Janganlah
Berputus Asa
By
: Teguh Heriyanto
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Siapapun, dimanapun dan
kapanpun, setiap orang bisa saja mendapatkan masalah atau kesulitan dalam
hidupnya. Tak peduli tua atau muda, kaya atau miskin, laki-laki maupun
perempuan. Masalah timbul bisa saja berupa akibat dari suatu sebab yang kita
lakuakan, atau ketika keadaan yang kita temui dan yang kita rasakan pada saat
ini tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan atau yang kita cita-citakan,
atau bisa saja masalah yang kita alami merupakan ujian dari Allah SWT terhadap
kita agar kita senantiasa bertaqwa kepada-Nya.
Terkadang
masalah-masalah tersebut dijadikan alasan bagi segelintir orang utnuk menyerah,
putus asa, tidak ingin melakukan apa-apa bahkan yang paling mengejutkan ada
yang menjadikan masalah yang ia alami sebagai alasan baginya untuk bunuh diri.
Tentu hal ini bukan lah hal-hal yang patut kita lakuakan selaku mukmin.
Apapun masalah atau
kesulitan yang kita hadapi, sesungguhnya Allah telah memberitahukan kepada kita
bagaimana untuk mengatasinya. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Insyiraah ayat
5-8 :
Karena sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
|
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
|
5
|
sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan.
|
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
|
6
|
Maka apabila kamu
telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain,
|
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ
|
7
|
dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
|
وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ
|
8
|
Selanjutnya, kita dapat memahami
ayat-ayat ini dari beberapa buku tafsir.
Pada Tafsir Al-Azhar
karangan Buya Hamka dijelaskan : “Maka sesungguhnya beserta kesulitan itu ada
kemudahan.” (ayat 5). Ini adalah Sunnatullah! Nabi Muhammad merasa berat beban
itu sampai seakan-akan hendak patah tulang punggung memikulnya. Namun di
samping beratnya beban, atau beserta dengan beratnya beban, namanya diangkat
Tuhan ke atas, sebutannya dimuliakan! Karena demikianlah rupanya Sunnatullah
itu; kesulitan selalu beserta kemudahan. Yang sulit saja tidak ada! Yang mudah
saja pun tidak ada! Dalam susah berisi senang, dalam senang berisi susah;
itulah perjuangan hidup. Dan ini dapat diyakinkan oleh orang-orang yang telah
mengalami.
Penulis tafsir ini sendiri mendapat
pengalaman besar sekali untuk meresapkan intisari ayat ini seketika ditahan dua
tahun empat bulan dengan secara kezaliman dan sewenang-wenang. Itu adalah
kesulitan!
Kalau saya bawa bermenung saja
kesulitan dan perampasan kemerdekaanku itu, maulah rasanya diri ini gila.
Tetapi akal terus berjalan; maka ilham Allah pun datang. Cepat-cepat saya baca
Al-Qur’an, sehingga pada 5 hari penahanan yang pertama saja, 3 kali Al-Qur’an
khatam dibaca. Lalu saya atur jam-jam buat membaca dan jam-jam buat mengarang
tafsir Al-Qur’an yang saya baca itu. Demikianlah hari berjalan terus dengan
tidak mengetahui dan tidak banyak lagi memikirkan bilakah akan keluar.
Lalu diulang sekali lagi untuk lebih
mantap dalam fikiran: “Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.” (ayat
6). Dan itu memang akan terjadi terus, berulang-ulang, kesulitan itu senantiasa
disertai kemudahan; dalam susah ada mudahnya, dalam sempit ada lapangnya. Bahaya
yang mengancam adalah menjadi sebab akal berjalan, fikiran mencari jalan
keluar. Oleh sebab itu dapatlah diyakinkan bahwa kesukaran, kesulitan,
kesempitan, marabahaya yang mengancam dan berbagai ragam pengalaman hidup yang
pahit, dapat menyebabkan manusia bertambah cerdas menghadapi semuanya itu, yang
dengan sendirinya menjadikan manusia itu orang yang dinamis.
Tetapi ini pasti akan tercapai hanya
jika Iman di dada dipupuk, jangan lemah iman. Karena lemah iman akan
menyebabkan kita terjatuh di tengah jalan sebelum sampai kepada akhir yang
dituju, yang akan ternyata kelak bahwa kesulitan adalah kejayaan dan
keberuntungan yang tiada taranya. Kadang-kadang sesuatu pengalaman yang pahit
menjadi kekayaan jiwa yang tinggi mutunya, jadi kenangan yang amat indah untuk
membuat hidup lebih matang. Sehingga datang suatu waktu kita mengucapkan syukur
yang setulus-tulusnya dan setinggi-tingginya karena Tuhan telah berkenan
mendatangkan kesulitan itu kepada kita pada masa yang lampau.
Itulah suatu keajaiban hidup!
“Maka apabila engkau telah selesai,
maka tegaklah.” (ayat 7). Artinya apabila telah selesai suatu pekerjaan atau
suatu rencana telah menjadi kenyataan: Fan-shab! Artinya bersiaplah buat
memulai pekerjaan yang baru. Dengan kesadaran bahwa segala pekerjaan yang telah
selesai atau yang akan engkau mulai lagi tidaklah terlepas daripada kesulitan,
tapi dalam kesulitan itu kemudahan pun akan turut serta. Ada-ada saja nanti
ilham yang akan diberikan Allah kepadamu, asal engkau senantiasa menyandarkan
segala pekerjaanmu itu kepada Iman.
Tetapi sekali-kali jangan lupa,
yaitu: “Dan hanya kepada Tuhanmu, hendaklah engkau berharap.” (ayat 8). Inilah
satu pedoman hidup yang diberikan Tuhan kepada Rasul-Nya dan akan dipusakakan
oleh Rasul kepada ummatnya, yang tegak berjuang menyambung perjalanan memikul
“beban berat” itu menjalankan perintah Tuhan; selesai satu usaha, mulai lagi
usaha baru. Tapi Tuhan jangan ditinggalkan! Jangan gentar menghadapi kesukaran,
karena dalam kesukaran itu pasti ada kemudahan, asal engkau pergunakan otakmu
buat memecahkannya. Sebab Tuhan tidak pernah mengecewakan orang yang
bertawakkal kepada-Nya.
Pada Tafsir Ibnu Katsir (Juz 30
halaman 498) dijelaskan bahwa, Firman Allah Ta’ala “Sesungguhnya sesudah
kesuliatan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan.” Allah Ta’ala memberitahukan bahwa bersama kesulitan itu terdapat
kemudahan. Kemudian Dia mempertegas berita tersebut. Ibnu Jarir meriwayatkan
dari al-Hasan, dia berkata : “Nabi SAW pernah keluar rumah pada suatu hari
dalam keadaan senang dan gembira, dan beliau juga dalam keadaan tertawa seraya
bersabda :
“Satu kesulitan itu tidak akan
pernah mengalahkan dua kemudahan, satu kesulitan tidak akan pernah mengalahkan
dua kemudahan, karena bersama kesulitan itu pasti terdapat kemudahan,
sesungguhnya bersama kesulitan itu terdapat kemudahan.
Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa kesulitan itu dapat diketahui pada dua keadaan, dimana kalimatnya dalam
bentuk mufrad (tunggal). Sedangkan kemudian (al-yusr) dalam
bentuk nakirab (tidak ada ketentuan) sehingga bilangannya bertambah banyak.
Oleh karena itu, beliau bersabda, “ satu kesulitan itu tidak akan pernah
mengalahkan dua kemudahan.”
Oleh sebab itu, bagi
kita selaku mukmin, kata-kata menyerah dan perbuatan berputus asa bukanlah
hal-hla yang patut kita lakukan bahkan kesulitan atau masalah bukanlah hal yang
menjadi halangan atau alasan bagi kita untuk jatuh kedalam lubang yang gelap
sehingga kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Wassalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.