Sunday, March 13, 2011

EKOSISTEM LAUT DALAM "ADAPTASI BIOTA LAUT DALAM"

PERHATIAN : diperbolehkan untuk meng-copy materi ini dengan syarat hanya untuk akademis dan mencantumkan Nama Penulis dan alamat web halaman ini pada Daftar Pustaka Anda. 




TUGAS BIOLOGI LAUT
EKOSISTEM LAUT DALAM
ADAPTASI BIOTA LAUT DALAM


Oleh


Teguh Heriyanto
0904121598
Ilmu Kelautan




Logo UNRI Hitam Putih.JPG











FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2010

 
KATA PENGANTAR
                                   
Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Biologi Penelitian yang berjudul “Adaptasi Biota Laut Dalam”. Semoga makalah ini dapat menambah kasanah dan wawasan ilmu bagi para pembaca sekalian. Dalam kesempatan kali ini penulis sadar sebagai manusia yang menyandang relativitas dalam kebenaran, sehingga penulis mmengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun.
Tak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada para dosen pengajar mata kuliah Biologi Laut yang telah memberi ilmu pengetahuannya sehingga penulis mendapat wawasan ilmu dan menyelesaikan makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas perhatian dari segala pihak.



Pekanbaru, 11 Maret 2011


                Teguh Heriyanto





DAFTAR ISI




                       Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................              ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang.......................................................................              1
1.2              Tujuan  ..................................................................................              2

BAB II. ISI
2.1.      Pengertian..............................................................................              3
2.2.      Ciri – Ciri Lingkungan Hidup Laut Dalam  ..........................              4
2.3.      Adaptasi Biota Laut Dalam....................................................                           5
2.3.1.      Adaptasi Morfologi .....................................................              6
2.3.2.      Adaptasi Fisiologi ........................................................              7
2.3.3.      Adaptasi Tingkah Laku...............................................................             7

BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 ..... Kesimpulan...............................................................................           9
3.2 ..... Saran.........................................................................................           9

DAFTAR PUSTAKA




BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Ekosistem laut dalam merupakan kesatuan interaksi antara makhluk hidup (komponen biotik) dengan lingkungannya (komponen abiotik) yang terjadi di laut dalam (deep sea) yang memiliki kedalaman > 300 meter.
Sumberdaya alam laut dalam lebih banyak daripada laut dangkal. Hal ini dikarenakan :
  • Ruang gerak laut dalam lebih luas daripada ruang gerak laut dangkal
  • Akses manusia untuk mengeksploitasi sumberdaya alam laut dalam lebih suit
  • Dengan sifat air sebagai pelarut atau pengencer, sehingga efek limbah tidak sampai ke laut dalam
Dengan kedalam 300 meter maka cahaya matahari tidak akan dapat menembus daerah laut dalam dan tidak akan terjadi proses fotosintesis sehingga tidak terdapat organisme autotrof sebagai produsen yang menjadi dasar proses rantai makanan. Selain tidak tersedianya produsen dalam ekosistem laut dalam, keadaan tanpa cahaya tersebut dan kedalamannya membuat organisme atau biota laut dalam melakukan adaptasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan juga dapat bereproduksi.

1.2.Tujuan
Adapun tujuuan dari mempelajari adaptasi biota laut dalam ini adalah
  • Memperdalam ilmu pengetahuan mengenai ekosistem laut dalam dan bagaimana bentuk adaptasi biota laut dalam.
  • Memperluas wawasan keilmuan tentang ekosistem laut dalam dan cara adaptasi biota tersebut











BAB II. ISI
2.1.Pengertian
Laut dalam adalah lapisan terbawah dari lautan, berada dibawah lapisan thermocline pada kedalaman lebih dari 1828 m. Sangat sedikit atau bahkan tidak ada cahaya yang dapat masuk ke area ini, dan sebagian besar organisme bergantung pada material organik yang jatuh dari zona fotik. Karena alasan inilah para saintis mengira bahwa kehidupan di tempat ini akan sangat sedikit, namun dengan adanya peralatan yang dapat menyelam ke kedalaman, ditemukan bahwa ditemukan cukup banyak kehidupan di arena ini.
Di tahun 1960, Bathyscaphe Trieste menuju ke dasar dari Palung Mariana dekat Guam, pada kedalaman 35.798 kaki (10.911 m), titik terdalam di bumi. Jika Gunung Everest ditenggelamkan, maka puncaknya akan berada lebih dari satu mil dari permukaan. Pada kedalaman ini, ikan kecil mirip flounder terlihat.
Kapal selam penelitian Jepang, Kaiko, adalah satu-satunya yang dapat menjangkau kedalaman ini, dan lalu hilang di tahun 2003.
Hingga tahun 1970, hanya sedikit yang diketahui tentang kemungkinan adanya kehidupan pada laut dalam. Namun penemuan koloni udang dan organisme lainnya di sekitar hydrothermal vents mengubah pandangan itu. Organisme-organisme tersebut hidup dalam keadaan anaerobik dan tanpa cahaya pada keadaan kadar garam yang tinggi dan temperatur 149 oC. Mereka menggantungkan hidup mereka pada hidrogen sulfida, yang sangat beracun pada kehidupan di daratan. Penemuan revolusioner tentang kehidupan tanpa cahaya dan oksigen ini meningkatkan kemungkinan akan adanya kehidupan di tempat lain di alam semesta ini.



Ekosistem air laut luasnya lebih dari 2/3 permukaan bumi ( + 70 % ), karena luasnya dan potensinya sangat besar, ekosistem laut menjadi perhatian orang banyak, khususnya yang berkaitan dengan Revolusi Biru.
Ekosistem laut dalam merupakan ekosistem laut yang tidak terjangkau oleh sinar matahari. Oleh sebab itu, pada ekosistem ini tidak mungkin hidup produsen yang fotoautotraf.
Komunitas yang ada pada ekosistem laut dalam kemungkinan adalah hewan-hewan saprovora, karnivora, dan detritivora. Karena terbatasnya sumber materi dan energi, maka keanekaragaman jenis makhluk hidup pada ekosistem laut dalam paling rendah dibandingkan ekosistem laut lainnya.

2.2.Ciri – ciri lingkungan hidup laut dalam
Ekosistem laut dalam memiliki perbedaan yang sangat besar dibandingkan ekosistem laut dangkal. Keadaan tersebut juga mempengaruhi individu – individu biota laut dalam tersebut. Adapun ciri – ciri lingkungan hidup laut dalam tersebut adalah
  • Cahaya matahari hampir dikatakan tidak menembus laut dalam sehingga kondisi laut dalam tersebut gelap gulita dan tidak terjadi proses fotosintesis pada ekosistem ini
  • Tekanan hidrostatik yang tinggi karena semakin turun sejauh 10 meter dari permukaan laut maka tekanan akan bertambah sebesar 1 atm.
  • Pengaruh salinitas yang tinggi. Salinitas juga di pengaruhi oleh meningkatnya suhu karena semakin tinggi suhu maka semakin tinggi prnguapan sehingga terjadi pemekatan yang mengakibatkan salinitas meningkat. Curah hujan dan masuknya air tawar dari aliran sungai juga mempengaruhi salinitas karena semakin banyak suplay air tawar yang masuk maka akan terjadi pengenceran sehingga salinitas menururn.
  • Suhu, semakin dalam laut maka suhu semakin rendah karena ketidak mampuan penetrasi cahaya matahari hingga ke laut dalam.
  • Kadar Oksigen rendah karena oksigen yang masuk ke laut dalam digunakan terus – menerus oleh organisme laut dalam tanpa adanya organisme penghasil oksigen.
  • Pakan yang sedikit, pakan pada ekosistem laut dalam berasal dari sisa – sisa makanan dari ekosistem laut dangkal. Selain itu pakan bagi organisme – organisme ialah organisme yang telah mati dan lain – lain.

2.3.Adaptasi biota laut dalam
Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Dengan keadaan tanpa adanya cahaya matahari, tekanan tinggi, salinitas tinggi dan faktor – faktor yang terdapat di dalam ekosistem laut dalam ini membuat biota laut dalam tersebut melakukan adaptasi, yakni :
2.3.1.      Adapasi morfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhan organisme hidup. Pada biota laut dalam, adaptasi morfologi dapat dilihat dari bentuk tubuh biota laut dalam yang kecil dan pada umumnya bertubuh transparan karena tubuhnya tidak mengandung pigmen. Secara morfologis, senjata pembunuh seperti rahang, tengkorak dan dimensi mulut mengalami perubahan pada organisme laut dalam. Ciri umum mereka adalah mulut yang melebar, rahang yang kuat dan gigi-gigi tajam. Mereka harus seoptimal mungkin mencari mangsa yang jarang di laut dalam. Praktek kanibalisme juga sering terjadi di beberapa spesies.
Bentuk spesies non ikan seperti moluska dan sebangsanya akan adaptif untuk memakan mikroorganisme yang ada. Mereka sulit bersaing dengan ikan yang ganas. Untuk senjata mempertahankan diri, mereka biasanya mampu berkamuflase dengan kondisi sekitar.Satu persamaan dari mereka adalah, evolusi morfologis mengubah bentuk mereka menjadi kecil. Jarang ada organisme yang berdimensi panjang lebih dari 25 cm. Contoh dari hewan-hewan laut yang mampu hidup pada zona ini adalah Phronima, Cumi-cumi, Amoeba, Comb Jelly, Cope pod, dan ikan Hatchet.



                         
2.3.2.      Adaptasi fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik. Di ekosistemlaut dalam dapat dikatakan tidak terdapat produsen karena tidak adanya sinar matahari yang menyebabkan tidak adanya proses fotosintesis pada ekosistem tersebut, sehingga biota laut dalam melakukan  adaptasi fisiologi. Bentuk adaptasi fisiologi biota laut dalam adalah adalah organisme laut dalam mempunyai kapasitas untuk mengolah energi yang jauh lebih efektif dari makhluk hidup di darat dan zona laut atas. Mereka bisa mendaur energinya sendiri dan menentukan seberapa banyak energi yang akan terpakai dengan stok makanan yang didapat.

2.3.3.      Adaptasi tingkah laku
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku / perilaku terhadap lingkungannya. Beberapa organisme yang mengalami siklus reproduksi, akan mempunyai perilaku yang unik untuk menarik pasangannya di tengah kegelapan. Mereka akan memendarkan cahaya yang tampak kontras dengan kondisi sekitar yang serba gelap. Dalam ekosistem dasar laut sebisa mungkin mereka dapat memperoleh sumber energi atau makanan agar dapat bertahan hidup, oleh karena itu beberapa ikan yang hidup di ekosistem ini dilengkapi keahlian khusus agar dapat memperbesar kemungkinan mendapatkan mangsa, seperti Ikan Fang Tooth yang memiliki tingkat agresifitas yang tinggi sehingga ketika ada mangsa yang lewat didepannya ia langsung dapat dengan cepat memakannya, karena memang tidak banyak hewan laut yang mampu hidup dalam ekosistem ini. Kemudian contoh lainnya adalah Ikan Hairyangler yang tubuhnya dipenuhi dengan atena sensitif, antena tersebut sangat sensitif sekali terhadap setiap gerakan, fungsinya untuk mendeteksi mangsa yang ada didekatnya. Di laut dalam sering terlihat cahaya yang berkedip-kedip, cahaya tersebut adalah Bioluminescence.
Bioluminescence adalah cahaya yang dapat dihasilkan oleh beberapa hewan laut, cahaya tersebut berasal dari bakteri yang hidup secara permanen didalam sebuah perangkap. Bioluminescence digunakan oleh hewan laut dalam sebagai alat perangkap atau alat untuk menarik mangsa, kurang lebih bioluminescence berfungsi sebagai umpan. Pada umumnya bioluminescence dimiliki oleh setiap hewan laut dalam, baik betina maupun jantan. Namun beberapa diantaranya ada yang hanya dimiliki oleh hewan laut betina. Cahaya bioluminescence yang dihasilkan biasa berwarna biru atau kehijauan, putih, dan merah. Walau sebagian besar bioluminescence digunakan untuk mekanisme bertahan hidup, namun beberapa diantara hewan laut dalam tersebut menggunakan bioluminescence untuk menarik lawan jenisnya.




BAB 3. PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Laut dalam merupakan bagian dari laut yang memiliki kedalaman > 300 meter. Kedalaman 300 meter yang ada pada laut merupakan daerah yang tidak tertembus cahaya matahari sehingga suasana pada kedalaman tersebut adalah gelap sehingga tidak terdapat proses fotosintesis, tekanan bertambah, dan suhu airpun menurun. Dengan kondisi yang demikian maka organisme laut dalam pun melakukan adaptasi yakni memiliki tubuh yang transparan dan berukuran kecil dapat menghasilkan cahaya sendiri atau bersimbiosis dengan mikroorganisme penghasil cahaya dan memiliki sistem fisiologi tubuh yang dapat memanfaatkan makanan yang sedikit dan meenghasilkan energi untuk berkehidupan.

3.2.Saran
Pada penyajian dalam makalah ini mungkin tidak menamilkan penjelasan – penjelasan secara mendalam. Selain itu juga penuis meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca sehingga penulis dapat meng-upgrade diri lebih baik dalam pembuatan makalah.



DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia, 2011. Adaptasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Adaptasi. Diakses tanggal 11 Maret 2011
Blogspot, 2011. Ekosistem Laut Dalam. http://rumengan-irman.blogspot.com/2010/10/interaksi-organisme-laut-dalam-dengan_10.html. Diakses tanggal 9 Maret 2011
BlogFriendster. 2011. Ekosistem Laut. http://safarila.blog.friendster.com/2009/07/ekosistem-laut/. Diakses tanggal 9 Maret 2011