Saturday, January 29, 2011

Sistem Tubuh Ikan Jambal Siam (Pangasius sutchi)


PERHATIAN : diperbolehkan untuk meng-copy materi ini dengan syarat hanya untuk akademis dan mencantumkan Nama Penulis dan alamat web halaman ini pada Daftar Pustaka Anda. 



ASISTEN : RHIZA BERY PUTRIANI

Sistem Tubuh
Ikan Jambal Siam (Pangasius sutchi)


Oleh


Teguh Heriyanto

Ilmu Kelautan



Logo UNRI Hitam Putih.JPG









LABORATORIUM BIOPER
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2010







KATA PENGANTAR
                                   
Berkat rahmat Allah swt, akhirnya laporan Praktikum Ikhtiologi ini dapat penulis selesaikan. Dalam laporan ini penulis membahas mengenai Sistem integument, Sistem otot, Sistem pernafasan, Sistem peredaran darah, Sistem pencernaan, Sistem syaraf dan Sistem reproduksi. Praktikum ini dilaksanakan sebagai upaya pembelajaran serta pelatihan bagi Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
Sebagai manusia penyandang relativitas kebenaran, penulis sangat menyadari adanya kekurangan didalam pembuatan laporan ini. Atas segala kekurangan tersebut penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada asisten yang telah memberikan bimbingan didalam praktikum dan pembuatan laporan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.


Pekanbaru,29 Mei 2010


Teguh Heriyanto



DAFTAR ISI




                       Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................               i
DAFTAR ISI.............................................................................................              ii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................             iii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................             iv
I.       PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang.......................................................................              1
1.2              Tujuan Praktikum ..................................................................              2
1.3              Manfaat Praktikum ...............................................................              2

II.     TINJAUAN PUSTAKA                                                                                

III.    METODE PRAKTIKUM
3.1              Waktu dan Tempat................................................................              6
3.2              Bahan dan Alat......................................................................              6
3.3              Prosedur Praktikum...............................................................              6

IV.    HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1              Hasil.......................................................................................              7
4.2              Pembahasan...........................................................................            13

V.     KESIMPULAN DAN SARAN
5.1              Kesimpulan...............................................................................         18
5.2              Saran.........................................................................................         18

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN












DAFTAR GAMBAR

Gambar                                                                                               Halaman
Ikan jambal siam (Pangasius sutchi)…..…………………………….            7
Otot rangka lateral ikan jambal siam (Pangasius sutchi)................……………………........…………………………..            9
Septum horizontal ikan jambal siam (Pangasius sutchi)…………….            10
Insang ikan jambal siam (Pangasius sutchi)…………………………            10
Gelembung renang ikan jambal siam (Pangasius sutchi)……………………………...……….………………………..            10
Jantung ikan jambal siam (Pangasius sutchi)...………………………           10
Saluran pencernaan ikan jambal siam (Pangasius sutchi)…………………...……………..……………………………..           11
Hati (Hepar) ikan jambal siam (Pangasius sutchi)…………………...           11
Testes Ikan Jmbal Siam (Pangasius sutchi)………………………….           12





















DAFTAR LAMPIRAN


Lampiran                                                                                             Halaman
Alat………………………………………………………………….                        23












































I. PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan terletak diantara samudra pasifik dan samudra hindia dan mempunyai tatanan geografis yang rumit dilihat dari topografi dasar lautnya. Dasar perairan Indonesia di berbagai tempat, terutama di kawasan barat, menunjukkan bentuk yang sederhana atau rata dan hampir seragam, tetapi di tempat lain, terutama dikawasan timur, menunujukkan bentuk-bentuk yang lebih majemuk tidak teratur dan rumit (Feliatra et al, 2003).
Cephalaspidomorphi, Condrichthyes dan Osteichthyes dimasukkan ke dalam Pisces, merupakan kelompok hewan yang sangat besar dan banyak diminati orang, sehingga kelompok hewan ini mendapat perhatian sebagai bidang ilmu khusus yakni iktiologi. (Romimohtarto, 2005).
Ikan adalah binatang bertulang belakang (vertebrata) yang berdarah dingin (poikilothermal), hidup dalam air, gerakan dan keseimbangan badannya terutama menggunakan sirip, dan umumnya bernapas dengan insang. Sebagian besar ikan hidup di perairan laut sedangkan sebagiannya di perairan darat (Tim Iktiologi, 2001).
Sedangkan menurut   Rahardjo (2000), ikan adalah makhluk vertebrata yang berdarah dingin, bernapas dengan insang dan bergerak dengan sirip, yang hidup di perairan. Setiap spesies ikan memiliki bentuk tubuh dan bagian luar tubuh yang berbeda-beda sehingga ikan dapat digolongkan dalam beberapa bagian. Namun pada umunya ikan mempunyai pola dasar yang sama, yaitu “ kepala-badan-ekor”.
Bila ditinjau dari segi morfologinya dapat dibagi menjadi tujuh bagian yaitu bentuk tubuh, bentuk mulut, linea lateralis, sirip, sungut, sisik, dan ciri-ciri lainnya. Sedangkan bagian tubuh ikan dapat dibagi tiga yaitu bagian kepala, badan, dan ekor.
Ikan memiliki batas kehidupan / umur. Umur  ikan adalah masa kehidupan yang ditempuh oleh suatu individu dari suatu spesies ikan sampai saat tertentu.  Menurut Effendie (2001) bahwa penyebab umum kematian ikan antara lain karena pemangsaan, parasit dan penyakit, penangkapan dan pencemaran lingkungan
perairan.

1.2       Tujuan Pratikum
            Tujuan dari praktikum system integument, system otot, system pernafasan, system peredaran darah, system pencernaan, system syaraf dan system reproduksi  ini adalah untuk mengenal dan mengetahui bagian – bagian, fungsi system – system pada ikan yang menjadi objek praktikum.

1.3       Manfaat Praktikum
            Sedangkan manfaat dari pratikum integument, system otot, system pernafasan, system peredaran darah, system pencernaan, system syaraf dan system reproduksi ini adalah agar mahasiswa dapat mengenal dan memahami secara langsung tentang system – system pada ikan terutama ikan yang menjadi objek praktikum.





















II. TINJAUAN PUSTAKA
            Secara teori para ahli memperkirakan sekitar 20.000 sampai 40.000 spesies ikan yang mendiami permukaan bumi ini (Pulungan, C.Efrizal, T dan Sagita, 2001).
Secara teori para ahli memperkirakan ada sekitar dua puluh ribu sampai dengan empat puluh ribu spesies yang mendiami permukaan bumi ini, dan empat ribu diantaranya menghuni perairan Indonesia baik laut, payau dan perairan tawar. Jumlah spesies ikan yang tercatat di daerah Riau diperkirakan mencapai tiga ratus spesies ikan. Dari jumlah tersebut antara spesies yang satu dengan yang lainnya sudah tentu memiliki beberapa kesamaan dan identifikasi, yang pada dasarnya dapat dijadikan sebagai dasar pengklasifikasian (Manda et al, 2005).
Propinsi Riau merupakan salah satu propinsi yang memiliki wilayah daratan 94.561 km2  dan 3.241 pulau-pulau yang memiliki empat satuan wilayah sungai yaitu sungai Rokan, Siak, Kampar dan sungai Indragiri  yang merupakan perairan yang potensial untuk pembangunan usaha perikanan (Yuniarti, 2000).
Untuk propinsi Riau produksi perikanan umum adalah sebesar 12.706,6 ton atau 7% dari seluruh produksi prikanan Riau, dimana produksi perikanan tersebut berasal dari kabupaten indragiri hulu, Kampar, Bengkalis dan Indragiri hilir (EVY, MUJIANTI dan SUJONO, 2001).
Luas perairan umum Riau adalah 62.648,53 Ha, terdiri dari luas perairan umum Indragiri Hilir 2.600 Ha, luas perairan umum Indragiri hulu 33,164 Ha, luas perairan umum kuansing singingi 23.086 ha, luas perairan umum Pekanbaru 85 Ha, luas perairan umum Siak 764 Ha, luas perairan umum Bengkalis 70 Ha, dan luas perairan umum Kampar 2.795,99 Ha (DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROPINSI RIAU, 2001).
            Ridwan, Chaidir, Budjiono dan lesje, (2006) mengatakan terminology yang menyangkut bidang (latar) dan arah pada anatomi manusia berbeda yang diterapkan pada ikan atau hewan.
Menurut Ridwan, Chaidir, Budjiono dan Lesje, (2006) sirip pada ikan terdiri dari sirip punggung(D), sirip dada(P), sirip perut(V), sirip anus(A), dan sirip ekor(C). sirip punggung yang terdapat pada ikan(Kelas Chondrichtyes) disokong oleh keping-keping tulang rawan yang dinamakan tulang basal yang terletak dibagian bawah tertumpu apda cucuk Neural. Dan rawan radial yang terletak di rawan basal menunjang jari-jari keras. Sirip dada chondrichtyes disokong oleh tulang gelang bahu(pectoral girdle) yang kuat dan dinamakan coracoscapula.
            Manda et al (2005), Sirip pada ikan berperan dalam penentuan arah dan gerak ikan yang terdiri dari sirip punggung (D), sirip perut (V), sirip dada (P), sirip anus (A) dan sirip ekor (C). Tidak semua jenis ikan memiliki secara utuh kelima sirip tersebut secara sempurna.
            Manda et al (2005), sirip pada ikan berperan sangat penting dalam penentuan gerak ikan. Sirip pada ikan terdiri dari sirip punggung (D), sirip dada (P), sirip perut (V), sirip anus (A), dan sirip ekor (C). kelima sirip tersebut ada yang bersifat ganda seperti pada sirip dada dan sirip perut, sedangkan yang lain bersifat tunggal. Tidak semua ikan di bumi ini memiliki secara utuh kelima sirip tersebut secara sempurna. Melainkan ada yang tidak lengkap.
III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat
            Praktikum Iktiologi tentang system integument dan system otot ini dilaksanakan pada hari Rabu, 7 April – 12 Mei 2010 Pukul 11.00-13.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Biologi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

3.2. Bahan dan Alat  
            Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah ikan jambal siam (Pangasius sutchi).
            Alat yang digunakan pada praktikum adalah pena, pensil, penghapus, penggaris , serbet, buku gambar, nampan dan buku penuntun praktikum.

3.3. Prosedur Praktikum
            Prosedur  praktikum ini adalah menyiapkan peralatan praktikum dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum. Membuat klasifikasi dan habitat ikan. Membuat gambar ikan dan bagian tubuh ikan serta bagian morpometrik.  Membuat ciri-ciri atau deskripsi dari ikan sampel.




IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

            Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum system integument dan system otot ini dapat diketahui hasilnya adalah sebagai berikut:

4.1.1. Ikan jambal siam (Pangasius sutchi).

 
            Klasifikasi ikan jambal siam yaitu Ordo : Siluriformes, Famili : Pangasidae, Genus : Pangasius, Spesies : Pangasius sutchi.



Gambar 1. Ikan jambal siam (Pangasius sutchi).
 

         Adapun ukuran dari jambal siam yang dipraktikumkan adalah sebagai berikut:
TL     : 230 mm                        BdH    : 110 mm                     SL       : 180 mm
FL     : 200 mm                        HdL    : 50 mm

Ikan jambal siam memiliki bentuk tubuh kepala depressed dan tubuh compressed, mulut subterminal (mulut dekat ujung hidung dan sedikit agak kebawah), terdapat sungut, lubang hidung dirhinous, mata terdapat di kiri dan di kanan, terdapat tutup insang, tidak bersisik,
Ikan jambal siam memiliki lima buah sirip, yaitu sirip punggung (pinnae dorsalis), sirip dada (pinnae pectoralis), sirip dubur (pinnae analis) dan sirip ekor (pinnae caudalis). Memiliki 1 sirip punggung, letak sirip punggung berada di pertengahan, permulaan dasar sirip punggung persis sama dengan sirip perut, sirip punggung dengan sirip ekor terpisah. Sirip dada horizontal, posisi sirip dada dibawah línea lateralis persis di bawah tutup insang. Posisi sirip perut dibandingkan sirip dada adalah Sub abdominal, yaitu sirip perut terletak di belakang sirip dada. Sirip anus terpisah dengan sirip ekor, sirip anus tidak diliputi sisik. Sirip ekor bercagak.
Bentuk mulut non proctactile (tidak dapat disembulkan ke depan), ukuran mulut sedang karena celah mulut lebih besar dari pada ikan bercelah mulut sempit, posisi mulut dengan bola mata tegak lurus dengan sisi depan bola mata, ukuran bibir tipis, bibir atas ditutupi oleh kulit lipatan hidung, rahang atas bersambung dengan rahang bawah, bentuk bibir atas tidak bergerigi, ukuran moncong pendek dengan bentuk tumpul dan pada ujungnya tidak terdapat duri, terdapat sepasang sungut di rahang atas.
Susunan línea lateralis lengkap dan sempurna, bentuk línea lateralis melengkung ke atas, terdapat 1 linea lateralis.
Integumen merupakan bagian terluar dari ikan sebagai sistem pembalut tubuh. Kulit ikan terdiri dari lapisan epidermis dan dermis. Ikan jambal siam tidak terdapat sisik (squama) yang membungkus tubuhnya. Sirip lengkap dan terdapat jari – jari sirip keras, jari- jari sirip lemah mengeras, dan jari – jari sirip lemah. Warna kulit paada bagian dorsal bewarna hitam, bagian medial bewarna abu – abu, dan bagian ventral bewarna putih dan terdapat sedikit titik – titik atau bercak warnna merah yang membedakan jambal siam dengan jenis dalam genus Pangasius.
Otot rangka lateral pada jambal siam tergolong picine yang tersusun dari cranial hingga caudal yang berbentuk conismusculi (kerucut).





Gambar 2. Otot rangka lateral ikan jambal siam (Pangasius sutchi).
 


Pada ikan, otot dibagi 2 daerah oleh adanya selaput tipis yang disebut septum horizontal, yaitu musculus epaxial (septum horizontal dibagian dorsal) dan musculus hepaxial (septum horizontal dibagian ventral).




Gambar 3. Septum horizontal ikan jambal siam (Pangasius sutchi).

 

\
Ikan jambal siam memiliki tergolong ikan yang memiliki tutup insang akan tetapi ikan ini tidak memiliki alat pernafasan tambahan.


 

Gelembung renanng pada ikan bewarna keputih – putihan. Bagian anterior gelembung renangnya lebih besar dari pada bagian posterior


Gambar 5. Gelembung renang ikan jambal siam (Pangasius sutchi).
 
 

Pada ikan jambal siam (Pangasius sutchi) jantung berada di bagian posterior insang. Warna jantung merah kecoklat – coklatan.

Gambar 6. Jantung ikan jambal siam (Pangasius sutchi).
 
 

Saluran pencernaan ikan dimulai dari mulut → rongga mulut → pharynx → esophagus → lambung → usus → rectum → kloaka → anus. Pada Ikan Jambal Siam (Pangasius sutchi), tapis insang tidak begitu rapat tetapi jumlahnya banyak. Pada rongga mulut, gigi kecil dan halus. Lambung berbentuk kantung dan usus berukuran sedang. Dari ciri – ciri tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Ikan Jambal Siam (Pangasius sutchi) tergolong ikan Omnivora.




Gambar 7. Saluran pencernaan ikan jambal siam (Pangasius sutchi).
 



Hati (Hepar) pada ikan jambal siam terletak di bagian depan rongga badan uang berfungsi sebagai pengsekresi cairan empedu




Gambar 8. Hati (Hepar) ikan jambal siam (Pangasius sutchi).
 


Ikan yang telah dewasa dari suatu populasi terdiri dari ikan jantan dan ikan betina. Alat kelamin yang terdapat pada individu ikan disebut gonad. Gonat pada ikan jantan disebut testes dan gonad pada ikan betina disebut ovary. Gonad pada ikan terdapat pada rongga tubuh ikan yang umumnya berbentuk memanjang. Pada ikan yang menjadi objek praktikum pada bab system reproduksi ini merupakan ikan patin jantan karena pada proses pembedahan ikan tersebut gonad berbentuk memanjang, jumlahnya sepasang yang mennggantung disepanjang mesenteries (mesorchia) pada bagian atas rongga tubuh dan posisinya persis dibawah tulang punggung disamping gelembung udara yang memiliki warna kemerah – merahan. Ada pun gambar dari testes ikan tersebut adalah sebagai berikut :




Gambar 9. Testes Ikan Jmbal Siam (Pangasius sutchi).








4.2 Pembahasan
Jambal siam (patin) terklasifikasikan dalam ordo Ostariophyri, sub ordo Siluroide, famili Pangasidae, genus Pangasius, spesies Pangsius sutchi. (Saanin, 1984). Ikan Jambal siam termasuk ke dalam genus Pangasius dan famili Pangasidae (Robert and Vidthayanon, 1991). Morfologi ikan Jambal siam mempunyai badan memanjang dan pipih, posisi mulut sub terminal,dan dilengkapi dengan 4 buah sungut. Sirip punggung berduri dan bersirip tambahan serta terdapat garis lengkung mulai dari kepala sampai pangkal sirip ekor. Bentuk sirip tersebut agak bercagak dengan bagian tepi berwarna putih dengan garis hitam ditengah. Ikan ini mempunyai panjang maksimum 150 cm. (Sumantadinata, 1993).
Selanjutnya Khairuman dan Sudenda (2002) menyatakan genus Pangasius termasuk golongan ikan karnivora(pemakan hewan).Ikan ini digolongkan sebagai sebagai ikan dasar atau demersal yang bersifat nocturnal.Makanan ikan genus pangasius di alam antara lain berupa ikan-ikan kecil ,caving detritus,serangga,udang-udangan dan mollusca.
Kottellate et el (1993) mengemukakan bahwa penyebaran ikan genus Pangasius dimulai dari India , Birma,Thailand, Kalimantan, Sumatera dan Jawa. Jambal siam hidup sebagai benthoplagis; postamodromous (Riedie, K. 2004), perairan tawar pada pH berkisar antara 6,5 – 7,5; dan dH antara 2 – 29.
Kepala Jambal Siam biasanya lebar dengan mulut terletak di ujung dan mata agak di bawah sudut mulut(Subagyo,1981).Sirip punggung terletak agak ke depan,antara sirip punggung dan sirip ekor terdapat sirip tambahan yaitu sirip lemak.Panjang sirip dubur biasanya sepertiga dari panjang tubuh ,berwarna merah dengan sirip tengah berwarna merah dengan sirip tengan yang berwana hitamdan mempunyai jari-jari yang berkisar antara 34-36 buah.Jari-jari sirip perutnya 8-9 buah.
            Patin Siam melewati enam fase kehidupan, yaitu telur, larva, benih, konsumsi, calon induk, dan induk. Patin Siam didatangkan ke Indonesia pada tahun 1972. Kehadiran ikan ini disambut baik oleh masyarakat Indonesia, terutama masyarakat yang tinggal di Sumatra dan Kalimantan. Penelitian mengenai perkembangbiakan Patin Siam telah dimulai sejak tahun 1976 dan pada tanggal 16 Oktober 1977 mulai dilakukan pembiakan dengan teknik hipofisasi dengan donor kelenjar hipofisa dari ikan sejenis (LING et al., 1966 ; HARDJAMULIA, et al., 1975).
Kematangan gonad induk jantan dan betina berbeda. Kematangan induk jantan terjadi lebih dini dari pada induk betina. Induk jantan mencapai kematangan gonadnya sekitar umur dua sampai tiga tahun, sedangkan induk betina pada umur tiga sampai empat tahun (BUCHANAN, 1983). Induk betina yang matang gonad ditandai dengan membesarnya bagian lateral atau perut dekat urogenital. Pada umumnya induk betina tersebut mempunyai berat tubuh bervariasi dari 2.669 gram sampai 6.100 gram dengan panjang tubuh lebih kurang 59 cm. Induk jantan yang matang ditandai dengan keluarnya sperma berwarna putih susu jika perutnya dipijit (SAR, 1985).
Musim pemijahan ikan patin berbeda-beda di setiap daerah, dimana daerah yang memiliki curah hujan tinggi dapat memijah selama enam bulan penuh, yaitu Nopember sampai April. Sedangkan daerah yang bercurah hujan rendah ikan patin memijah selama tiga bulan, yaitu Januari sampai Maret NUGRAHA, 2007). Ikan patin sulit memijah secara alami dan mempunyai sifat musiman. Ikan ini tidak sanggup melakukan ovolasi karena perkembangan gonad pada fase istirahat. Hal ini disebabkan karena faktor lingkungan yang berbeda dengan sungai sebagai habitat alaminya (SUSANTO, 1996).
Setelah induk jantan dan betina mengalami kematangan gonad, maka induk-induk tersebut akan berimigrasi mengikuti alioran sungai untuk melakukan perkawinan di hulu-hulu sungai atau di sungai-sungai besar dan mencari tempat untuk bersarang yang teduh dan aman, yaitu kira-kira 20 – 30 cm di bawah permukaan air. Biasanya musim pemijahan ikan ini di alam terjadi selama musim penghujan (BARDACH, et al., 1972 ; DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN, 1977 ; LAGLER et al., 1977 ; HARDJAMULIA, et al., 1981 ; SUYANTO, 1982 ; BUCHANAN, 1983)
Pembuahan berlangsung secara ekternal, sangat cepat dan terjadi di bawah permukaan air dengan suhu 28 – 29 O C (VARIKUL dan BOONSOM, 1966). Seekor induk betina akan menghasilkan telur dengan jumlah yang bervariasi tergantung dari ukuran tubuhnya, secara alami menghasilkan telur berjumlah kurang lebih 500.000 butir dan secara pembuahan buatan berjumlah 1 – 1,5 juta juta butir (SUYANTO, 1982 ; BUCHANAN, 1983 ; SAR, 1985)
Telur berbentuk sferikal kecil dan berdiameter 1,15 – 1,25 mm. Telur muda berwarna putih sedang telur matang berwarna kuning. Telur akan menjadi adhesif setelah mengalami kontak dengan air di sekelilingnya (VARIKUL dan BOONSOM, 1966 ; LAGLER et al., 1977 ; HARDJAMULIA, et al., 1986. Inkubasi berlangsung selama 12 – 24 jam, setelah 23 jam terjadi pembuahan. Pada saat itu, telur mengalami fase-fase pembelahan dan berkembang di dalam air dengan suhu 28 – 29 O C (VARIKUL dan BOONSOM, 1966, atau 28 – 32 O C (SUMANTADINATA, 1981).
Larva Jambal Siam yang baru menetas transparan, tidak berfigmen dan alat renangnya belum sempurna, mempunyai ukuran kurang lebih tiga milimeter (LING et al., 1966 ; VARIKUL dan BOONSOM, 1966). Larva mengalami dua fase, yaitu fase prelarva dan postlarva. Fase prelarva mempunyai bentu silindris dan simetris bilateral dengan kandungan telur pada bagian antarior tubuh. Sirip dada dan sirip ekor sudah terbentu, tetapi belum sempurna. Pada fase postlarva, kantung kuning telur menghilang dan figmen tubuh mulai terbentuk, lipatan sirip dorsal (sirip punggung), sirip perut dan sirip dubur juga mulai terbentuk (LAGLER et al., 1977). Larva menyukai cahaya yang lembut (LING et al., 1966).
Larva yang baru menetas tersebut masih mengadung kuning telur, sehingga tidak memerlukan pakan dari luar (JANGKARU, 1974 ; LAGLER et al., 1977). Kuning telur tersebut hampir habis terserap pada saat larva berumur tiga hari, pada saat itu larva mulai memerlukan pakan yang berasal dari luar (VARIKUL dan BOONSOM, 1966 ; PUTAROS dan SITASIT, 1976 ; BUCHANAN, 1983). Pada fase ini derajat kelangsung hidup larva hanya lima persen. Fase ini paling kritis, karena terjadi proses pembentukan saluran pencernaan dan perubahan pakan dari pakan asal kuning telur kepada pakan dari luar. Larva tersebut tidak aktif mencari pakan, tetapi bergerak aktif dengan mulut terbuka dan jika menyentuh larva atau jenis pakan lainnya, maka mulut larva segera menutup dan pakan tersebut ditelan sedikit demi sedikit. Pada fase ini seringkali terjadi kanibalisme (JANGKARU, 1974 ; LAGLER et al., 1977).
Kanibalisme ini bisa berlangsung terus bila jumlah pakan tidak mencukupi dan larva dalam keadaan sangat lapar. Tetapi setelah larva melewati umur 15 hari biasanya tidak dijumpai lagi tingkat kematian yang tinggi (HARDJAMULIA et al., 1981 ; SAR, 1985). HARDJAMULIA et al. (1975) juga berpendapat bahwa kendala yang dihadapi dalam pemeliharaan ikan jambal siam adalah pada fase post larva yang seringkali menunjukan hampi seluruh larva mati.







V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
            Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa secara umum ikan memiliki system integument, system otot, system pernafasan, system peredaran darah, system pencernaan, system syaraf dan system reproduksi yang khas walaupun ikan tersebut dalam satu genus. 

5.2. Saran
            Dari pelaksaan pratikum, diharapkan agar para asisten dapat mendampingi para praktikan selama praktikum sehingga apabila terdapat kekeliruan dapat segera diperbaiki. Juga agar dapat memperlancar praktikum ini diharapkan adanya sarana dan prasarana yang memadai. Dan juga diharapkan agar para praktikan dapat mematuhi segala peraturan dan tata tertib selama di laboratorium.














DAFTAR PUSTAKA

DINAS PERIKANAN dan KELAUTAN PROPINSI RIAU, 2001. Potensi dan tingkat pemanfaatan sumber daya perikanan dan kelautan propinsi Riau. 45 hal (tidak diterbitkan).
Effendie, M. I. 1997. Biologi perkanan. Yayasan Pustaka nusantara. Yogyakarta. 163 hal.
EVY,R., ENDANG MUJIANI dan K. SUJONO.2001. Usaha Perikanan di Indonesia. Mutiara Sumber Widya. Jakarta. 96 hal.
Feliatra, Arthur Brown, Syafril Nurdin, Kusai, Putu Sedana, Sukendi, Suparmi,Elberizon. 2003. Pengantar Perikanan dan Ilmu Kelautan II.Faperikan Press Universitas Riau. Pekanbaru.180 hal.

Kottelat, M. dan E. Widjanarti. 2005. The fishes of Danau Sentarum National Park and the KapuasLakes area, Kalimantan Barat, Indonesia, Raffles Bull. Zool. Supplement (13) : 139 – 173.

Manda, R., I. Lukystiowati, C. Pulungan dan Budijono. 2005. Penuntun Praktikum Ichthyologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.
PULUNGAN, C. P. 2000. Deskripsi ikan-ikan air tawar dari Waduk PLTA Koto Panjang. Riau. Puasat Universitas Riau. Pekanbaru 34 hal. (tidak diterbitkan).
RAHARDJO, S. 1980. Oseanografi Perikanan I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. 141 hal.
Riedie, K. 2004. Global register of migratory species-from  global to regional scale. Final Report of the R&D-Projekt 808 05 081. Federal Agency for Nature Conservation, Bonn, Germany. 329 p.
Roberts, T. R. (1989). The Fresh water Fishes of western Borneo (Kalimantan barat, Indonesia). Calif. Acad. Sci. Mem. 14:1-210
Romimohtarto, K. 2005. Ilmu Pengetahuan Biota Laut. Djambatan. Jakarta. 540 hal.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta. Bandung.
SUMANTADINATA, K. 1983 Pengembangbiakan ikan-ikan pemeliharaan di indonesia.
Susanto, H. 1996. Membuat Kolam Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. 73 hal.
Vidthayanon, C. 2002. Peat swamp fishes of Thailand. Office of Environmental Policy and Planning, Bangkok, Thailand, 136 p.
YUNIARTI. 2000. inventarisasi dan identifikasi ikan Channidae yang terdapat di Sungai Kampar Propinsi Riau. Laporan Praktek lapang. Fakultas perikanan dan ilmu kelautan, Universitas Riau, Pekanbaru. 32 hal (tidak diterbitkan).












































LAMPIRAN






















Lampiran 1. Alat- Alat Yang Digunakan












      Nampan                                         Serbet 









 



Pena                                                    Pensil









Penghapus                                           Penggaris







Beberapa kata yang ku cipta dan mungkin memiliki makna

kata - kata ini aku buat mungkin telah lama adanya sekitar 1 tahun yang lalu, terkuak akibat kejadian dan apa saja yang aku pikirkan . . . . .
pada saat itu entah mengapa jari - jari ku ingin menggapai sebuah pensil yang sudah kecil dan mulai mengukir kata - kata yang mungkin bermakna . . . . .
pada saat itu semua aku tumpahkan dalam secarik kertas dan mulai ku pindahkan pada media yang tak nyata . . .
mungkin sebahagian mereka yang membaca akan tertawa bahkan mungkin sebahagian mereka akan menganngap aku ini gila, g punya kerjaan, atau ntah lah . . . . tapi mungkin juga sebahagian mereka yang membaca terpaham atas tulisan - tulisan . . .
yang jelas tulisan yang mungkin bermakna ini adalah melukiskan keadaan ku ketika itu  . ..  . . .



Rangkaian Kata tak bernama ku ukir pd media yg tak nyata


? ? ? ? ? (blum ada nama/judul)

Pada ruang 4 sudut Aku brada pd dasarnya.
Pada benda bnyk guna Aku mencari dosa.
Takut, resah, dan cemas smpat hinggap tp sketika hilang dan lenyap.
Sma sprti kelopak bunga yg jtuh k tanah, rasa itu pun sgera musnah.
Sdar tak sdar dunia ini brputar n prmukaannya slalu brubah.
Rasa brsalah menimpa dan tak kunjung sudah.
Yg Aku mau hnya kmbali k titik cahaya n takut akn neraka.
Ya Allah, kurunglah sifat hewan ini agr Aku brada dlm surga dan trhindar dr murka.

Pekanbaru, 3 Januari 2010.
TEGUH HERIYANTO.
 



Kata yg trbenam, kni telah terbit. . .


Kta2 yg dlu trbenam kini ku pahat d dunia maya


TAK USAH, BODOH, DAN BANGKIT.

Ssuatu itu tak usah dpaksa, krna chya hidup mu dterangi derita.
Ssuatu itu tak usah dpaksa, krna jlan hdup mu akn sngsara.
Ssuatu itu tak usah dpaksa, krna arah hdup mu jd mrana.
Ssuatu itu tak usah dpaksa, krna warna hdup mu dslimuti luka.

Sbdoh-bdoh na org ialah org yg membiarkn kcewa memakan hati.
Sbdoh-bdoh na org ialah org yg membiarkn kcewa membuat ia lari.
Sbdoh-bdoh na org ialah org yg membiarkn kcewa membuang asa.
Sbdoh-bdoh na org ialah org yg membiarkn kcewa menghancurkn sgala.

Kcewa mnjerumuskn hati yg mulia, ttapi tak slama na trpasung bala. jng lari dr dunia, krna tak mnyelesaikn apa2. bngkitlah dr kcwa slama asa msh ada. . .

Pkanbru, 27 April 2009.
TEGUH HERIYANTO
 

 
 

Kata yg trbenam, kini terbit kmbali II


Goresan kata pada sesuatu yg tak nyata.


AKU

Aku adlah Aku.
Aku tak bs menilai Aku.
Kalian bs mnilai Aku.
Tak smua klian gmbarkn Aku, itu Aku.
Smua utk klian yg mlakukan Aku.
Sbagian dr klian tak sdar itu Aku.
Misteri hidupku, tahulah Aku.
Pujian dr kalian, tak btuh Aku.
Tp tlong hrgai Aku.

Pekanbaru, 28 April 2009.
TEGUH HERIYANTO
 
 
 

Kata yg trbenam, kini terbit kmbali III



MANUSIA HINA

Minta tlong, dia ku tlong.
Minta bntuan, dia ku bantu.
Di hdapan Allah dia brjanji.
Stelah dpt, dia lupa.
Stelah brhasil, aku tak d sapa.
Kamu prnah mrasakannya ?.
Memang tak ada yg lbih hina dr drinya. . .

Pekanbaru, 15 April 2009.
TEGUH HERIYANTO



Kata yg trbenam kini terbit kmbali IV. . .



? ? ? ? ?
(blum ada jdul)

Terkadang smua tak imbang.
Suatu saat Aku mrasa bodoh.
Dtang hnya d pndang diam.
Senyum karna segan.
Tak tahu slama ini beban.
Terima hnya bualan.

Pekanbaru, 15 April 2009.
TEGUH HERIYANTO.
 
 
 
 

Kata yg tlah lma trbnam kini trbit kmbali V. . .



ANTARA DEPAN DAN BELAKANG.

Di dpan, Aku d hormati.
D blakang, Aku d hianati.
D dpan, Aku kakak.
D blakang, Aku budak.
D dpan, Aku d sanjung.
D blakang, Aku d gantung.
D dpan, Aku d btuhkan.
D blakang, Aku d buang.

Pekanbaru, 15 April 2009.
TEGUH HERIYANTO.
 

INTERAKSI MIKROBA PATOGEN DENGAN IKAN

PERHATIAN : diperbolehkan untuk meng-copy materi ini dengan syarat hanya untuk akademis dan mencantumkan Nama Penulis dan alamat web halaman ini pada Daftar Pustaka Anda. 




;
TUGAS INDIVIDU DASAR – DASAR MIKROBIOLOGI
INTERAKSI MIKROBA PATOGEN DENGAN IKAN


Oleh


Teguh Heriyanto
0904121598
Ilmu Kelautan




Logo UNRI Hitam Putih.JPG











FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2010


KATA PENGANTAR
                                   
Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Mikrobiologi yang berjudul “Interaksi Mikroba Patogen dengan Ikan”. Semoga makalah ini dapat menambah kasanah dan wawasan ilmu bagi para pembaca sekalian. Dalam kesempatan kali ini penulis sadar sebagai manusia yang menyandang relativitas dalam kebenaran, sehingga penulis mmengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun.
Tak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada para dosen pengajar mata kuliah Dasar – Dasar Mikrobiologi yang telah memberi ilmu pengetahuannya sehingga penulis mendapat wawasan ilmu dan menyelesaikan makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas perhatian dari segala pihak.



Pekanbaru, 4 Januari 2011


                Teguh Heriyanto





DAFTAR ISI




                       Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................              ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang.......................................................................              1
1.2              Tujuan Praktikum ..................................................................              2
1.3              Manfaat Praktikum ...............................................................              2

BAB II. ISI
2.1       Pengertian..............................................................................              3
2.2       Penyakit viral.........................................................................              4
2.3       Penyakit bakterial..................................................................              7
2.4       Penyakit mikosis....................................................................             18

BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 ..... Kesimpulan...............................................................................         21
3.2 ..... Saran.........................................................................................         21

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN




BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup dengan ukuran mikroskopis. Hal ini merupakan daya tarik tersendiri bagi sebahagian orang untuk mempelajarinya karena dari sekian banyak mikroorganisme yang sudah dipelajari saat ini merupakan sebahagian kecil dari mikroorganisme yang telah  teridentifikasi atau dikenal  sedangkan masih banyak mkroorganisme di alam yang belum teridentifikasi. Selain itu, mikroorganisme sering menjadi pusat perhatian dunia karena seperti yang kita ketahui bersama mikroorganisme tertentu sering menjadi wabah penyebab penyakit baik pada manusia, hewan, dan tumbuhan dibeberapa belahan dunia sehingga tak khayal mau tidak mau setiap orang harus memiliki pengetahuan dasar terhadap mikroorganisme dengan cara mempelajari mikrobiologi. Dalam makalah ini membahas tentang Interaksi Mikroba Patogen dengan Ikan. Sering kali para petani budidaya perairan, penjual ikan hias, penghobi ikan dan para konsumen ikan tidak terlalu memahami betapa pentingnya mengetahui interaksi mikroba patogen dengan ikan sehingga pada usaha budidaya perairan misalnya dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar yang diakibatkan oleh mikroba phatogen karena ikan yang terinfeksi dapat mati secara perlahan – lahan bahkan secara masal. Hal tersebut juga dapat terjadi pada para penjual ikan hias, mengingat tingginya harga ikan hias dan meningkatnya ekspor ikan hias ke luar negeri . selain itu para konsumen ikan juga perlu waspada pada saat mengkonsumsi ikan dan pastikan ikan yang dimasak benar – benar matang karena ada beberapa jenis mikroba yang tahan terhadap panas.

1.2.Tujuan
Makalah ini bertujuan untk memberikan informasi kepada para pembaca agar mengetahui jenis – jenis mikroba apa saja yang bersifat pathogen dan selain itu menambah wawasan bagi pembaca.

1.3.Manfaat
·         Pembaca dapat memahami interaksi antara mikroba patogen dengan ikan
·         Pembaca dapat mengetahui jenis mikroba tertentu yang menyerang spesies ikan dan bagian dari ikan yang diserang






BAB II. ISI
Pengertian
Mikrobiologi ialah ilmu pengetahuan tentang perikehidupan makhluk – makhluk kecil yang hanya kelihatan dengan mikroskop (bahasa Yunani : Mikros : kecil, Bios: hidup, Logos: Kata/Ilmu). Makhluk – makhluk kecil itu disebut mikroorganisme, mikroba, protista  atau jasad renik.
Patogen (Bahasa Yunani: παθογένεια, "penyebab penderitaan") adalah agen biologis yang menyebabkan penyakit pada inangnya. Sebutan lain dari patogen adalah mikroorganisme parasit. Umumnya istilah ini diberikan untuk agen yang mengacaukan fisiologi normal hewan atau tumbuhan multiselular. Namun, patogen dapat pula menginfeksi organisme uniselular dari semua kerajaan biologi.
Umumnya, hanya organisme yang sangat patogen yang dapat menyebabkan penyakit, sementara sisanya jarang menimbulkan penyakit. Patogen oportunis adalah patogen yang jarang menyebabkan penyakit pada orang-orang yang memiliki imunokompetensi (immunocompetent) namun dapat menyebabkan penyakit/infeksi yang serius pada orang yang tidak memiliki imunokompetensi (immunocompromised). Patogen oportunis ini umumnya adalah anggota dari flora normal pada tubuh. Istilah oportunis sendiri merujuk kepada kemampuan dari suatu organisme untuk mengambil kesempatan yang diberikan oleh penurunan sistem pertahanan inang untuk menimbulkan penyakit.
Pada umumnya semua patogen pernah berada di luar sel tubuh dengan rentang waktu tertentu (ekstraselular) saat mereka terpapar oleh mekanisme antibodi, namun saat patogen memasuki fasa intraselular yang tidak terjangkau oleh antibodi, sel T akan memainkan perannya.
Adapu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dapat dikelompokkan berdasarkan mikroorganisme yang menyebabkan penyakit tersebut, yakni:
1.      Penyakit Viral
Penyakit yang disebabkan oleh Virus. Virus merupakan agensia infeksi non seluler dan hanya dapat melakukan multiplikasi dalam sel inang. Virus berukuran sangat kecil yaitu bervariasi dari 18 – 200 nm (Smail danMunro, 1989), sehingga hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop elektron. Berbeda dengan parasit intraseluler lainnya seperti rickettsiae, clamydia, dan myoplasma,  virus menggunakan sel inang sepenuhnya untuk reproduksi karena virus tidak memiliki organela. Untuk dapat bertahan di lingkungan, virus harus mampu berpindah dari inang satu ke lainnya. Menginfeksi dan replikasi pada inang ynag sesuai. Proses perbanyakan sering mengacukan fisiologi inang dan dapat mengakibatkan terjadinya penyakit.  Jadi, virus lalu menjadi patogen. Dalam lingkungan alami virus dan inang sering mencapai semacam keseimbangandengan kerusakan minimum terhadap inang, tekanan seleksi alami memungkinkan keduanya bertahan. Dengan hal itu, kemudian menjadi “pemondok”.
Pada penyakit, perbanyakan virus menyebabkan terjadinya penyimpangan yang tampak atau gejala. Gejala individual atau dindrom (kelompok gejala) mungkin mencirikan virus penyebab. Sampai virus itu sendiri dapat dipelajari, virus semacam itu hanya dapat dideteksi secara tidak langsung dengan jalan mengkaji pengaruh patogeniknya. Virus yang masih belum dapat diisolasi dan dideteksi hanya dapat dipelajari melalui jalan tersebut
Karena ukuran virus sangat kecil, menyebabkan virus sulit dideteksi.ada sejumlah teknik yang biasanya digunakan untuk identifikasi awal virus, yaitu:
1.      Menggunakan mikroskop elektron yang untuk menvisuakisasi virus di dalam sel – sel jaringan.
2.      Menumbuhkan virus di laboratorium menggunakan cell-lines, yaitu melakukan kultur sel jaringan ikan di laboratorium (in vitro) pada media tertentu dan digunakan untuk menumbuhkan virus. Karena sifat virus yang memiliki inang dan organ atau jarinagn target spesifik, maka untuk virus harus ditumbuhkan pada kultur sel dari jarinagn dan spesies ikan yang sesuai
3.      Identifikasi virus menggunakan teknik serologi, menggunakan serum dari hewan inang yang mengandung antibodi spesifik terhadap virus tertentu. Dengan demikian manakala virus (sebagai antigen) kontak dengan serum akan terjadi aglutinasisebagai respon antibodi terhadap antigen
4.      Menggunakan PCR dan sequencing DNA
5.      Secara imunokimia/ imunositokimia
Menurut Smail dan Munro (1989) akibat infeksi virus terhadap sel dapat beragam, yaitu :
1.      Perubahan yang dapat pulih kembali, yaitu munculnya pembengkakan dankekeruhan pada sel yang dapat dilihat melalui pengamatan gistologis.
2.      Perubahan yang tiidak dapat pulih kembali, biasanya menyebabkan kematian, peristiwa semacam ini disebut efek stomatik (Cytophatic Effect, CPE)
3.      Pengaruh yang tidak mungkin pulih kembali biasanya mengarah ke kerusakan atau hilangya fungsi – fungsi tertentu, misalnya sekresi endokrin
4.      Transformasi menjadi suatu keadaan neoplastik, misalnya OMV (Onconhynchus Maou Virus)
5.      Infeksi tetap, asam nukleat virus mungkin telah terintegrasi ke dalm genom dengan secara sporadis menginfeksi sel – sel lain yang sehat, bereplikasi dan melepaskan virion – virion baru, misalnya pada IPNV.
Beragam virus diketahui menginfeksi ikan air tawar dan ikan air laut. Adapun beberapa virus tersebut adalah
·         Lymphocystis virus      : menyerang 142 jenis spesies teleostei air laut dan tawar
·         Goldfish iridovirus      : menyerang ikan mas hias (Carassius auratus)
·         Channel catfish virus   : menyerang Ictalurus punctatus
·         Herpes virus cyprini    : menyerang ikan mas (Cyprinus carpio)
·         Infectious pancreatic necrosis virus (IPNV) : menyerang Brook trout (Salvelinus namaycus)
·         Cod adenovirus           : menyerang Cod atlantik (G. morhua)
·         Rhabdovirus anguilla  : menyerang ikan sidat (A. anguilla)
·         Spring viraemia of carp virus (SVCV) : menyerang ikan mas (Cyprinus carpio)
·         Golden shiner virus     : menyerang Golden Shiner (Notemigonus crysoleucas)
·         Bluegill lymphocystis retrovirus : menyerang Bluegill (Lepomis macrochirus)
·         Carp coronavirus        : menyerang ikan mas (Cyprinus carpio)
·         Kuchijiro-sho virus      : menyerang Tiger puffer ( Tahifugu rubripes)


2.      Penyakit Bakterial
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Berpuluh spesies mikrobakteria terseebar luas diseliruh permukaan bumi ini tetapi  hanya beberapa speies saja yang patogen terhadap mamalia (termasuk manusia), burung reptilia, dan ikan. Bakteri memiliki keragaman morfologi, ekologi dan fisiologis tinggi. Rentang lingkungan hidup bakteri sangat luas, mulai lingkungan yang sagat dingin di artik hingga lingkungan sangat panas seperti celah hidrotermal (hydrothermal venti) yang dapat mencapai suhu 100 derajat Celcius. Hingga saat inibaru sekitar 1% dari total bakteri di alam yang dikenal.
Berdasarkan morfologinya bakteri  dibedakan dalam 3 bentuk dasar :
1.      Buat atau kokus atau sphenoid dengan variannya tersusun tunggal, dua – dua (diplokokus), empat – empat (tetrakokus), tersusun sebagai rantai (streptokokus), tersusun delapan – delapan (sarsian) dan seperti buah anggur (strafilokokus)
2.      Batang atau silindris dengan variannya seperti  diplobasilus, steptobasilus atau roset.
3.      Beentuk lengkung dan variannya yaitu koma (vibrio) dan spiral
Pada bakteri antara lain dapat dijumpai pada permukaan tubuh eksternal dan saluran pencernaan
Adapun beberapa jenis bakteri yang patogen atau penyebab penyakit pada ikan antara lain adalh sebagai berikut :
Mycobacterium marinum
Kuman ini sebagai penyebab semacam tuberkulosis pada ikan tetapi dapat pula menyerang manusia dan menimbulkan granuloma menahun pada kulit. Kuman ini biasanya masuk kedalam tubuh melalui luka pada kilit sewaktu penderita berhubungan dengan air yang terkontaminasi, misalnya pada waktu berenang oleh karenanya kuman ini  dapatdikatakan hampir tidak pernah  diisolasi dari sputum. Koloninya tumbuh baik pada suhu antara 30 33 derajat Cercius. Suhu optimal untuk tumbuhnya sering digunakan untuk membedakannya denan spesies lain dari kelompok Runyon I. kuman ini mereduksi nitra, uji negatif dan katalase hanya diproduksi dalam jumlah sedikit. Terhadap isonazid (INH) kuman ini resisten, tetapi sensitif terhadap ritampisin, etambutol dan streptomisin.

Penyakit Ikan Karantina Golongan Bakteri
Hama dan penyakit ikan karantina golongan bakteri yailtu Aeromonas salmonicida, Renibacterium salmoninarum, Nocardia spp., Edwardsiella ictaluri, Pasteurella piscicida, Aerococcus viridans (var) homari, Mycobacterium spp., Edwardsiella tarda, Streptococus spp. dan Yersinia ruckeri.
Beberapa jenis bakteri tersebut dilaporkan telah terdapat di Indonesia namun belum tersebar luas, yaitu Aeromonas salmonicida di Jawa, Mycobacterium sp. di Jawa dan Sumatera, Edwardsiella tarda di Jawa serta Streptococcus sp. di Sulawesi.
Upaya pencegahan melalui tindakan karantina terhadap ikan-ikan yang diimpor dari luar negeri maupun yang dilalulintaskan di dalam wilayah Indonesia harus dilakukan untuk mencegah masuknya jenis-jenis bakteri yang belum terdapat atau sudah terdapat di Indonesia tetapi belum tersebar luas.

BIOLOGI
Aeromonas salmonicida adalah bakteri yang berbentuk batang pendek dengan ukuran 1,3-2,0 x 0,8-1,3 µm, bersifat gram negatif, tidak bergerak, tidak membentuk spora maupun kapsul, dan bersifat aerob. Bakteri ini tidak dapat hidup lama tanpa inangnya dan suhu optimal bagi pertumbuhannya antara 22-28oC, sedangkan pada suhu 35oC pertumbuhannya terhambat. Dapat dijumpai di lingkungan air tawar maupun air laut dan dikenal sebagai penyebab penyakit “furunculosis”.
Renibacterium salmoninarum yang dikenal sebagai penyebab “kidney disease” adalah bakteri yang berbentuk batang pendek dengan ukuran 0,3-1,5 x 0, 1-1,0 µm, bersifat gram positif, tidak bergerak, tanpa kapsul, sering terdapat berpasangan dan bersifat aerob. Bakteri ini dapat dijumpai di lingkungan air tawar maupun air laut dengan suhu optimal pertumbuhannya antara 15-18oC, sedangkan pada suhu 25oC perturnbuhannya akan terhambat.
Mycobacterium sp. yang dikenal sebagai penyebab penyakit ” tuberkulosis ikan” (Fish TB), adalah bakteri yang berbentuk batang, dengan ukuran 0,2-0,6 x 1,0-10 µm, bersifat gram positif lemah, tidak bergerak, tidak membentuk spora atau kapsul dan bersifat aerob. Bakteri ini banyak dijumpai di perairan tawar dan laut maupun tanah dengan suhu optimal pertumbuhannya 25-30oC. Tidak dapat tumbuh pada suhu 37oC kecuali M. marinum, M. fortuitum dan M. chelonei.
Nocardia sp. adalah bakteri yang bentuknya bervariasi yaitu bulat, oval dan batang berfilamen, dengan ukuran diameter 0,5-1,2 µm, bersifat gram positif, bergerak, tidak membentuk kapsul dan bersifat aerob. Bakteri ini tersebar di alam termasuk di air dan tanah. Suhu optimal bagi pertumbuhan Nocardia asteroides antara 28-35oC, sedangkan N. kampachi tidak tumbuh pada suhu 10oC atau 37oC.
Edwardsiella tarda dan E. Ictaluri berbentuk batang bengkok, dengan ukuran 1 x 2-3 µm, bersifat gram negatif bergerak dengan bantuan flagella, tidak membentuk spora atau kapsul dan bersifat fakultatif anaerob. Bakteri ini dapat dijumpai di lingkungan air tawar dan air laut, dengan suhu optimal bagi pertumbuhannya sekitar 35oC, sedangkan pada suhu di bawah 10oC atau di atas 45oC tidak dapat tumbuh.
Pasteurella piscicida berbentuk batang pendek, berukuran 0,6-1,2 x 0,8-2,6 µm, bersifat gram negatif, tidak bergerak, tidak membuat kapsul maupun spora dan bersifat fakultatif anaerob. Bakteri ini dapat hidup di lingkungan air laut dengan kisaran suhu untuk pertumbuhannya 10-39oC. Umumnya yang diisolasi dari ikan dapat tumbuh baik pada suhu 25oC.
Streptoccocus sp. berbentuk bulat atau oval, memanjang seperti rantai, bersifat gram positif, tidak bergerak, tidak membentuk spora atau kapsul dan bersifat fakultatif aerob. Diameter bakteri berukuran 0,7-1,4 µm. Bakteri ini dapat hidup di air tawar dan air laut dengan kisaran suhu bagi pertumbuhannya antara 10-45oC.
Yersinia ruckeri berbentuk batang, dengan ukuran 0,5-0,8 x 1,3 µm, bersifat gram positif, tidak membentuk spora atau kapsul, bergerak dengan flagella peritrichous pada suhu di bawah 30oC, sedangkan pada suhu 37oC tidak membentuk flagella. Bakteri ini dapat dijumpai di air dengan suhu optimal pertumbuhannya 22-25oC.
Aerococcus viridans (var.) homari adalah bakteri yang berbentuk bulat, ada yang berpasangan atau seperti rantai, bersifat gram positif, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Bakteri ini dapat ditemukan di air tawar atau juga air laut.
Pada umumnya sumber dan cara penularan penyakit akibat serangan bakteri-bakteri tersebut di atas antara lain melalui ikan yang sakit, ikan karir, air yang terkontaminasi, makanan yang terkontaminasi, telur yang terkontaminasi, alat atau pakaian yang terkontaminasi atau melalui bulu burung air.
Untuk Mycobacterium sp. cara penularannya belum diketahui dengan pasti diduga beberapa yang mungkin adalah melalui makanan dan air yang terkontaminasi. Cara penularan Nocardia sp. pada ikan juga belurn jelas diketahui, sedangkan penularan Aerococcus viridans melalui ikan yang sakit.
Renibacterium salmoninarum dan Yersinia ruckeri dilaporkan menyerang ikan famili Salmonidae, sedangkan Aeromonas salmonicida selain menyerang ikan-ikan famili Salmonilidae juga menyerang ikan-ikan non salmon seperti sidat (Anguilla spp.), chubs (Coregonus zenithicus), dace, tenc, carp, catfish, pike, sculpins, perch, gold fish (Carassius auratus) dan spesies ikan lainnya. Ada indikasi bahwa semua spesies ikan baik tawar ataupun laut dapat bersifat rentan terhadap Aeromonas salmonicida.
Selain menyerang berbagai ikan air tawar ataupun air laut, Mycobacterium sp. dilaporkan juga menyerang katak, jenis-jenis kadal, ular, buaya dan kura-kura maupun penyu. Nocardia sp. dilaporkan menyerang berbagai ikan air tawar dan air laut antara lain rainbaow trout (Oncorhynchus mykiss), brook trout (Salvelinus fontinalis), neon tetra, sepat (Trichogaster trichopterus), paradise fish, gurami dan yellow tail (Seriolla quinquiradiata).
Edwardseilla tarda dilaporkan menyerang ikan-ikan air tawar dan laut antara lain channel catfish (Ictalurus punctatus), chinook salmon (Onchorhynchus tshawyscha). Common carp (Cyprinus carpio), crimson seabream (Evynnis japonicus), japanese flounder (Paralichthys olivaceus), japanese eel (Anguilla japonica), Largemouth bass (Mycropterus salmoides), mullet (Mugil cephalus), red sea bream (Chrysophrys major), striped bass (Morone saxatilis), Tilapia (Tilapia nilotica), Yellow tail (Seriolla quinquiradiata), ular, buaya dan singa laut, sedangkan Edwardseilla ictaluri dilaporkan menyerang channel catfish (Ictalurus furcatus), brown bullhead (Ictalurus nebulosus), blus catfish (Ictalurus furcatus), Danio (Danio devario), green knifefish (Eigemannia virens), Walking catfish (darias batrachus), White catfish (Ictalurus catus).
Stireptococcus dilaporkan menyerang jenis-jenis ikan air tawar dan laut antara lain rainbow trout (Onchorhynchus mykiss), sea trout (Cynoscion regalis), silver trout (Cynoscion nothus), golden shiner (Notemigonus crysoleucas), yellow tail (Seriola quinquiradiata), menhaden (Brevoortia patronus), Sea Catfish (Arius felis), striped mullet (Mugil cephalus), pinfish (Lagodon rhomboides), Atlantic croaker (Macropogon undulatus), spot (Leiostomus exanthus), Sting ray (Dasyatis sp.), Dolphin air tawar (Iniageoffrensis), Sidat (Angulla japonica), Ayu (Leicoglossus altivelis), Amago salmon (Onchorhynchus rhodurus), Jacopever (Paralichthys olivaceus), Striped bass (Morone saxatilis), Blue fish (Pomatomous saltatic), Siganids (Siganus cahaliculatus), Sea Bream (Pagrus major), tilapia (Oreochromis sp.) dan Channel catfish (Ictalurus punctatus).
Pasteurella piscicida dilaporkan menyerang ikan-ikan laut antara lain Ayu (Plecoglossus altivelis), black seabream (Mylio macrocephalus), red seabrearn (Pagrus major), kerapu merah (Epinephelus akaara), yellow tail (Seriola quinquiradiata) dan menhaden (Brevoortia patronus), sedangkan Aerococcus virridans dilaporkan meyerang lobster Amerika.
GEJALA PENYAKIT
Gejala klinis akibat serangan Aeromonas salmonicida pada ikan adalah pembengkakan di bawah kulit yang biasanya menjadi luka terbuka berisi nanah, darah, dan jaringan yang rusak di puncak luka tersebut seperti cekungan, sirip putus atau patah, pendarahan pada insang, petikiae pada otot, usus bagian belakang lengket dan bersatu, serta pembengkakan limpa dan ginjal yang berkembang menjadi nekrosis atau kernatian jaringan.
lkan yang terserang Renibacterium salmoninarum menunjukkan tanda-tanda luar dan dalam seperti mata menonjol, perut kembung, sisik berdiri, pendarahan, abses di beberapa bagian tubuh dan wama kehitam-hitaman, ginjal luka dan berwama abu-abu, kernudian ginjal bengkak dan terjadi nekrosis.
Serangan Mycobacterium sp. pada ikan menunjukkan tanda-tanda seperti mata menonjol, pembengkakan vena, dan adanya luka pada tubuh, mama pucat, lordosis, skeliosis, ulser atau luka dan rusaknya sirip (patah-patah). Adanya bintil berwama putih keabu-abuan pada hati, ginjal dan empedu. Benjolan terdapat di berbagai organ seperti insang, pericardium, mata, empedu, ginjal dan hati.
Gejala klinis pada ikan yang terserang Nocardia sp. adalah pembengkakan pada organ yang terserang (seperti tumor), ulser atau luka pada permukaan tubuh, lemah, nafsu makan menurun dan kurus.
Serangan Edwardsiella tarda dan E. ictaluri pada ikan dalarn tahap infeksi ringan hanya menampakkan luka-luka kecil, Sebagai perkembangan penyakit lebih lanjut, luka bernanah berkembang dalarn otot rusuk dan lambung. Pada kasus akut, luka bernanah secara cepat bertambah dengan berbagai ukuran, kemudian luka-luka terisi gas dan terlihat bentuk cembung menyebar ke seluruh tubuh. Warna tubuh hilang, dan luka-luka merata diseluruh tubuh, jika luka digores, akan tercium bau busuk (H2S).
Ikan yang terserang Streptococcus sp, menunjukkan gejala seperti mata menonjol, pendarahan pada kelopak mata, ginjal membengkak, hati menjadi merah tua dan kerusakan usus.
Gejala yang terlihat akibat serangan Pasteurella piscicida pada ikan adalah wrna tubuh menjadi gelap, pendarahan pada tutup insang dan sirip, serta Iuka pada ginjal dan limpa.
Ikan yang terserang Yersinia ruckeri akan terlihat lamban, warna tubuh menjadi gelap cairan kuning pada usus, perut berisi cairan yang tidak berwarna, pendarahan pada otot dan organ dalam, serta radang pada bagian tertentu seperti mulut, langit-langit, tutup insang dan pangkal sirip.
Tanda-tanda klinis akibat serangan Aerococcus viridans pada lobster tidak jelas, kadang-kadang terlihat warna merah muda pada perut bagian atas.

DAERAH SEBARAN
Furunculosis yang disebabkan oleh Aeromonas salmonicida dilaporkan teiah tersebar luas di dunia yaitu Amerika Serikat, Kanada, Negara-negara Eropa (Perancis, Norwegia, Belgia, Austria dan Swiss), Australia dan Asia termasuk Indonesia (Jawa).
Renibacterium salmoninarum penyebab “kidney disease” sudah menyebar di negara-negara Eropa (Jerman, Spanyol, Italia, Norwegia, Swedia, Yugoslavia, Inggris, Perancis dan Islandia), AS, Kanada, Chili dan Jepang.
Mycobacterium sp. penyebab tuberculosis dan Nocardia sp. penyebab nocardiosis kemungkinan sudah terdapat di seluruh dunia, khusus untuk Mycobacterium sudah terdapat di Indonesia (Sumatera), sedangkan Pasteurella piscicida dilaporkan terdapat di AS, negara-negara Eropa dan Jepang.
Penyebab penyakit Edwardsiellosis, E. tarda dan E. ictaluri sudah terdapat di AS, Jepang, dan Afrika Selatan, khusus untuk E. tarda sudah menyebar sampai Asia Tenggara termasuk Indonesia (Jawa). Streptococcus sp. sudah terdapat di AS, Inggris, Norwegia, Jepang, Afrika Selatan, Teluk Mexico, China dan Indonesia (Jawa), sedangkan Aerococcus viridans dilaporkan terdapat di AS.
KERUGIAN YANG DITIMBULKAN
Serangan penyakit mempunyai dampak negaTif yang segera dapat dirasakan, seperti misalnya kerugian ekonomi yang tinggi. Pada akhir tahun 1980, di Indonesia terjadi kematian sebanyak 125 ribu ekor ikan mas dan 30% induk ikan terjadi di daerah budidaya di Jawa Barat diakibatkan oleh serangan bakteri Aeromonas spp. antara lain A. salmonicida dan menyebabkan penurunan produksi dan kerugian kira-kira 4 milyar rupiah. Pada tahun 1989, di Skotlandia terjadi wabah furunculosis sebanyak 15 kali pada ikan-ikan air tawar dan 127 kali pada ikan-ikan air laut.
Pasteurella piscicida dilaporkan telah menyebabkan kernatian masal ikan ekor kuning (Seriola sp.) di Jepang dengan kerugian sebesar 10 juta poundsterling atau 30 milyar rupiah. Edwardsiella tarda merupakan penyebab penyakit bakteri yang paling serius pada budidaya ikan sidat di Taiwan dan Jepang, sedangkan E. ictaluri pada akhir tahun 1980 dilaporkan telah menyebabkan kernatian masal (lebih dari 50%) anak ikan dan induk ikan lele Amerika di AS. Kerugian yang ditimbulkan mencapai puluhan juta dolar atau puluhan milyar rupiah.
Pada tahun 1970 sampai 1980-an, di Jepang tedadi wabah akibat serangan Streptococcus pada ikan ekor kuning, sidat, ayu dan tilapia yang menimbulkan kerugian sejumlah 30 juta poundsterling atau kira-kira 90 milyar rupiah.
TINDAKAN KARANTINA
Pencegahan sebaiknya dilakukan untuk menghindari tedadinya kerugian besar yang dapat ditimbulkan akibat serangan bakteri.
Tindak karantina mutlak diperlukan dalam usaha pencegahan masuknya jenis-jenis bakteri bersama-sama ikan impor yang sebelumnya tidak terdapat di Indonesia. Selain itu karantina juga mencegah menyebarnya jenis bakteri yang sudah terdapat di daerah pulau tertentu ke daerah / pulau lainnya di dalam wilayah Indonesia. Dengan meningkatkan sistern dan tindakan-tindakan karantina ikan di Indonesia maka usaha peningkatan produksi perikanan dan penyelamatan sumberdaya ikan diharapkan semakin berhasil.

  1. Penyakit Mikosis
Penyakit yang disebabkan oleh fungi atau jamur. Fungi merupakan kelompok organisma berfilamen, non-fotosintetik, merupakan organisma eukariotik heterotrofik. Secaar umum fungi cendrung hidup pada lingkungan yang bersifat asam dengan pertumbuhan optimal umumnya pada pH 4 – 6. Adapun kisaran suhu pertumbuhan fungi antara 5 – 40 derajat Celcius, beberapa diantanya bersifat psikrofilik yang tumbuh optimum pada suhu di bawah 5 derajat Celcius dan lainnya bersifat termofilik yang mampu tumbuh hingga suhu 50 derajat Celcius atau lebih. Fungi memiliki habitat yang tersebar luas yaitu tanah, airtawar, maupun air laut.
Fungi penyebab penyakit mikosis yang sering dijumpai pada ikan umumnya merupaka anggota dari sub-divisi Mastigomycotina, Zygomycotania dan Deuteromycotania, yang keseluruhannya melipti 5 ordo yaitu Saprolegniales, Chytridiales, Entomophthorales, Moniliales dan Sphaeopsidales.
1.      Saprolegnia spp.
Saprolegnia sp. bersama dengan sejumlah spesies fungi lain yaitu Achlya sp. dan Aphanomyces sp. Dikenal sebagai agnesia penyebab saprolegniasis. Saprolegniasis menyerang ikan dan telur ikan terutama pada periran tawar maupun payau, bahkan menyerang beragam ikan air laut seperti ikan lemuru atlantik (Atlantic menhaden, Brevoortia tyrannus) dan gizzard shad (Dorosoma cepedianum). Pada dasarnya salinitas lebih tinggi dari 2,8% telah menghambat penyebaran agensia penyebab saprolegniasi (Testake, 1959 cit Roberts, 1989).
2.      Branchiomyces spp.
Branchiomyces merupakan penyebab penyakit busuk insang atau gill rot. Spesies jamur ini biasanya dijumpai pada ikan yang mengalami stres lingkungan, seperti pH rendah yakni antara 5,8 – 6,5, kandungan oksigen terlarut (DO) rendah atau pertumbuhan yang berlebihan di dalam akuarium, Branchiomyces sp. tumbuh pada suhu 14 – 35 derajat Celcius, pertumbuahn optimal biasanya terjadi pada suhu 25 – 31 derajat Celcius. Penyebab utama infeksi biasanya adalah spora jamur yang terbawa air dan kotoran pada dasar akuarium.
3.      Ichthyophonus sp.
Ichthyophonus disebabkan oleh jamur Ichthyophonus hoferi. Jamur ini tumbuh baik pada air tawar maupun air laut. Meskipundemikian, biasanya serangan jamur ini hanya akan terjadi pada air dingin 2 – 20 derajat Celcius. Penyebaran Ichthyophonus berlangsung melalui kista yang terbawa kotoran ikan atau akibat kanibalisme terhadap ikan yang terjangkit.




BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1.            Kesimpulan
            Dari keterangan di atas dapat kita ketahui bersama bahwa penyebab terjadinya penyakit terbagi atas penyakit viral (penyakit yang disebabkan oleh virus), penyakit bakterial (penyakit yang disebabkan oleh bakteri), dan penyakit mikosis (penyakit yang disebabkan oleh jamur attau fungi). Dalam jumlah banyak mikroba tersebut akan menjadi wabah dan dapat mengakibatkan kematian secara masal. Selain itu terdapat beberapa jenis mikroba yang mampu hidup pada suhu 5 derajat Celcius hingga pada suhu 50 derajat Celcius.

3.2.            Saran
Pada penyajian dalam makalah ini mungkin tidak menamilkan penjelasan – penjelasan secara mendalam. Selain itu juga penuis meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca sehingga penulis dapat meng-upgrade diri lebih baik dalam pembuatan makalah.




DAFTAR PUSTAKA

Bos, L. 1994. Pengantar Virologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press:  Yogyakarta. 226 hal.
Irianto, Agus. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 256 hal.
Sanjaja, B. 1995. Isolasidan Identifikasi Mikrobakteria. Jakarta: Widya Medika, 141 hal.
Dwiseputro, D. 2005. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan, 206 hal.
http://id.wikipedia.org/wiki/Patogen