Monday, January 7, 2013

Janganlah Berputus Asa



Janganlah Berputus Asa
By : Teguh Heriyanto
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Siapapun, dimanapun dan kapanpun, setiap orang bisa saja mendapatkan masalah atau kesulitan dalam hidupnya. Tak peduli tua atau muda, kaya atau miskin, laki-laki maupun perempuan. Masalah timbul bisa saja berupa akibat dari suatu sebab yang kita lakuakan, atau ketika keadaan yang kita temui dan yang kita rasakan pada saat ini tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan atau yang kita cita-citakan, atau bisa saja masalah yang kita alami merupakan ujian dari Allah SWT terhadap kita agar kita senantiasa bertaqwa kepada-Nya.
Terkadang masalah-masalah tersebut dijadikan alasan bagi segelintir orang utnuk menyerah, putus asa, tidak ingin melakukan apa-apa bahkan yang paling mengejutkan ada yang menjadikan masalah yang ia alami sebagai alasan baginya untuk bunuh diri. Tentu hal ini bukan lah hal-hal yang patut kita lakuakan selaku mukmin.
Apapun masalah atau kesulitan yang kita hadapi, sesungguhnya Allah telah memberitahukan kepada kita bagaimana untuk mengatasinya. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Insyiraah ayat 5-8 :
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
5
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
6
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ
7
dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ
8
Selanjutnya, kita dapat memahami ayat-ayat ini dari beberapa buku tafsir.
Pada Tafsir Al-Azhar karangan Buya Hamka dijelaskan : “Maka sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.” (ayat 5). Ini adalah Sunnatullah! Nabi Muhammad merasa berat beban itu sampai seakan-akan hendak patah tulang punggung memikulnya. Namun di samping beratnya beban, atau beserta dengan beratnya beban, namanya diangkat Tuhan ke atas, sebutannya dimuliakan! Karena demikianlah rupanya Sunnatullah itu; kesulitan selalu beserta kemudahan. Yang sulit saja tidak ada! Yang mudah saja pun tidak ada! Dalam susah berisi senang, dalam senang berisi susah; itulah perjuangan hidup. Dan ini dapat diyakinkan oleh orang-orang yang telah mengalami.
Penulis tafsir ini sendiri mendapat pengalaman besar sekali untuk meresapkan intisari ayat ini seketika ditahan dua tahun empat bulan dengan secara kezaliman dan sewenang-wenang. Itu adalah kesulitan!
Kalau saya bawa bermenung saja kesulitan dan perampasan kemerdekaanku itu, maulah rasanya diri ini gila. Tetapi akal terus berjalan; maka ilham Allah pun datang. Cepat-cepat saya baca Al-Qur’an, sehingga pada 5 hari penahanan yang pertama saja, 3 kali Al-Qur’an khatam dibaca. Lalu saya atur jam-jam buat membaca dan jam-jam buat mengarang tafsir Al-Qur’an yang saya baca itu. Demikianlah hari berjalan terus dengan tidak mengetahui dan tidak banyak lagi memikirkan bilakah akan keluar.
Lalu diulang sekali lagi untuk lebih mantap dalam fikiran: “Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.” (ayat 6). Dan itu memang akan terjadi terus, berulang-ulang, kesulitan itu senantiasa disertai kemudahan; dalam susah ada mudahnya, dalam sempit ada lapangnya. Bahaya yang mengancam adalah menjadi sebab akal berjalan, fikiran mencari jalan keluar. Oleh sebab itu dapatlah diyakinkan bahwa kesukaran, kesulitan, kesempitan, marabahaya yang mengancam dan berbagai ragam pengalaman hidup yang pahit, dapat menyebabkan manusia bertambah cerdas menghadapi semuanya itu, yang dengan sendirinya menjadikan manusia itu orang yang dinamis.
Tetapi ini pasti akan tercapai hanya jika Iman di dada dipupuk, jangan lemah iman. Karena lemah iman akan menyebabkan kita terjatuh di tengah jalan sebelum sampai kepada akhir yang dituju, yang akan ternyata kelak bahwa kesulitan adalah kejayaan dan keberuntungan yang tiada taranya. Kadang-kadang sesuatu pengalaman yang pahit menjadi kekayaan jiwa yang tinggi mutunya, jadi kenangan yang amat indah untuk membuat hidup lebih matang. Sehingga datang suatu waktu kita mengucapkan syukur yang setulus-tulusnya dan setinggi-tingginya karena Tuhan telah berkenan mendatangkan kesulitan itu kepada kita pada masa yang lampau.
Itulah suatu keajaiban hidup!
“Maka apabila engkau telah selesai, maka tegaklah.” (ayat 7). Artinya apabila telah selesai suatu pekerjaan atau suatu rencana telah menjadi kenyataan: Fan-shab! Artinya bersiaplah buat memulai pekerjaan yang baru. Dengan kesadaran bahwa segala pekerjaan yang telah selesai atau yang akan engkau mulai lagi tidaklah terlepas daripada kesulitan, tapi dalam kesulitan itu kemudahan pun akan turut serta. Ada-ada saja nanti ilham yang akan diberikan Allah kepadamu, asal engkau senantiasa menyandarkan segala pekerjaanmu itu kepada Iman.
Tetapi sekali-kali jangan lupa, yaitu: “Dan hanya kepada Tuhanmu, hendaklah engkau berharap.” (ayat 8). Inilah satu pedoman hidup yang diberikan Tuhan kepada Rasul-Nya dan akan dipusakakan oleh Rasul kepada ummatnya, yang tegak berjuang menyambung perjalanan memikul “beban berat” itu menjalankan perintah Tuhan; selesai satu usaha, mulai lagi usaha baru. Tapi Tuhan jangan ditinggalkan! Jangan gentar menghadapi kesukaran, karena dalam kesukaran itu pasti ada kemudahan, asal engkau pergunakan otakmu buat memecahkannya. Sebab Tuhan tidak pernah mengecewakan orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Pada Tafsir Ibnu Katsir (Juz 30 halaman 498) dijelaskan bahwa, Firman Allah Ta’ala “Sesungguhnya sesudah kesuliatan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” Allah Ta’ala memberitahukan bahwa bersama kesulitan itu terdapat kemudahan. Kemudian Dia mempertegas berita tersebut. Ibnu Jarir meriwayatkan dari al-Hasan, dia berkata : “Nabi SAW pernah keluar rumah pada suatu hari dalam keadaan senang dan gembira, dan beliau juga dalam keadaan tertawa seraya bersabda :

“Satu kesulitan itu tidak akan pernah mengalahkan dua kemudahan, satu kesulitan tidak akan pernah mengalahkan dua kemudahan, karena bersama kesulitan itu pasti terdapat kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan itu terdapat kemudahan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kesulitan itu dapat diketahui pada dua keadaan, dimana kalimatnya dalam bentuk mufrad (tunggal). Sedangkan kemudian (al-yusr) dalam bentuk nakirab (tidak ada ketentuan) sehingga bilangannya bertambah banyak. Oleh karena itu, beliau bersabda, “ satu kesulitan itu tidak akan pernah mengalahkan dua kemudahan.”
Oleh sebab itu, bagi kita selaku mukmin, kata-kata menyerah dan perbuatan berputus asa bukanlah hal-hla yang patut kita lakukan bahkan kesulitan atau masalah bukanlah hal yang menjadi halangan atau alasan bagi kita untuk jatuh kedalam lubang yang gelap sehingga kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.