PERHATIAN : diperbolehkan untuk meng-copy materi ini dengan syarat
hanya untuk akademis dan mencantumkan Nama Penulis dan alamat web halaman ini pada daftar
pustaka anda.
Laporan Individu Praktikum Pencemaran Laut
Kandungan Logam Berat Pb dan Cu di Perairan Laut di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau
Oleh
TEGUH HERIYANTO
0904121598
ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012
KATA PENGANTAR
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dosen Penanggung Jawab yakni Bapak Prof. Dr. Bintal Amin, M.Sc. yang telah memberikan arahan, masukan serta pencerahan kepada penulis dalam pembuatan laporan praktikum ini dan juga ucapan terima kasih kepada Kak Sefni Hendris, S.Si yang telah banyak membantu, terutama dalam melakukan praktikum.
Sebagai manusia penyandang relativitas kebenaran, penulis sangat menyadari adanya kekurangan didalam pembuatan laporan ini. Atas segala kekurangan tersebut penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Pekanbaru, 4 Januari 2012
Teguh Heriyanto
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... iii
DAFTAR TABEL.................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... v
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dumai merupakan salah satu kota terbesar di Provinsi Riau yang letak geografisnya berada di wilayah pesisir laut bagian timur pulau Sumatera. Keadaan demikian membuat Dumai memiliki pelabuhan yang sering dilalui oleh kapal-kapal kegiatan industri, kapal pembawa barang, kapal pembawa minyak, kapal milik masyarakat dan lain – lain. Selain itu, banyak berdiri perusahaan-perusahaan di wilayah pesisir yang pembangunannya memakan lahan-lahan hutan mangrove dan juga mensuplay limbah pencemar ke dalam perairan, baik limbah organik maupun limbah anorganik yang mengandung logam berat.
Pencemaran laut oleh logam berat menyebabkan efek yang merugikan karena dapat merusak sumberdaya hayati, membahayakan kesehatan manusia, menghalangi aktivitas perikanan di laut, menurunkan mutu air laut yang digunakan dan mengurangi kenyamanan di laut disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing yang mengandung logam berat terlarut sebagai perbuatan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu praktikum ini perlu dilakukan.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menghitung kosentrasi logam berat Pb (Timbal) dan Cu (Tembaga) pada sedimen di perairan laut Purnama, Dumai. Selain itu juga menganalisis kandungan logam berat di masing-masing stasiun.
1.3. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah dapat menjadi ajang latihan bagi mahasiswa untuk mengukur kosentrasi logam berat Pb (Timbal) dan Cu (Tembaga) pada sedimen di suatu perairan. Selain itu diharapkan hasil dari praktikum ini dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi pembaca.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pencemaran Perairan Oleh Logam Berat
Istilah logam berat biasanya diberikan kepada semua unsur-unsur kimia dengan ketentuan atau kaidah tertentu. Unsur ini dalam kondisi suhu kamar tidak selalu berbentuk padat melainkan ada yang berbentuk cair (Palar, 1994). Logam adalah unsur yang dapat diperoleh dari lautan, erosi batuan tambang dan vulkanisme (Clark, 1986). Proses alam seperti perubahan siklus alami mengakibatkan batuan-batuan dan gunung berapi memberikan kontribusi yang sangat besar ke lingkungan. Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar yang berbahaya karena bersifat toksit jika dalam jumlah yang besar dan dapat mempengaruhi berbagai aspek dalam perairan, baik aspek biologis maupun aspek ekologis.
Logam-logam berat yang ada dalam badan perairan mengalami proses pengendapan dan terakumulasi dalam sedimen, kemusian terakumulasi dalamtubuh biota laut yang ada dalam perairan, baik manusia. Suin (dalam Cahaya, 2003) mengatakan bahwa logamberat merupakan bahan pencemar yang paling banyak ditemukan di perairan akibat limbah industri dan limbah perkotaan.Selain itu masuknya logam berat juga berasal dari aktivitas manusia, seperti pertambangan minyak, emas dan batu bara, pembangkit listrik, pestisida, keramik, peleburan logam dan pabrik-pabrik pupuk serta kegiatan industri lainnya (Suhendrayatna, 2001).
Logam berat secara alamiiah terdapat dalam air laut, namun dalamjumlah yang rendah. Kandungan ini dapat meningkat apabila limbah perkotaan, pertambangan, pertanian dan perindustrian yang banyak mengandung logam berat masuk ke lingkungan perairan. Jenis limbah ini umumnya banyak mengandung logam berat adalah limbah industri, baik sebagai bahan baku, katalisator, maupun sebagai bahan tambahan (Hutagalung, 1991).
Penyebab logam berat menjadi bahan pencemar berbahaya karena logam berat tersebut tidak dapat dihancurkan (non degradable) oleh organisme di perairan membentuk senyawa kompleks bersama bahan organikdan anorganik secara adsorbsi dan kombinasi (Parogay, 2011).
2.2. Timbal (Pb)
Timbal dalam keseharian biasanya dikenal dengan nama Timah Hitam, bahasa ilmiahnya adalah Plumbum. Timbal (Pb) termasuk ke dalam golongan IV A sistem periodik dengan nomor atom 82 dan berat atom 207,2. Timbal dan persenyawaannya dapat berada dalam badan perairan secara ilmiah dan sebagai dampak dari aktivitas manuisa. Secara alami Pb dapat masuk ke perairan melalui pengkristalan Pb di udara, dengan bantuan air hujan dari korofikasi batuan mineral akibat hempasan gelombang dan angin (Darmono, 2001).
Jenis senyawa ini hampir tidak larut dalam air, namun dapat dengan mudah larut dalam pelarut organik, misalnya dalam lipid. Waktu keberadaan timbal (Pb) dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti arus angin, dan curah hujan. Timbal (Pb) tidak mengalami penguapan namun dapat ditemukan di udara sebagai partikel. Karena timbal (Pb) adalah sebuah unsur, maka tidak mengalami degradasi (penguraian) dan tidak dapat dihancurkan (Tyas, 1998).
Konsentrasi timbal (Pb) di lingkungan, tergantung pada tingkat aktivitas manusia, misalnya di daerah industri, di jalan raya, dan tempat pembuangan sampah. Karena timbal (Pb) banyak ditemukan diberbagai lingkungan, maka timbal (Pb) dapat memasuki tubuh melalui udara, air minum, makanan yang dimakan, dan tanah pertanian. Penggunaan timbal terbesar adalah dalam produksi baterai, logam logam amunisi, pelapis kabel, pipa, solder, bahan-bahan pemanas dan lain-lainnya (Palar, 1994).
2.3. Tembaga (Cu)
Logam Cu termasuk logam berat essensial, jadi meskipun beracun tetapi sangat dibutuhkan manusia dalam jumlah yang kecil. Toksisitas yang dimiliki Cu baru akan bekerja bila telah masuk ke dalam tubuh organisme dalam jumlah yang besar atau melebihi nilai toleransi organisme terkait ( Palar, 1994 ). Logam Cu yang masuk ke dalam tatanan lingkungan perairan dapat terjadi secara alamiah maupun sebagai efek samping dari kegiatan manusia.
Secara alamiah Cu masuk kedalam perairan dari peristiwa erosi, pengikisan batuan ataupun dari atmosfer yang dibawa turun oleh air hujan. Sedangkan dari aktifitas manusia seperti kegiatan industri, pertambangan Cu, maupun industri galangan kapal beserta kegiatan dipelabuhan merupakan salah satu jalur yang mempercepat terjadinya peningkatan kelarutan Cu dalam perairan. ( Palar, 1994 ). Connel dan Miller ( 1995 ) menyatakan bahwa Cu merupakan logam essensial yang jika berada dalam kosentrasi rendah dapat merangsang pertumbuhan organisme sedangkan dalam konsetrasi yang tinggi dapat menjadi penghambat.
Selanjutnya oleh Palar ( 1994 ) dinyatakan bahwa biota perairan sangat peka terhadap kelebihan Cu dalam perairan sebagai tempat hidupnya. Konsentrasi Cu terlarut yang mencapai 0,01 ppm akan menyebabkan kematian bagi fitoplankton. Dalam tenggang waktu 96 jam biota yang tergolong dalam Mollusca akan mengalami kematian bila Cu yang terlarut dalam badan air berada pada kisaran 0,16 sampai 0,5 ppm.
III. METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum terpadu tentang pencemaran laut ini dilakukan pada hahri Sabtu, 26 November 2011 dan analisi sampel dilakukan pada Selasa, 6 Desember 2011. Sedangkan pangambilan sampel bertempat di 3 stasiun yakni di Muara Sungai Mesjid, di sekitar Tempat Pelelangan Ikan dan Pelabuhan Dumai di Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai Provinsi Riau dan analisis sampel dilakukan di laboratorium terpadu Ilmu Kelautan. Untuk lebih jelas tentang posisi stasiun dan posisi pengamatan lihat tabel 1.
Sampling Point
|
Stasiun
|
LU
|
BT
|
Keterangan
|
Sungai Mesjid
|
ST I
|
01⁰43'298"
|
101°23’29,5’’
| |
ST II
|
01⁰43'290"
|
101°23’29,5’’
| ||
ST III
|
01⁰43’49’’
|
101°23’51,0’’
| ||
ST IV
|
01⁰4'06,5"
|
101°23’56,4’’
| ||
TPI Purnama
|
TPI I
|
01⁰41'51,0"
|
101°24’57,9’’
| |
TPI II
|
01⁰41'29,8"
|
101°24’58,0’’
| ||
TPI III
|
01⁰42'24,4"
|
101°24’43,4’’
| ||
TPI IV
|
01⁰42'42,8
|
101°24’31,8’’
| ||
Pelabuhan Dumai
(Pelindo)
|
CG IV
|
01⁰41'33,6"
|
101°27’22,3’’
| |
CG III
|
01⁰41'32,0
|
101°27’09,5’’
| ||
CG II
|
01⁰41'22,8"
|
101°27’10,2’’
|
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah larutan HNO3, HClO4, akuades, larutan H2SO4, larutan HCl, larutan standar Pb & Cu, gas acetylene dan larutan blanko.
Sedangkan Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kantong plastik, timbangan, ice box, aluminium foil, grab, oven, mortar, kertas saring, beaker glass, hote plate, erlenmeyer dan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS).
3.3. Metode Praktikum
Metode yang dilakukan pada praktikum ini adalah metode survey. Penentuan lokasi sampling dilakukan secara purposive, dengan menentukan 3 stasiun yang dianggap dapat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap keberadaan logam berat di perairan.
3.4. Prosedur Praktikum
3.4.1. Penentuan Lokasi Praktikum
Lokasi praktikum ditentukan berdasarkan metode puposive dimana lokasi sudah ditentukan. Pengambilan data di lakukan di 3 stasiun, dimana stasiun 1 berada di sekitar Sungai Mesjid, di daerah tersebut memiliki mangrove yang masih asri. Stasiun 2 merupakan daerah Pendaratan Ikan, oleh sebab itu daerah tersebut cukup ramai. Stasiun 3 merupakan Pelabuhan Dumai , dimana lokasi ini padat akan aktivitas perkapalan terutama kapal kargo. Masing – masing stasiun terdiri dari 4 titik pengamatan kecuali stasiun 3 yang hanya memiliki 3 titik pengamatan. Keadaan cuaca pada pengambilan sampel sangat cerah dengan kecepatan angin 8,75 cm/s suhu udara 24,66oC yang dilakukan dengan cara mengarahkan Skywatch kearah datangnya angin.
3.4.2. Pengambilan dan Penanganan Sampel
Sampel sedimen diambil dengan menggunakan grab sebanyak 500 gram berat basah dan kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi label berdasarkan titik samplingnya. Sampel dimasukkan ke dalam ice box dan selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Sampel sedimen seberat 500 gram kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 100o C sampai dicapai berat konstan (Yap et al., 2002, Mucha et al., 2003).
3.4.3. Analisis Kadar Logam Berat Pb dan Cu
Analisis sampel ditentukan dengan menggunakan metode yang digunakan oleh Ismail dan Ramli, (1997); Yap et al., (2002). Sedimen didestruksi sebanyak 0,5 gram dalam kombinasi larutan HNO3 dan HClO4 dengan perbandingan 4 : 1 pada suhu dinaikkan menjadi 140 o C selama 3 jam hingga hampir kering. Setelah sampel sedimen terdestruksi secara sempurna, larutan tersebut didinginkan dan diencerkan dengan akuades menjadi 40 ml dan disaring dengan kertas saring 63 mikron yang bertujuan untuk menghindari penyumbatan pipa kapiler pada saat analisis sampel dengan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) dan kemudian disimpan dalam botol sampel. Selanjutnya larutan tersebut siap untuk dianalisis kandungan logam beratnya dengan menggunakan alat AAS.
3.4.4. Pembuatan Larutan Standar
Untuk mengetahui kadar logam berat dalam contoh yang akan dianalisis digunakan kurva standar yaitu kurva yang menggambarkan hubungan antara kandungan dan nilai absorbansinya. Kurva standar dibuat berdasarkan nilai absorbansinya dari larutan standar yang dibuat dan telah diketahui kandungannya. Kurva standar dibuat dari larutan yang mengandung Pb dan Cu, dengan kandungan 1000 ppm. Larutan Pb didapat dari PbNO3 dan larutan Cu didapat dari CuSO4, larutan PbNO3 ini kemudian diencerkan menjadi kandungan 1 ppm, 3 ppm, 5 ppm, 7 ppm dan 10 ppm. CuSO4 diencerkan menjadi 0,25 ppm, 0,5 ppm, 1 ppm, 2 ppm dan 4 ppm. Kurva yang diperoleh dari kadar nyata dengan nilai absorbannya dari larutan standar yang ditunjukkan oleh AAS membentuk garis linier.
3.4.5. Perhitungan Logam Berat pada Sedimen
Perhitungan kosentrasi logam berat pada sampel sedimen menurut Yap et al., (2002) dilakukan menurut rumus sebagai berikut :
Keterangan :
C : Kosentrasi yang sebenarnya dari sampel (µg/g)
A : Nilai Kosentrasi berdasarkan absorbansinya (µg/ml)
V : Volume sampel (ml)
G : Berat sampel (gr)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Dari praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut :
logam Pb
|
A (µg/ml)
|
V (ml)
|
G (gr)
|
C (µg/g)
|
Sei. Mesjid
|
0,384
|
100
|
50
|
0,768
|
TPI
|
0,096
|
100
|
50
|
0,192
|
Pelindo
|
1,018
|
100
|
50
|
2,036
|
logam Cu
|
A (µg/ml)
|
V (ml)
|
G (gr)
|
C (µg/g)
|
Sei. Mesjid
|
0,068
|
100
|
50
|
0,136
|
TPI
|
0,063
|
100
|
50
|
0,126
|
Pelindo
|
0,063
|
100
|
50
|
0,126
|
4.2. Pembahasan
Kandungan di perairan laut Purnama Pb berkisar antara 0,192 - 2,036 µg/l. Kosentrasi logam berat Pb yang tertinggi berada pada di perairan sekitar Pelindo. Hal ini disebabkan karena titik stasiun ini memiliki aktivitas tansportasi jalur laut yang cukup ramai yang membawa barang – barang domestik dan barang – barang impor dari luar negeri sehingga mengakibatkan masukan Pb ke perairan semakin besar.
Penyebab lain tingginya kandungan logam Pb di stasiun ini yaitu karena tipe dari sedimen pada stasiun ini terdiri dari lumpur. Hal ini sesuai dengan Korzeniwski dan Newgebauer (1991) menyatakan bahwa tipe sedimen dapat mempengaruhi kandungan logam berat, sesuai kisaran yang dibuatnya yaitu kandungan logam berat dalam sedimen berlumpur > lumpur berpasir > berpasir. Sedangkan kosentrasi terendah terdapat pada stasiun II yaitu TPI. Hal ini disebabkan karena aktivitas perkapalan di TPI tidak seramai aktivitas perkapalan di Pelindo. Menurut Razak (1987) menyatakan bahwa logam Pb dapat masuk ke suatu perairan melalui pengendapan, jatuhnya debu yang mengandung Pb (hasil pembakaran bensin yang mengandung Tetra Etil Lead), erosi dan limbah Industri.
Kandungan logam Cu berkisar antara 0,126 - 0,136 µg/g. Kandungan logam Cu paling tinggi berada pada stasiun I yakni Muara Sungai Mesjid. Hal ini disebabkan karena limbah dari kegiatan antropogenik yang berasal dari daerah pemukiman tersebut terbawa oleh aliran sungai hingga bermuara ke laut. Palar menyatakan bahwa masuknya logam Cu ke perairan dapat berasal dari aktivitas manusia seperti buangan industri dan buangan limbah rumah tangga.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kosentrasi logam berat Pb yang terttinggi terdapat pada stasiun III yakni di perairan sekitar Pelindo yang salah satu penyebabnya adalah tingginya aktivitas perkapalan dan kosentrasi logam berat Cu yang tertinggi terdapat pada stasiun I yakni Muara Sungai Mesjid yang disebabkan oleh banyaknya limbah domestik dari proses antropogenik dan juga limbah yang berasal dari kegiatan Industri di pesisir Sungai Mesjid.
5.2. Saran
Adapun saran untuk praktikum ini adalah agar kepada seluruh praktikan diharapkan memperhatikan dosen atau asisten dosen ketika menjelaskan tantang pengambilan dan penanganan sampel di lapangan. Selain itu, penulis mengharapkan untuk praktikum tahun depan, sampel logam berat yang akan dianalisis tidak hanya berasal sedimen tetapi juga menggunakan indikator pencemaran lain seperti air, benthos, ika, dan biota lainnya dengan harapan agar pengetahuan praktikan semakin bertambah.
DAFTAR PUSTAKA
Cahaya, I. S., 2003. Ikan Sebagai Alat Monitor Pencemaran. Bagian Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. 45 hal.
Clark, R. B., 1986. Marine Pollution. Clarendon Press, Oxford. 79 p.
Connel, D.W. and Miller, G.J., 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran UI Press, Jakarta.
Darmono, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran, Hubungan dengan Toksikologi Senyawa Logam. Universitas Indonesia Press, Jakarta. 167 hal.
Hutagalung, H. P., 1991. Pencemaran Laut Oleh Logam Berat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI, Jakarta. 14 hal.
Lauff, G. H., 1967. Estuaries. Amer. Ass. Adv. Sci. No. 83. Washington, D. C. 757 pp.
Mucha, A. P., M. T. S. Vasconcelos, D and A. A. Bordalo., 2003. Macrobentic Comiunity in the Douro Estuary Relations with Trace Metals and Natural Sediment Characteristics. Environment Poluution. 121 ; 160-180.
Pagoray, H., 2001. Kandungan Merkuri dan Kadmium Sepanjang kali Donan Kawasan Industri Cilacap. Frontir 33.
Palar, H., 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. PT Rineka. Jakarta.
Razak, H., 1987. Petunjuk Cara Pengambilan Contoh dan Metode Analisis Logam Berat. Jakarta LON-LIPI
Suhendrayatna. 2001. Bioremoval Logam Berat dengan Menggunakan Mikroorganisme. Research Report, Institute for Science and Technology Studies (ISTECS), Japan Department of Applied Chemistry and 6 Chemical Engineering Faculty of Engineering, Kagoshima University.
Tyas, Rini S., 1998. Analisis Kadar Timah Hitam Dalam Darah Dan Pengaruhnya Terhadap Aktivitas Enzim Delta Aminolevulinic Acid Dehydratase dan Kadar Hemoglobin dalam Darah Karyawan di Industri Peleburan Timah Hitam. Universitas Padjadjaran Bandung.
Yap, C. K. Ismail, A. Tan, S. G and Umar, H., 2002. Concentratio of Cu and Pb in the Offshore and Intertidal Sediments of the West Coast of Peninsular Malaysia. Environment International. 20 : 267-479.
LAMPIRAN
Eckman grap Ice Box
GPS Map Sounder Botol Sampel
Timbangan Analitik
Cawan dan Sedimen Kering Mortar
Lemari Asap Destruksi
Larutan HCl dan HNO3 Kertas Saring Whattman
Penyaringan Air Sampel Sampel Air
Atomic Absorbsion Spektopothometer
No comments:
Post a Comment