri . selain itu para konsumen ikan juga perlu waspada pada saat mengkonsumsi ikan dan pastikan ikan yang dimasak benar – benar matang karena ada beberapa jenis mikroba yang tahan terhadap panas.
1.2.Tujuan
Makalah ini bertujuan untk memberikan informasi kepada para pembaca agar mengetahui jenis – jenis mikroba apa saja yang bersifat pathogen dan selain itu menambah wawasan bagi pembaca.
1.3.Manfaat
· Pembaca dapat memahami interaksi antara mikroba patogen dengan ikan
· Pembaca dapat mengetahui jenis mikroba tertentu yang menyerang spesies ikan dan bagian dari ikan yang diserang
BAB II. ISI
Pengertian
Mikrobiologi ialah ilmu pengetahuan tentang perikehidupan makhluk – makhluk kecil yang hanya kelihatan dengan mikroskop (bahasa Yunani : Mikros : kecil, Bios: hidup, Logos: Kata/Ilmu). Makhluk – makhluk kecil itu disebut mikroorganisme, mikroba, protista atau jasad renik.
Patogen (Bahasa Yunani: παθογένεια, "penyebab penderitaan") adalah agen biologis yang menyebabkan penyakit pada inangnya. Sebutan lain dari patogen adalah mikroorganisme parasit. Umumnya istilah ini diberikan untuk agen yang mengacaukan fisiologi normal hewan atau tumbuhan multiselular. Namun, patogen dapat pula menginfeksi organisme uniselular dari semua kerajaan biologi.
Umumnya, hanya organisme yang sangat patogen yang dapat menyebabkan penyakit, sementara sisanya jarang menimbulkan penyakit. Patogen oportunis adalah patogen yang jarang menyebabkan penyakit pada orang-orang yang memiliki imunokompetensi (immunocompetent) namun dapat menyebabkan penyakit/infeksi yang serius pada orang yang tidak memiliki imunokompetensi (immunocompromised). Patogen oportunis ini umumnya adalah anggota dari flora normal pada tubuh. Istilah oportunis sendiri merujuk kepada kemampuan dari suatu organisme untuk mengambil kesempatan yang diberikan oleh penurunan sistem pertahanan inang untuk menimbulkan penyakit.
Pada umumnya semua patogen pernah berada di luar sel tubuh dengan rentang waktu tertentu (ekstraselular) saat mereka terpapar oleh mekanisme antibodi, namun saat patogen memasuki fasa intraselular yang tidak terjangkau oleh antibodi, sel T akan memainkan perannya.
Adapu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dapat dikelompokkan berdasarkan mikroorganisme yang menyebabkan penyakit tersebut, yakni:
1. Penyakit Viral
Penyakit yang disebabkan oleh Virus. Virus merupakan agensia infeksi non seluler dan hanya dapat melakukan multiplikasi dalam sel inang. Virus berukuran sangat kecil yaitu bervariasi dari 18 – 200 nm (Smail danMunro, 1989), sehingga hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop elektron. Berbeda dengan parasit intraseluler lainnya seperti rickettsiae, clamydia, dan myoplasma, virus menggunakan sel inang sepenuhnya untuk reproduksi karena virus tidak memiliki organela. Untuk dapat bertahan di lingkungan, virus harus mampu berpindah dari inang satu ke lainnya. Menginfeksi dan replikasi pada inang ynag sesuai. Proses perbanyakan sering mengacukan fisiologi inang dan dapat mengakibatkan terjadinya penyakit. Jadi, virus lalu menjadi patogen. Dalam lingkungan alami virus dan inang sering mencapai semacam keseimbangandengan kerusakan minimum terhadap inang, tekanan seleksi alami memungkinkan keduanya bertahan. Dengan hal itu, kemudian menjadi “pemondok”.
Pada penyakit, perbanyakan virus menyebabkan terjadinya penyimpangan yang tampak atau gejala. Gejala individual atau dindrom (kelompok gejala) mungkin mencirikan virus penyebab. Sampai virus itu sendiri dapat dipelajari, virus semacam itu hanya dapat dideteksi secara tidak langsung dengan jalan mengkaji pengaruh patogeniknya. Virus yang masih belum dapat diisolasi dan dideteksi hanya dapat dipelajari melalui jalan tersebut
Karena ukuran virus sangat kecil, menyebabkan virus sulit dideteksi.ada sejumlah teknik yang biasanya digunakan untuk identifikasi awal virus, yaitu:
1. Menggunakan mikroskop elektron yang untuk menvisuakisasi virus di dalam sel – sel jaringan.
2. Menumbuhkan virus di laboratorium menggunakan cell-lines, yaitu melakukan kultur sel jaringan ikan di laboratorium (in vitro) pada media tertentu dan digunakan untuk menumbuhkan virus. Karena sifat virus yang memiliki inang dan organ atau jarinagn target spesifik, maka untuk virus harus ditumbuhkan pada kultur sel dari jarinagn dan spesies ikan yang sesuai
3. Identifikasi virus menggunakan teknik serologi, menggunakan serum dari hewan inang yang mengandung antibodi spesifik terhadap virus tertentu. Dengan demikian manakala virus (sebagai antigen) kontak dengan serum akan terjadi aglutinasisebagai respon antibodi terhadap antigen
4. Menggunakan PCR dan sequencing DNA
5. Secara imunokimia/ imunositokimia
Menurut Smail dan Munro (1989) akibat infeksi virus terhadap sel dapat beragam, yaitu :
1. Perubahan yang dapat pulih kembali, yaitu munculnya pembengkakan dankekeruhan pada sel yang dapat dilihat melalui pengamatan gistologis.
2. Perubahan yang tiidak dapat pulih kembali, biasanya menyebabkan kematian, peristiwa semacam ini disebut efek stomatik (Cytophatic Effect, CPE)
3. Pengaruh yang tidak mungkin pulih kembali biasanya mengarah ke kerusakan atau hilangya fungsi – fungsi tertentu, misalnya sekresi endokrin
4. Transformasi menjadi suatu keadaan neoplastik, misalnya OMV (Onconhynchus Maou Virus)
5. Infeksi tetap, asam nukleat virus mungkin telah terintegrasi ke dalm genom dengan secara sporadis menginfeksi sel – sel lain yang sehat, bereplikasi dan melepaskan virion – virion baru, misalnya pada IPNV.
Beragam virus diketahui menginfeksi ikan air tawar dan ikan air laut. Adapun beberapa virus tersebut adalah
· Lymphocystis virus : menyerang 142 jenis spesies teleostei air laut dan tawar
· Goldfish iridovirus : menyerang ikan mas hias (Carassius auratus)
· Channel catfish virus : menyerang Ictalurus punctatus
· Herpes virus cyprini : menyerang ikan mas (Cyprinus carpio)
· Infectious pancreatic necrosis virus (IPNV) : menyerang Brook trout (Salvelinus namaycus)
· Cod adenovirus : menyerang Cod atlantik (G. morhua)
· Rhabdovirus anguilla : menyerang ikan sidat (A. anguilla)
· Spring viraemia of carp virus (SVCV) : menyerang ikan mas (Cyprinus carpio)
· Golden shiner virus : menyerang Golden Shiner (Notemigonus crysoleucas)
· Bluegill lymphocystis retrovirus : menyerang Bluegill (Lepomis macrochirus)
· Carp coronavirus : menyerang ikan mas (Cyprinus carpio)
· Kuchijiro-sho virus : menyerang Tiger puffer ( Tahifugu rubripes)
2. Penyakit Bakterial
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Berpuluh spesies mikrobakteria terseebar luas diseliruh permukaan bumi ini tetapi hanya beberapa speies saja yang patogen terhadap mamalia (termasuk manusia), burung reptilia, dan ikan. Bakteri memiliki keragaman morfologi, ekologi dan fisiologis tinggi. Rentang lingkungan hidup bakteri sangat luas, mulai lingkungan yang sagat dingin di artik hingga lingkungan sangat panas seperti celah hidrotermal (hydrothermal venti) yang dapat mencapai suhu 100 derajat Celcius. Hingga saat inibaru sekitar 1% dari total bakteri di alam yang dikenal.
Berdasarkan morfologinya bakteri dibedakan dalam 3 bentuk dasar :
1. Buat atau kokus atau sphenoid dengan variannya tersusun tunggal, dua – dua (diplokokus), empat – empat (tetrakokus), tersusun sebagai rantai (streptokokus), tersusun delapan – delapan (sarsian) dan seperti buah anggur (strafilokokus)
2. Batang atau silindris dengan variannya seperti diplobasilus, steptobasilus atau roset.
3. Beentuk lengkung dan variannya yaitu koma (vibrio) dan spiral
Pada bakteri antara lain dapat dijumpai pada permukaan tubuh eksternal dan saluran pencernaan
Adapun beberapa jenis bakteri yang patogen atau penyebab penyakit pada ikan antara lain adalh sebagai berikut :
Mycobacterium marinum
Kuman ini sebagai penyebab semacam tuberkulosis pada ikan tetapi dapat pula menyerang manusia dan menimbulkan granuloma menahun pada kulit. Kuman ini biasanya masuk kedalam tubuh melalui luka pada kilit sewaktu penderita berhubungan dengan air yang terkontaminasi, misalnya pada waktu berenang oleh karenanya kuman ini dapatdikatakan hampir tidak pernah diisolasi dari sputum. Koloninya tumbuh baik pada suhu antara 30 33 derajat Cercius. Suhu optimal untuk tumbuhnya sering digunakan untuk membedakannya denan spesies lain dari kelompok Runyon I. kuman ini mereduksi nitra, uji negatif dan katalase hanya diproduksi dalam jumlah sedikit. Terhadap isonazid (INH) kuman ini resisten, tetapi sensitif terhadap ritampisin, etambutol dan streptomisin.
Penyakit Ikan Karantina Golongan Bakteri
Hama dan penyakit ikan karantina golongan bakteri yailtu Aeromonas salmonicida, Renibacterium salmoninarum, Nocardia spp., Edwardsiella ictaluri, Pasteurella piscicida, Aerococcus viridans (var) homari, Mycobacterium spp., Edwardsiella tarda, Streptococus spp. dan Yersinia ruckeri.
Beberapa jenis bakteri tersebut dilaporkan telah terdapat di Indonesia namun belum tersebar luas, yaitu Aeromonas salmonicida di Jawa, Mycobacterium sp. di Jawa dan Sumatera, Edwardsiella tarda di Jawa serta Streptococcus sp. di Sulawesi.
Upaya pencegahan melalui tindakan karantina terhadap ikan-ikan yang diimpor dari luar negeri maupun yang dilalulintaskan di dalam wilayah Indonesia harus dilakukan untuk mencegah masuknya jenis-jenis bakteri yang belum terdapat atau sudah terdapat di Indonesia tetapi belum tersebar luas.
BIOLOGI
Aeromonas salmonicida adalah bakteri yang berbentuk batang pendek dengan ukuran 1,3-2,0 x 0,8-1,3 µm, bersifat gram negatif, tidak bergerak, tidak membentuk spora maupun kapsul, dan bersifat aerob. Bakteri ini tidak dapat hidup lama tanpa inangnya dan suhu optimal bagi pertumbuhannya antara 22-28oC, sedangkan pada suhu 35oC pertumbuhannya terhambat. Dapat dijumpai di lingkungan air tawar maupun air laut dan dikenal sebagai penyebab penyakit “furunculosis”.
Renibacterium salmoninarum yang dikenal sebagai penyebab “kidney disease” adalah bakteri yang berbentuk batang pendek dengan ukuran 0,3-1,5 x 0, 1-1,0 µm, bersifat gram positif, tidak bergerak, tanpa kapsul, sering terdapat berpasangan dan bersifat aerob. Bakteri ini dapat dijumpai di lingkungan air tawar maupun air laut dengan suhu optimal pertumbuhannya antara 15-18oC, sedangkan pada suhu 25oC perturnbuhannya akan terhambat.
Mycobacterium sp. yang dikenal sebagai penyebab penyakit ” tuberkulosis ikan” (Fish TB), adalah bakteri yang berbentuk batang, dengan ukuran 0,2-0,6 x 1,0-10 µm, bersifat gram positif lemah, tidak bergerak, tidak membentuk spora atau kapsul dan bersifat aerob. Bakteri ini banyak dijumpai di perairan tawar dan laut maupun tanah dengan suhu optimal pertumbuhannya 25-30oC. Tidak dapat tumbuh pada suhu 37oC kecuali M. marinum, M. fortuitum dan M. chelonei.
Nocardia sp. adalah bakteri yang bentuknya bervariasi yaitu bulat, oval dan batang berfilamen, dengan ukuran diameter 0,5-1,2 µm, bersifat gram positif, bergerak, tidak membentuk kapsul dan bersifat aerob. Bakteri ini tersebar di alam termasuk di air dan tanah. Suhu optimal bagi pertumbuhan Nocardia asteroides antara 28-35oC, sedangkan N. kampachi tidak tumbuh pada suhu 10oC atau 37oC.
Edwardsiella tarda dan E. Ictaluri berbentuk batang bengkok, dengan ukuran 1 x 2-3 µm, bersifat gram negatif bergerak dengan bantuan flagella, tidak membentuk spora atau kapsul dan bersifat fakultatif anaerob. Bakteri ini dapat dijumpai di lingkungan air tawar dan air laut, dengan suhu optimal bagi pertumbuhannya sekitar 35oC, sedangkan pada suhu di bawah 10oC atau di atas 45oC tidak dapat tumbuh.
Pasteurella piscicida berbentuk batang pendek, berukuran 0,6-1,2 x 0,8-2,6 µm, bersifat gram negatif, tidak bergerak, tidak membuat kapsul maupun spora dan bersifat fakultatif anaerob. Bakteri ini dapat hidup di lingkungan air laut dengan kisaran suhu untuk pertumbuhannya 10-39oC. Umumnya yang diisolasi dari ikan dapat tumbuh baik pada suhu 25oC.
Streptoccocus sp. berbentuk bulat atau oval, memanjang seperti rantai, bersifat gram positif, tidak bergerak, tidak membentuk spora atau kapsul dan bersifat fakultatif aerob. Diameter bakteri berukuran 0,7-1,4 µm. Bakteri ini dapat hidup di air tawar dan air laut dengan kisaran suhu bagi pertumbuhannya antara 10-45oC.
Yersinia ruckeri berbentuk batang, dengan ukuran 0,5-0,8 x 1,3 µm, bersifat gram positif, tidak membentuk spora atau kapsul, bergerak dengan flagella peritrichous pada suhu di bawah 30oC, sedangkan pada suhu 37oC tidak membentuk flagella. Bakteri ini dapat dijumpai di air dengan suhu optimal pertumbuhannya 22-25oC.
Aerococcus viridans (var.) homari adalah bakteri yang berbentuk bulat, ada yang berpasangan atau seperti rantai, bersifat gram positif, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Bakteri ini dapat ditemukan di air tawar atau juga air laut.
Pada umumnya sumber dan cara penularan penyakit akibat serangan bakteri-bakteri tersebut di atas antara lain melalui ikan yang sakit, ikan karir, air yang terkontaminasi, makanan yang terkontaminasi, telur yang terkontaminasi, alat atau pakaian yang terkontaminasi atau melalui bulu burung air.
Untuk Mycobacterium sp. cara penularannya belum diketahui dengan pasti diduga beberapa yang mungkin adalah melalui makanan dan air yang terkontaminasi. Cara penularan Nocardia sp. pada ikan juga belurn jelas diketahui, sedangkan penularan Aerococcus viridans melalui ikan yang sakit.
Renibacterium salmoninarum dan Yersinia ruckeri dilaporkan menyerang ikan famili Salmonidae, sedangkan Aeromonas salmonicida selain menyerang ikan-ikan famili Salmonilidae juga menyerang ikan-ikan non salmon seperti sidat (Anguilla spp.), chubs (Coregonus zenithicus), dace, tenc, carp, catfish, pike, sculpins, perch, gold fish (Carassius auratus) dan spesies ikan lainnya. Ada indikasi bahwa semua spesies ikan baik tawar ataupun laut dapat bersifat rentan terhadap Aeromonas salmonicida.
Selain menyerang berbagai ikan air tawar ataupun air laut, Mycobacterium sp. dilaporkan juga menyerang katak, jenis-jenis kadal, ular, buaya dan kura-kura maupun penyu. Nocardia sp. dilaporkan menyerang berbagai ikan air tawar dan air laut antara lain rainbaow trout (Oncorhynchus mykiss), brook trout (Salvelinus fontinalis), neon tetra, sepat (Trichogaster trichopterus), paradise fish, gurami dan yellow tail (Seriolla quinquiradiata).
Edwardseilla tarda dilaporkan menyerang ikan-ikan air tawar dan laut antara lain channel catfish (Ictalurus punctatus), chinook salmon (Onchorhynchus tshawyscha). Common carp (Cyprinus carpio), crimson seabream (Evynnis japonicus), japanese flounder (Paralichthys olivaceus), japanese eel (Anguilla japonica), Largemouth bass (Mycropterus salmoides), mullet (Mugil cephalus), red sea bream (Chrysophrys major), striped bass (Morone saxatilis), Tilapia (Tilapia nilotica), Yellow tail (Seriolla quinquiradiata), ular, buaya dan singa laut, sedangkan Edwardseilla ictaluri dilaporkan menyerang channel catfish (Ictalurus furcatus), brown bullhead (Ictalurus nebulosus), blus catfish (Ictalurus furcatus), Danio (Danio devario), green knifefish (Eigemannia virens), Walking catfish (darias batrachus), White catfish (Ictalurus catus).
Stireptococcus dilaporkan menyerang jenis-jenis ikan air tawar dan laut antara lain rainbow trout (Onchorhynchus mykiss), sea trout (Cynoscion regalis), silver trout (Cynoscion nothus), golden shiner (Notemigonus crysoleucas), yellow tail (Seriola quinquiradiata), menhaden (Brevoortia patronus), Sea Catfish (Arius felis), striped mullet (Mugil cephalus), pinfish (Lagodon rhomboides), Atlantic croaker (Macropogon undulatus), spot (Leiostomus exanthus), Sting ray (Dasyatis sp.), Dolphin air tawar (Iniageoffrensis), Sidat (Angulla japonica), Ayu (Leicoglossus altivelis), Amago salmon (Onchorhynchus rhodurus), Jacopever (Paralichthys olivaceus), Striped bass (Morone saxatilis), Blue fish (Pomatomous saltatic), Siganids (Siganus cahaliculatus), Sea Bream (Pagrus major), tilapia (Oreochromis sp.) dan Channel catfish (Ictalurus punctatus).
Pasteurella piscicida dilaporkan menyerang ikan-ikan laut antara lain Ayu (Plecoglossus altivelis), black seabream (Mylio macrocephalus), red seabrearn (Pagrus major), kerapu merah (Epinephelus akaara), yellow tail (Seriola quinquiradiata) dan menhaden (Brevoortia patronus), sedangkan Aerococcus virridans dilaporkan meyerang lobster Amerika.
GEJALA PENYAKIT
Gejala klinis akibat serangan Aeromonas salmonicida pada ikan adalah pembengkakan di bawah kulit yang biasanya menjadi luka terbuka berisi nanah, darah, dan jaringan yang rusak di puncak luka tersebut seperti cekungan, sirip putus atau patah, pendarahan pada insang, petikiae pada otot, usus bagian belakang lengket dan bersatu, serta pembengkakan limpa dan ginjal yang berkembang menjadi nekrosis atau kernatian jaringan.
lkan yang terserang Renibacterium salmoninarum menunjukkan tanda-tanda luar dan dalam seperti mata menonjol, perut kembung, sisik berdiri, pendarahan, abses di beberapa bagian tubuh dan wama kehitam-hitaman, ginjal luka dan berwama abu-abu, kernudian ginjal bengkak dan terjadi nekrosis.
Serangan Mycobacterium sp. pada ikan menunjukkan tanda-tanda seperti mata menonjol, pembengkakan vena, dan adanya luka pada tubuh, mama pucat, lordosis, skeliosis, ulser atau luka dan rusaknya sirip (patah-patah). Adanya bintil berwama putih keabu-abuan pada hati, ginjal dan empedu. Benjolan terdapat di berbagai organ seperti insang, pericardium, mata, empedu, ginjal dan hati.
Gejala klinis pada ikan yang terserang Nocardia sp. adalah pembengkakan pada organ yang terserang (seperti tumor), ulser atau luka pada permukaan tubuh, lemah, nafsu makan menurun dan kurus.
Serangan Edwardsiella tarda dan E. ictaluri pada ikan dalarn tahap infeksi ringan hanya menampakkan luka-luka kecil, Sebagai perkembangan penyakit lebih lanjut, luka bernanah berkembang dalarn otot rusuk dan lambung. Pada kasus akut, luka bernanah secara cepat bertambah dengan berbagai ukuran, kemudian luka-luka terisi gas dan terlihat bentuk cembung menyebar ke seluruh tubuh. Warna tubuh hilang, dan luka-luka merata diseluruh tubuh, jika luka digores, akan tercium bau busuk (H2S).
Ikan yang terserang Streptococcus sp, menunjukkan gejala seperti mata menonjol, pendarahan pada kelopak mata, ginjal membengkak, hati menjadi merah tua dan kerusakan usus.
Gejala yang terlihat akibat serangan Pasteurella piscicida pada ikan adalah wrna tubuh menjadi gelap, pendarahan pada tutup insang dan sirip, serta Iuka pada ginjal dan limpa.
Ikan yang terserang Yersinia ruckeri akan terlihat lamban, warna tubuh menjadi gelap cairan kuning pada usus, perut berisi cairan yang tidak berwarna, pendarahan pada otot dan organ dalam, serta radang pada bagian tertentu seperti mulut, langit-langit, tutup insang dan pangkal sirip.
Tanda-tanda klinis akibat serangan Aerococcus viridans pada lobster tidak jelas, kadang-kadang terlihat warna merah muda pada perut bagian atas.
DAERAH SEBARAN
Furunculosis yang disebabkan oleh Aeromonas salmonicida dilaporkan teiah tersebar luas di dunia yaitu Amerika Serikat, Kanada, Negara-negara Eropa (Perancis, Norwegia, Belgia, Austria dan Swiss), Australia dan Asia termasuk Indonesia (Jawa).
Renibacterium salmoninarum penyebab “kidney disease” sudah menyebar di negara-negara Eropa (Jerman, Spanyol, Italia, Norwegia, Swedia, Yugoslavia, Inggris, Perancis dan Islandia), AS, Kanada, Chili dan Jepang.
Mycobacterium sp. penyebab tuberculosis dan Nocardia sp. penyebab nocardiosis kemungkinan sudah terdapat di seluruh dunia, khusus untuk Mycobacterium sudah terdapat di Indonesia (Sumatera), sedangkan Pasteurella piscicida dilaporkan terdapat di AS, negara-negara Eropa dan Jepang.
Penyebab penyakit Edwardsiellosis, E. tarda dan E. ictaluri sudah terdapat di AS, Jepang, dan Afrika Selatan, khusus untuk E. tarda sudah menyebar sampai Asia Tenggara termasuk Indonesia (Jawa). Streptococcus sp. sudah terdapat di AS, Inggris, Norwegia, Jepang, Afrika Selatan, Teluk Mexico, China dan Indonesia (Jawa), sedangkan Aerococcus viridans dilaporkan terdapat di AS.
KERUGIAN YANG DITIMBULKAN
Serangan penyakit mempunyai dampak negaTif yang segera dapat dirasakan, seperti misalnya kerugian ekonomi yang tinggi. Pada akhir tahun 1980, di Indonesia terjadi kematian sebanyak 125 ribu ekor ikan mas dan 30% induk ikan terjadi di daerah budidaya di Jawa Barat diakibatkan oleh serangan bakteri Aeromonas spp. antara lain A. salmonicida dan menyebabkan penurunan produksi dan kerugian kira-kira 4 milyar rupiah. Pada tahun 1989, di Skotlandia terjadi wabah furunculosis sebanyak 15 kali pada ikan-ikan air tawar dan 127 kali pada ikan-ikan air laut.
Pasteurella piscicida dilaporkan telah menyebabkan kernatian masal ikan ekor kuning (Seriola sp.) di Jepang dengan kerugian sebesar 10 juta poundsterling atau 30 milyar rupiah. Edwardsiella tarda merupakan penyebab penyakit bakteri yang paling serius pada budidaya ikan sidat di Taiwan dan Jepang, sedangkan E. ictaluri pada akhir tahun 1980 dilaporkan telah menyebabkan kernatian masal (lebih dari 50%) anak ikan dan induk ikan lele Amerika di AS. Kerugian yang ditimbulkan mencapai puluhan juta dolar atau puluhan milyar rupiah.
Pada tahun 1970 sampai 1980-an, di Jepang tedadi wabah akibat serangan Streptococcus pada ikan ekor kuning, sidat, ayu dan tilapia yang menimbulkan kerugian sejumlah 30 juta poundsterling atau kira-kira 90 milyar rupiah.
TINDAKAN KARANTINA
Pencegahan sebaiknya dilakukan untuk menghindari tedadinya kerugian besar yang dapat ditimbulkan akibat serangan bakteri.
Tindak karantina mutlak diperlukan dalam usaha pencegahan masuknya jenis-jenis bakteri bersama-sama ikan impor yang sebelumnya tidak terdapat di Indonesia. Selain itu karantina juga mencegah menyebarnya jenis bakteri yang sudah terdapat di daerah pulau tertentu ke daerah / pulau lainnya di dalam wilayah Indonesia. Dengan meningkatkan sistern dan tindakan-tindakan karantina ikan di Indonesia maka usaha peningkatan produksi perikanan dan penyelamatan sumberdaya ikan diharapkan semakin berhasil.
- Penyakit Mikosis
Penyakit yang disebabkan oleh fungi atau jamur. Fungi merupakan kelompok organisma berfilamen, non-fotosintetik, merupakan organisma eukariotik heterotrofik. Secaar umum fungi cendrung hidup pada lingkungan yang bersifat asam dengan pertumbuhan optimal umumnya pada pH 4 – 6. Adapun kisaran suhu pertumbuhan fungi antara 5 – 40 derajat Celcius, beberapa diantanya bersifat psikrofilik yang tumbuh optimum pada suhu di bawah 5 derajat Celcius dan lainnya bersifat termofilik yang mampu tumbuh hingga suhu 50 derajat Celcius atau lebih. Fungi memiliki habitat yang tersebar luas yaitu tanah, airtawar, maupun air laut.
Fungi penyebab penyakit mikosis yang sering dijumpai pada ikan umumnya merupaka anggota dari sub-divisi Mastigomycotina, Zygomycotania dan Deuteromycotania, yang keseluruhannya melipti 5 ordo yaitu Saprolegniales, Chytridiales, Entomophthorales, Moniliales dan Sphaeopsidales.
1. Saprolegnia spp.
Saprolegnia sp. bersama dengan sejumlah spesies fungi lain yaitu Achlya sp. dan Aphanomyces sp. Dikenal sebagai agnesia penyebab saprolegniasis. Saprolegniasis menyerang ikan dan telur ikan terutama pada periran tawar maupun payau, bahkan menyerang beragam ikan air laut seperti ikan lemuru atlantik (Atlantic menhaden, Brevoortia tyrannus) dan gizzard shad (Dorosoma cepedianum). Pada dasarnya salinitas lebih tinggi dari 2,8% telah menghambat penyebaran agensia penyebab saprolegniasi (Testake, 1959 cit Roberts, 1989).
2. Branchiomyces spp.
Branchiomyces merupakan penyebab penyakit busuk insang atau gill rot. Spesies jamur ini biasanya dijumpai pada ikan yang mengalami stres lingkungan, seperti pH rendah yakni antara 5,8 – 6,5, kandungan oksigen terlarut (DO) rendah atau pertumbuhan yang berlebihan di dalam akuarium, Branchiomyces sp. tumbuh pada suhu 14 – 35 derajat Celcius, pertumbuahn optimal biasanya terjadi pada suhu 25 – 31 derajat Celcius. Penyebab utama infeksi biasanya adalah spora jamur yang terbawa air dan kotoran pada dasar akuarium.
3. Ichthyophonus sp.
Ichthyophonus disebabkan oleh jamur Ichthyophonus hoferi. Jamur ini tumbuh baik pada air tawar maupun air laut. Meskipundemikian, biasanya serangan jamur ini hanya akan terjadi pada air dingin 2 – 20 derajat Celcius. Penyebaran Ichthyophonus berlangsung melalui kista yang terbawa kotoran ikan atau akibat kanibalisme terhadap ikan yang terjangkit.
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Dari keterangan di atas dapat kita ketahui bersama bahwa penyebab terjadinya penyakit terbagi atas penyakit viral (penyakit yang disebabkan oleh virus), penyakit bakterial (penyakit yang disebabkan oleh bakteri), dan penyakit mikosis (penyakit yang disebabkan oleh jamur attau fungi). Dalam jumlah banyak mikroba tersebut akan menjadi wabah dan dapat mengakibatkan kematian secara masal. Selain itu terdapat beberapa jenis mikroba yang mampu hidup pada suhu 5 derajat Celcius hingga pada suhu 50 derajat Celcius.
3.2. Saran
Pada penyajian dalam makalah ini mungkin tidak menamilkan penjelasan – penjelasan secara mendalam. Selain itu juga penuis meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca sehingga penulis dapat meng-upgrade diri lebih baik dalam pembuatan makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Bos, L. 1994. Pengantar Virologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. 226 hal.
Irianto, Agus. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 256 hal.
Sanjaja, B. 1995. Isolasidan Identifikasi Mikrobakteria. Jakarta: Widya Medika, 141 hal.
Dwiseputro, D. 2005. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan, 206 hal.
http://id.wikipedia.org/wiki/Patogen
No comments:
Post a Comment